Arahan Presiden Joko Widodo kepada Bintara Pembina Desa Kodam XIV/Hasanuddin, 29 Juli 2018, di Balai Prajurit M. Yusuf, Makassar, Sulawesi Selatan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Juli 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 5.781 Kali

Logo-Pidato2Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati Panglima TNI beserta Pak KSAD,
Yang saya hormati Pak Menteri Sosial, Kepala Staf Kepresidenan;
Yang saya hormati Pangdam, Kapolda, dan seluruh perwira Mabes TNI maupun Mabes Angkatan Darat yang hadir;
Yang saya hormati, yang saya banggakan, seluruh Babinsa dari Kodam XIV Hasanuddin yang pagi siang hari ini hadir;
Bapak-Ibu tamu undangan yang berbahagia.

Pertama-tama saya ingin menyadarkan kembali kepada kita semuanya betapa negara kita ini adalah sebuah negara besar. Sering kita melupakan ini. Indonesia adalah negara besar. Kita memiliki 17.000 pulau, memiliki 514 kabupaten dan kota, memiliki 34 provinsi. Indonesia ini juga beragam/berbeda-beda, ada 714 suku, ada 1.100 lebih bahasa daerah/bahasa lokal. Dan kita memiliki 74.000 desa, 74.000 lebih desa yang kita miliki.

Artinya apa? Sekali lagi, negara kita ini adalah negara besar. Penduduk kita juga sudah 263 juta, nomor 4 kita. Kalau kita terbang dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia, saya pernah terbang langsung dari Banda Aceh menuju ke Wamena, bukan Jayapura tapi Wamena. Berapa jam itu ditempuh? 9 jam 15 menit. Betapa bentangan negara kita ini panjang sekali. Itu kalau kita terbang dari yang namanya London di Inggris, melewati 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 negara, mungkin lebih, sampai di Istanbul di Turki. Dari London sampai Istanbul di Turki. Sekali lagi, betapa negara ini negara besar, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Besar, dengan geografi alam yang juga berbeda-beda.

Oleh sebab itu, penanganannya juga tidak mudah. Tadi di layar kita lihat betapa tantangan-tantangan alam di negara kita ini bukan hal yang mudah. Antarpulau ada samudra, ada laut. Antardesa, antarkecamatan tadi mungkin ada sungai yang besar dan juga gunung berapi yang begitu banyak yang sering juga erupsi. Inilah negara kita.

Saya sangat bangga sekali bahwa setiap desa di negara kita ini ada Babinsa, ada 60.000, Panglima pernah menyampaikan ke saya, kurang lebih 60.000 lebih Babinsa yang kita miliki. Dengan tantangan-tantangan yang tadi saya sampaikan, itu baru tantangan-tantangan yang diperlihatkan, belum tantangan-tantangan lain yang tidak kelihatan: radikalisme, terorisme, kemiskinan, kesenjangan. Inilah ke depan yang menjadi tantangan-tantangan besar kita.

Ini di internal, belum tantangan-tantangan global, tantangan-tantangan eksternal dari luar negara yang juga sekarang ini tidak semakin mudah tetapi semakin sulit. Ekonomi global yang belum membaik, perang dagang antara Amerika dan China, suku bunga di Amerika yang naik kita juga terimbas, geopolitik juga di Laut Cina Selatan yang juga belum selesai, ISIS yang ada di Suriah dan sekitarnya juga yang masih menghantui. Problem-problem seperti itulah yang kadang-kadang mempengaruhi kondisi politik, kondisi ekonomi, kondisi sosial, di dalam negeri. Tetapi dengan adanya infrastruktur organisasi yang sampai ke bawah, seperti yang kita miliki, Babinsa, saya meyakini persoalan-persoalan itu akan bisa dikurangi, diminimalisir apabila semua bekerja sesuai dengan job deskripsi masing-masing.

Babinsa di dalam lingkup desa, hati-hati sekarang tunjangan kinerja sudah naik, benar? Sudah diterima? Dulunya, nih saya baca, per bulan 440.000 betul? Benar ndak? Sekarang 1.200.000 per bulan betul? Betul? Kalau enggak betul ngomong, akan saya cek bener ndak. Ini saya ngecek saja. Sudah diterima mulai bulan Juli betul? Kalau ada yang belum terima ngomong juga, akan saya lihat kenapa belum terima. Kenapa loncatannya begitu sangat besar  seperti itu? Karena kita lihat pekerjaan yang berada di ujung terdepan itu sangat penting sekali, sangat penting sekali. Kemampuan Babinsa yang ada di desa sangat penting sekali. Temu cepat, lapor cepat, setiap hal. Jangan sampai ada hal-hal  yang terjadi di sebuah desa kita enggak mengerti, keliru besar kita.

