Aksi untuk Mengatasi Sampah Laut, Persoalan Serius Nan Mengkhawatirkan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 6 Oktober 2017
Kategori: Opini
Dibaca: 125.353 Kali

sampah lautPermasalahan sampah plastik saat ini telah mencapai pada kondisi yang mengkhawatirkan, bagaimana tidak, dalam sebuah penelitian baru-baru ini menyebutkan bahwa sampah plastik yang terbawa sampai ke laut mencapai 8 juta metrik ton per tahun, atau sebanding dengan 2.740 ekor gajah jantan perharinya, dan yang menyedihkan Indonesia termasuk negara yang menyumbang sampah plastik paling besar di dunia.

Dari hasi penelitian Jenna Jambeck, seorang peneliti lingkungan mengatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang memberikan kontribusi lebih dari 50% dari seluruh limbah plastik di lautan dunia (nomor 2 terbesar setelah China).

Berdasarkan penelitian tahun 2015, total sampah plastik di laut yang dihasilkan Indonesia mencapai 1,29 juta metrik ton per tahun, jumlah yang besar jika dibandingkan dengan Filipina dan Vietnam yang masing-masing menyumbang 0,75 juta metrik tonĀ  dan 0,73 juta metrik ton sampah plastik per tahun.

Persoalan sampah plastik di laut telah menimbulkan berbagai persoalan yang komplek, dimana peningkatan pencemaran plastik di laut dapat mengancam keanekaragaman kehidupan laut melalui cara terbelit/terjerat, termakan, atau terkontaminasi. Dampaknya akan terjadi terhadap lebih dari 660 spesies organisme, mulai dari yang terkecil (plankton) sampai yang terbesar (ikan paus), termasuk terhadap ikan-ikan yang ditujukan untuk konsumsi manusia. Untuk negara-negara yang konsumsi plastik telah melebihi kemampuan pengelolaan sampah seperti Indonesia, ada kekhawatiran nyata terhadap kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Dari sisi estetik, cemaran plastik mengotori saluran air, sungai dan laut, serta memiliki dampak visual yang dramatis, dari kumpulan sampah yang mengapung, serta banyaknya plastik mikro yang terjebak pada jalur-jalur air, batu karang, padang rumput laut dan garis pantai.

Saat ini persoalan sampah plastik di laut telah menjadi sorotan dunia, berbagai temuan sampah plastik dalam tubuh ikan dan mamalia laut menggambarkan betapa sampah plastik di lautan pada saat ini telah menjadi salah satu dari sekian banyak masalah serius yang harus segera diatasi. Sampah plastik bukan lagi menjadi persoalan domestik negara, namun sudah melampaui lintas batas negara (transboundary).

Berbagai forum internasional telah mengangkat topik sampah plastik di laut sebagai sebuah persoalan lingkungan global yang membutuhkan gerakan serentak dari masyarakat dunia. Pun demikian dengan Indonesia, Pemerintah Indonesia dalam berbagai forum internasional telah menyatakan komitmennya untuk berjuang mengurangi sampah plastik di laut sampai dengan 70% pada tahun 2025. Komitmen tersebut disampaikan Presiden dalam KTT IORA di Jakarta dan Pertemuan Tingkat Tinggi G-20 di Hamburg-Jerman belum lama ini. Komitmen yang sama disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman di UN Conference bulan Juni yang lalu.

Untuk mencapai target dalam komitmen tersebut, Sekretariat Kabinet bersama dengan Kementerian/Lembaga terkait telah menyusun sebuah kebijakan nasional yang memuat langkah-langkah terpadu dan komprehensif guna percepatan penanggulangan permasalahan sampah plastik di laut melalui sebuah rencana aksi nasional. Rencana aksi ini dibutuhkan karena persoalan sampah plastik di laut, bukan lagi permasalahan sektoral, namun sudah lintas sektoral.

Data tahun 2015 mengindikasikan bahwa sampah plastik di lautan tidak saja bersumber dari sampah domestik, sekitar 20% berasal dari sektor pelayaran dan perikanan, namun 80% berasal dari daratan, sampah plastik di lautan yang berasal dari darat bersumber dari aliran sungai yang bermuara di laut dan kawasan pesisir, dimana wilayah pesisir Indonesia mencakup 50% areal daratan, dengan tingkat populasi 70% tinggal di wilayah ini. Dampak besar dari sampah plastik tidak hanya dari aspek ekosistem lingkungan, namun juga kesehatan dan ekonomi terutama sektor perikanan dan pariwisata. Untuk itulah penangangan sampah plastik membutuhkan upaya-upaya yang konkrit, komplit, terpadu dari hulu sampai hilir.

Penyusunan rencana aksi tersebut sejalan dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional yaitu Mewujudkan Indonesia yang Asri dan Lestari melalui strategi pembangunan yang tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem, melalui pendekatan pembangunan Holistik ? Tematik , Integratif, dan Spasial. Dalam arti bahwa dalam mencapai sasaran pembangunan perlu koordinasi multi sektoral, dilakukan secara terintegrasi, memperhatikan konservasi dan rehabilitasi ekosistem, serta terpadu dengan sarana dan prasarana penunjang.

Aksi untuk mencapai penurunan sampah plastik di laut sampai dengan 70% pada tahun 2025 akan dilakukan melalui 4 (empat) strategi, yaitu peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan, pengelolaan sampah plastik terestrial, pengelolaan sampah plastik di pesisir dan di laut, serta mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, penegakan hukum, dan penelitian dan pengembangan. Dengan 4 (empat) strategi tersebut diharapkan akan menumbuhkan kesadaran bagi seluruh pemangku kepentingan untuk peduli dan bertindak serentak, memandang sampah sebagai sebuah permasalahan sekaligus peluang untuk didayagunakan, serta adanya gebrakan-gebrakan inovatif dalam menanggulangi permasalahan sampah, tidak hanya aspek pengolahan sampahnya, namun juga pembaharuan melalui diversifikasi skema pendanaan yang selama ini menjadi kendala penanganan sampah, dan yang pasti optimalisasi penegakan hukum menjadi keniscayaan untuk diupayakan.

 

Oleh Keasdepan Bidang Kelautan dan Perikanan, Kedeputian Bidang Kemaritiman, Sekretariat Kabinet.

Opini Terbaru