Saya minta jarum jatuh di desa itupun Saudara-saudara harus mengerti, harus tahu di mana jarum itu jatuh, apakah di sungai, apakah di jerami, atau di sawah, harus ngerti. Tugas paling penting itu. Jangan sampai ada orang luar masuk sama sekali tidak diketahui, tahu-tahu membuat kegiatan. Contoh, saya berikan contoh saja langsung, kayak di Poso ada berapa orang asing yang masuk dulu. Ada berapa? Ya kan? Ada yang dari China dan bergabung di sana, masuknya tidak diketahui, tahu-tahu sudah berkegiatan, dan tahu-tahu satu, tambah satu lagi, tambah satu lagi, tambah satu lagi.

Inilah tugas Saudara-saudara semuanya agar hal-hal kecil-kecil seperti itu temu cepat, lapor cepat, sehingga bisa diselesaikan kalau ada masalah-masalah terutama yang tadi berkaitan dengan terorisme tadi. Jangan sampai kalau sudah membesar menyelesaikannya sulit. Contoh di Suriah, tahu-tahu meledak menjadi ISIS, tahu-tahu sudah ribuan, sudah puluhan ribu. Sudah, kalau sudah terlanjur seperti itu menyelesaikannya sulit. Contoh di Marawi, di Filipina, tahu-tahu sudah ribuan. Jangan sampai seperti itu terjadi di negara kita. Dan saya yakin itu tidak terjadi kalau Saudara-saudara bekerja sesuai dengan tugas dan tupoksi yang sudah diberikan. Saya yakin terhadap Babinsa, yakin. Kenapa tidak bisa berkembang seperti tadi yang saya sampaikan, kayak di Suriah, kayak di Marawi, karena sudah terdeteksi terlebih dahulu.

Hati-hati, kita harus hati-hati betul. Tingkatkan terus kemampuan manajemen teritorial di desa. Cek ada masalah apa, (kalau) bisa menyelesaikan ikut selesaikan, ada masalah bisa ikut selesaikan, selesaikan. Dan saya sangat bangga pilkada di wilayah Kodam XIV ini berjalan dengan baik, tidak ada masalah, lancar semuanya, adem ayem, damai, sehingga menghasilkan pemimpin-pemimpin, baik gubernur, bupati, wali kota yang dipilih langsung oleh rakyat.

Stabilitas seperti itu penting. Stabilitas politik, stabilitas keamanan itu akan mempercepat pembangunan di negara kita, Indonesia. Tanpa stabilitas politik, tanpa stabilitas keamanan, lupakan yang namanya pembangunan, akan sulit kita melaksanakan pembangunan, akan sulit. Sehingga selain kemampuan manajemen teritori di wilayah desa,  juga penguasaan wilayah betul-betul mengerti betul. Detail, harus detail, wilayah kecil desa harus detail. Kemampuan komunikasi sosial, berinteraksi dengan masyarakat, dengan bahasa-bahasa yang enak, pendekatan dengan masyarakat dengan bahasa-bahasa yang enak sehingga rakyat juga menjadi sebuah kekuatan dalam menghadapi setiap ancaman-ancaman yang datang.

Dan saya sangat senang sekali, solidnya TNI dan Polri saat ini. Karena kalau sudah TNI-Polri solid itu sudah enggak akan ada orang yang berani macam-macam. Sudah, percaya saya dan saya percaya itu. Begitu TNI-Polri solid, sudah enggak ada yang berani macam-macam, enggak akan ada, dari dalam maupun dari luar, sudah. Mikir-mikir panjang kalau macam-macam. Itu saya yakini betul. Stabilitas politik, stabilitas keamanan, itu ada apabila TNI dan Polri solid.

Oleh sebab itu saya titip kepada kita semuanya, baik sebagai presiden, sebagai panglima tertinggi, saya minta netralitas Saudara-saudara semuanya dalam setiap perhelatan politik setiap 5 tahun, baik itu yang namanya pilihan bupati dan wali kota, dan pilihan gubernur, maupun pilihan presiden, karena undang-undang mengamanatkan itu. Hati-hati, ini amanat undang-undang. Politik TNI itu politik negara, politik TNI adalah politik negara. Kesetiaan TNI adalah kesetiaan kepada negara. Negara itu siapa? Rakyat, wilayah NKRI, dan pemerintah yang sah. Artinya Saudara-saudara semuanya harus setia kepada rakyat, kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan kepada pemerintah yang sah. Itu amanat undang-undang. Jadi sekali lagi, kunci  persatuan, kesolidan, TNI dan Polri itu menjadi sebuah hal yang sangat penting, menjadi kunci bagi pembangunan yang baik di negara kita, Indonesia ini

Yang terakhir, tadi ada 4 Babinsa tadi tolong berdiri. Minta hadiah apa? Minta hadiah apa? Enggak ada yang jawab. Minta hadiah apa? Belum tentu saya beri, tapi minta hadiah apa?

(Dialog Presiden RI dengan para Babinsa)

Sersan Mayor Musbah
Izin Bapak Presiden Indonesia, Sersan Mayor Musbah. Izin kami yang di kepulauan sana mungkin ketemu dengan Presiden mungkin hanya kali ini mungkin karena kejauhan. Dengan kesempatan ini saya mohon petunjuk kepada Bapak Presiden, yang mana kami di kepulauan sana anak-anak kami yang ingin melanjutkan karir di TNI, kami mohon petunjuk. Demikian Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia
Apa tadi?

Sersan Mayor Musbah
Anak-anak kami yang berada di kepulauan sana yang ingin meniti karir di militer kami mohon petunjuk dari Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia
Ini yang saya senang, disuruh minta hadiah masih memikirkan yang ada di sana. Yang lain minta apa?

Kopral Satu Yahya Salam
Izin, dari Koptu Yahya Salam. Yang kami ingin minta untuk warga di Padang Lampe untuk difasilitasi alat untuk melanjutkan pembuatan pupuk cair.

Presiden Republik Indonesia
Apa?

Kopral Satu Yahya Salam
Siap, seperti molen untuk pencampuran supaya kami tidak menggunakan alat tangan. Demikian, terima kasih.

Presiden Republik Indonesia
Ya.

Sersan Satu Asmulyadi
Izin. Saya Sertu Asmulyadi, penemu kincir di wilayah saya Desa Bulue, untuk  mengharapkan kepada Bapak Presiden untuk memberikan motivasi supaya bisa di kampung tersebut bisa terealisasi dengan listrik. Terima kasih.

Sersan Kepala Muhammad Darwis
Mohon izi Bapak Presiden. Nama saya Serka Muhammad Darwis dari Kodim 1412/Kolaka. Sesuai harapan kami, yang saya minta kami Babinsa yang dari Kodim Kolaka yang di mana Kodim Kolaka itu memiliki 3 kabupaten, mohon izin Bapak Presiden kiranya rekan-rekan kami yang Babinsa masih banyak yang belum memiliki atau mendapat (kendaraan) roda dua, kiranya difasilitasi. Demikian.

Presiden Republik Indonesia
Roda dua nanti Panglima, ntar dikirim. Tadi yang saya tanya sebenarnya pribadi. Pribadi Bapak-bapak ini minta apa, tapi enggak ada yang minta, ya sudah. Enggak ada yang minta? Ya sudah. Ditawari Presiden, diberikan kesempatan ndak diambil, ya sudah.

Baiklah Saudara-saudara sekalian,
Yang terakhir saya titip, ini titip, sekarang ini yang namanya isu, yang namanya hoax, yang namanya fitnah, yang namanya kabar bohong itu berseliweran banyak sekali di masyarakat, karena itu didapat dari social media. Isu-isu seperti ini Saudara-saudara harus mampu meredam. Jangan sampai hal-hal yang tidak benar, fakta-fakta yang tidak benar, itu beredar di mana-mana dan membuat masyarakat resah.

Contoh, contoh yang langsung ke saya saja sudah, sekarang blak-blakan, Presiden Jokowi itu PKI. Benar? Mungkin enggak di sini mungkin, saya enggak tahu di sini ada enggak isu itu. Di bawah seperti itu. Bahkan ada gambar di social media, coba gambarnya saya di dekatnya Aidit, Aidit  pidato saya di bawahnya. Itu Aidit pidato tahun ‘55, saya lahir tahun ’61. Tapi ada dan banyak yang percaya. PKI dibubarkan tahun ‘65, saya lahir tahun ‘61, baru umur 4 tahun. Gambar-gambar seperti ini ada yang percaya, Karena pernah saya datang ke pesantren, pimpinan pondok bisik-bisik ke saya, “Presiden, saya ingin berbicara 4 mata”. Saya sudah mikir ini pasti ke situ, benar, pertanyaannya. Saya sampaikan kepada Pak Kyai, “Pak Kyai saya lahir ‘61, PKI dibubarkan ‘65, apa ada PKI balita?” Lalu Pak Kyai kaget, “iya ya Pak ya.” “Masyaallah,” baru seperti itu.

Ini isu-isu yang lain banyak sekali. Inilah hal-hal yang seperti ini yang harus diredam. Lari ke pribadi ndak, ke orang tua, ke kakek-nenek. Lah gampang banget sekarang. Saya sampaikan kepada para Kyai, “Pak Kyai di dekat  rumah itu ada masjid, di dekat rumah orang tua saya ada masjid, di dekat rumah kakek nenek saya ada masjid tanya saja.” NU ada cabang di Solo, Muhammadiyah ada cabang di Solo, Persis ada cabang di  Solo, Al-Irsyad ada cabang di Solo, LDII ada cabang di Solo, MTA ada cabang di Solo, tanyakan. Keterbukaan seperti  ini sudah gampang sekali. Jangan sampai diaduk-aduk masyarakat dengan hal-hal seperti ini. Ini namanya politik adu domba. Enggak bisa kita terus-teruskan seperti ini.

Ini permainan politik yang bisa memecah belah. Tugas Saudara-saudara untuk memberikan pemahaman yang nalar dan masuk logika. Sedih kita melihat cara-cara permainan politik seperti ini. Gara-gara pilihan bupati, gara-gara pilihan wali kota, gara-gara pilihan gubernur, atau gara-gara pilihan presiden yang setiap 5 tahun sekali kita mengembangkan politik-politik kotor dengan cara-cara seperti itu. Apakah mau kita terus-teruskan? Ndak. Ndak bisa. Kalau saya ndak bisa. Jadi setop cara-cara seperti itu. Politik yang memberikan kematangan pada masyarakat, politik yang mendewasakan masyarakat itu yang akan kita tempuh. Sehingga masyarakat menjadi matang dalam berpolitik, masyarakat menjadi dewasa dalam berpolitik.

Ini tugas Saudara-saudara untuk memberikan pemahaman-pemahaman kepada masyarakat apabila ada isu-isu yang tidak betul. Berkembang seperti itu berbahaya, berbahaya. Padahal jawabannya juga mudah-mudah seperti itu. Saya kemarin sebetulnya saya diamkan saja, tapi lama-lama kok ada yang percaya. Waduh, saya harus jawab ini, kalau tidak saya jawab bisa ke mana-mana.

Kembali  lagi, bahwa Babinsa adalah tulang punggung dalam menciptakan ketahanan di wilayah. Menjadi tulang punggung, sekali lagi, menjadi tulang punggung dalam menciptakan ketahanan di wilayah. Oleh sebab itu, sekali lagi, saya  berharap agar penanganan-penanganan di dalam lingkup kecil di desa itu pendekatannya pendekatan yang benar. Tidak usah pendekatan represif, pendekatan-pendekatan lunak tapi yang menyelesaikan masalah, pendekatan-pendekatan lunak yang menyelesaikan masalah, yang menyelesaikan problem. Apa yang tadi dipaparkan dalam layar tadi itu adalah sebuah pendekatan-pendekatan sosial ekonomi yang sangat menyentuh. Dan rakyat kalau melihat seperti itu sudah, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara akan menyampaikan pada masyarakat apapun pasti akan dilaksanakan. Karena percaya, karena ada trust, ada percaya dari rakyat kepada Babinsa-Babinsa yang kita miliki. Inilah yang sedang kita bangun.

Dan itu nanti juga akan menimbulkan sebuah kepercayaan di tingkat yang lebih atas lagi, yaitu kepada TNI. Ingat bahwa TNI saat ini, TNI saat ini kepercayaan publik, kepercayaan masyarakat kepada TNI berada pada posisi yang paling puncak sekarang ini. TNI, Kepresidenan, KPK itu berada pada posisi 3 besar terus. Jadi jangan sampai kepercayaan itu hilang gara-gara kita keliru menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat. Kepercayaan itu sangat-sangat mahal harganya, tidak bisa dinilai dengan uang. Inilah yang terus dan harus kita jaga bersama-sama.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Terima kasih.
Selamat bertugas Saudara-saudara Babinsa.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru