Arahan Presiden Joko Widodo pada Rakornas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2017, 23 Januari 2017, di Istana Negara, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 Januari 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 5.978 Kali

Logo-Pidato2Selamat pagi,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Panglima TNI, Kapolri,
Yang saya hormati para Kepala Staf Angkatan, seluruh Pangdam, Kapolda, Danrem, Kapolres, dan Dandim,
Yang saya hormati para Gubernur, utamanya Gubernur Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat,
Para Bupati yang hadir, Ibu dan Bapak sekalian tamu undangan yang berbahagia.

Tadi saya meniti, memang tidak sampai 7 menit Pak Menko. Sambutan saja diatur harus tidak lebih dari 7 menit.

Baiklah, kembali ke urusan kebakaran hutan dan lahan. Saya rasa kita semuanya yang di sini ingat, kebakaran tahun 2015. Betul-betul kita pontang-panting saat itu semuanya. Tetapi karena api betul-betul sudah menjalar, sudah membesar, segala cara yang kita lakukan menjadi sia-sia karena sudah terlanjur terbakar.

Oleh sebab itu, kita semuanya harus antisipasi, antisipasi jangan sampai peristiwa kebakaran 2015 itu terulang kembali. Dan kita patut bersyukur, tadi seperti disampaikan oleh Menko Polhukam, 2016 turun sampai 82-83 persen. Dan kita harapkan tahun 2017 ini juga mengalami penurunan lagi.

Dan kita tahu semuanya, dampak dari adanya kebakaran hutan tidak hanya urusan masalah ekonomi. 2015 kita mengalami kerugian kalau dihitung-hitung, ekonom menghitung, dampak karena urusan pembatalan penerbangan, dampak karena perkantoran yang libur, dampak karena aktivitas ekonomi yang berhenti, mencapai angka yang tidak sedikit, Rp220 triliun. Sebuah angka yang sangat besar sekali.

Dampak kesehatan, gangguan kesehatan, ISPA dan lain-lain, di 2015 gangguan kesehatan dari informasi yang kita terima ada 504.000 orang terutama anak-anak yang terkena ISPA.

Dampak yang lain, masalah hilangnya habitat keragaman hayati kita. Ini juga dampak yang tidak bisa dihitung secara ekonomi. Besar sekali, karena hutan yang rusak diperkirakan 2,6 juta hektar.

Kemudian yang berkaitan dengan liburnya sekolah. Ini juga enggak bisa dihitung kerugian kita berapa. Berapa hari tidak sekolah, berapa minggu libur, atau berapa bulan libur. Kita harapkan 2017 ini tidak terjadi.

Kalau kita lihat titik api di 2015 betul-betul merah semuanya. Memang saat itu juga karena El Nino melanda Indonesia. Tetapi menurut saya, karena cegah dini, antisipasi sebelumnya, yang kita betul-betul tahun 2017 ini harus kita siapkan. Sehingga di awal bulan ini, awal Januari ini, kita ingin agar semuanya memahami, menyadari bahwa dampak karena titik api yang banyak, dampak karena kebakaran yang besar itu betul-betul semuanya terkena dampaknya. Dampak ekonomi, dampak kesehatan, dampak kehilangan keragaman hayati. Dan alhamdulillah, di 2016 kalau kita lihat titik apinya berkurangnya juga kelihatan sekali sangat besar.

Tadi sudah disampaikan oleh Menko Polhukam bahwa luas kebakaran hutan dan lahan per Desember 2016 lebih rendah 83,21 persen dibandingkan 2015. Turun sangat drastis sekali. Ini karena antisipasi, karena pencegahan yang kita lakukan bersama-sama. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Saudara-saudara semuanya yang telah melaksanakan pekerjaan yang besar. Dan ini dimulai dari desa dengan menggerakkan Babinsa, menggerakkan Babinkamtibmas, menggerakkan Polsek, menggerakkan Koramil, Kodim bergerak, Polres bergerak, Danrem bergerak, Korem bergerak, Kodam, Polda semuanya bergerak, hasilnya turun 83 persen dan hotspot-nya turun 82 persen. Sebuah penurunan yang sangat drastis sekali.

Dan kita ingin tahun ini betul-betul kita bisa mencegah agar persentase itu betul-betul kita tekan lagi agar  menjadi hilang dan pada posisi betul-betul 100 persen turunnya. Meskipun itu saya tahu sangat sulit, tetapi apapun kita harus kerja keras untuk mengantisipasi ini.

Dan perlu saya ingatkan bahwa, sekali lagi, ini masih bulan Januari, tetapi sudah mulai kelihatan, keringnya sudah mulai kelihatan. Oleh sebab itu, jangan sampai lengah. Tadi sudah disampaikan juga oleh Menko Polhukam bahwa BMKG memprediksi tahun 2017 ini lebih kering dari tahun 2016. Jadi kita semuanya harus hati-hati, betul-betul hati-hati.

Dan tadi sudah disampaikan mengenai rencana aksi 2017. Perlu betul-betul dirumuskan secara detil. Yang pertama, saya ingin agar didorong penetapan siaga darurat itu sejak dini. Jangan sudah ada masalah baru keluar surat kedaruratan, siaga daruratnya  baru keluar. Keluarkan segera, ini dari Provinsi, dari Gubernur, segera keluarkan, terutama untuk daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan. Segera keluarkan, kalau kira-kira sudah ada satu api, langsung keluarkan surat itu. Jangan sampai sudah membesar kita baru mengeluarkan, saat itu sudah kesulitan. Apalagi yang namanya lahan gambut, akan sulit sekali untuk pencegahannya. Sekali lagi, penetapan siaga darurat sejak dini, terutama pada daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan harus segera dikeluarkan. Dan perkuat sistem deteksi dini di daerah-daerah yang rawan kebakaran, terutama di provinsi Riau, Kalbar, Kaltim, Kalteng, Papua.

Dan sekali lagi, semua unsur harus aktif melakukan pengecekan langsung di lapangan. Jangan memantau dari kantor, dari belakang meja. Dan apa yang saya sampaikan 2015, 2016 masih berlaku. Apa perlu saya ingatkan? Saya kira sudah pada ngerti jadi enggak saya sampaikan lagi. Janjiannya tetap, janjiannya tetap. Tetapi, saya perlu mengingatkan juga pada Panglima TNI, pada Kapolri, yang kebakarannya tidak ada juga tolong diberikan reward-nya. Tapi yang kebakaran juga enggak usah ragu punishment-nya. Sudah, janjiannya masih tetap.

Kemudian penyiapan canal blocking, sekat kanal. Jumlahnya sudah banyak tahun yang lalu, 2016 ada 11.000 kurang lebih. Tetapi ini masih kurang dan ini akan dikerjakan terus oleh PU, oleh Badan Restorasi Gambut, oleh Kementerian Kehutanan. Oleh, ini yang saya lupa, jangan lupa perusahaan swasta yang menjadi pemilik-pemilik lahan hutan itu harus bertanggung jawab juga untuk membangun canal-canal blocking.

Kemudian sumur bor. Jumlahnya masih sedikit di 2016, tapi di 2017 akan dikerjakan, akan dibangun sebanyak-banyaknya. Sekali lagi, ini juga perusahaan swasta sebagai pemilik ini juga harus bertanggung jawab membangun sumur-sumur seperti yang kita inginkan. Sehingga setiap kebakaran segera dan cepat bisa diantisipasi, bisa dipadamkan.

Yang kedua, dengan aktivasi posko pengendalian kebakaran. Meskipun posko itu tidak harus berupa sebuah bangunan tetapi kita ingin agar ada tempat, ada poskonya, baik di tingkat kecamatan dan syukur sampai ke tingkat desa. Di sini penting kita libatkan masyarakat sekitar. Dengan sistem patroli bersama dan peningkatan kapasitas, peningkatan kesadaran masyarakat, betul-betul bisa kita kerjakan. Mengingatkan masyarakat, mengedukasi masyarakat, memberikan pembelajaran-pembelajaran pentingnya mengantisipasi kebakaran.

Yang ketiga, mengecek kesiapan, mengecek kesiagaan untuk melakukan operasi udara, patroli udara, hujan buatan, waterbombing. Ini harus gerak cepat dari awal, sehingga begitu ada indikasi, begitu ada tanda-tanda muncul hotspot segera putuskan apakah perlu itu rekayasa cuaca, apakah perlu itu waterbombing. Segera putuskan dan segera cepat. Jangan menunggu api sudah besar, kalau sudah besar sulit sudah. Percaya saya sudah. Ke lapangan, kita semua sudah tahu. Jadi kita enggak usah berbicara mengenai ini. Ini hanya soal memutuskan kecepatan bertindak. Begitu kita terlambat, sudah, akan sangat sulit sekali untuk kita lakukan pemadamannya. Sehingga sekali lagi, saya perlu ingatkan agar gerak cepat lebih awal ini betul-betul segera diputuskan apabila ada titik di mana api itu muncul.

Ini biasanya kalau pesawat itu yang menyiapkan siapa? Dari BNPB? Jadi ada atau tidak ada kebakaran pesawatnya siap, jadi begitu ada titik api kecil langsung bisa bergerak. Jangan api sudah besar baru mencari sewa pesawat, baru mencarikan pesawatnya. Sudahlah, itu terlambat kalau pekerjaan kita seperti itu terus. Pesawatnya dulu disiapkan baru namanya mengantisipasi. Biasanya kita selalu terlambat karena masalah prosedur.

Sehingga kembali lagi saya sampaikan untuk  Gubernur agar yang namanya tanggap darurat itu betul-betul segera dikeluarkan. Kalau sudah yang namanya cuaca sudah panas, sudah. Tinggal antisipasinya menyiapkan pesawatnya, menyiapkan  hujan buatannya, menyiapkan patrolinya, menyiapkan waterbombing-nya ini betul-betul bisa disiapkan.

Sekali lagi angka kerugian, saya ingatkan lagi angka kerugian di 2015 tadi yang sudah saya sampaikan. Itu bukan angka yang kecil.  Rp220 triliun itu angka yang gede sekali, gede sekali.

Yang keempat, ini yang berkaitan dengan aparat hukum. Tegas dan selesaikan kasus-kasus kebakaran hutan yang ada. Saya ingatkan lagi, tidak boleh ada kompromi untuk hal-hal yang berkaitan dengan kebakaran hutan. Saya ingatkan juga kepada semua perusahaan swasta, betul-betul harus ngikut. Kalau sudah diberi konsesi itu ya dipelihara, dirawat, diamankan areanya. Sekali lagi,  proses dengan tegas dan segera eksekusi ketika sudah ada keputusan hukum yang mengikat supaya tidak ada lagi yang berani bertindak macam-macam.

Saya kira tahun 2015-2016 ada yang dicabut, ada dibekukan, ada yang diberi peringatan. Ini saya harapkan, ini sudah tahun 2017, sudah enggak ada lagi peringatan-peringatan, sudah. Tahun 2015 masih ada peringatan, tahun ini enggak usah pakai peringatan. Bekukan ya bekukan, cabut ya cabut, sudah. Kalau tegas pasti kebakaran ini juga akan dijaga bersama-sama, baik perusahaan swasta, baik kita semuanya, aparat, saya kira semuanya akan menjaga.

Yang kelima, terus perbaiki tata kelola lahan terutama yang terkait dengan lahan masyarakat dan konsesi swasta. Saya perlu ingatkan bahwa diperlukan penanganan khusus terhadap lahan gambut agar pengelolaannya berkelanjutan. Sehingga memberikan manfaat bagi rakyat sekitar dan terhindar dari kebakaran. Saya kira BRG, Badan Restorasi Gambut, sudah bergerak. Baik, memang tahun ini mungkin sudah akan kelihatan masif, tahun kemarin baru pada posisi persiapan-persiapan dan perencanaan. Tahun ini saya kira lapangannya akan mulai kelihatan sehingga betul-betul pencegahan ini bisa kita lakukan sedini mungkin.

Terakhir, saya mengharapkan agar perkuatan sinergi antara instansi-instansi di pusat, Pemerintah Pusat bersama TNI-Polri dan Pemerintah Daerah, Pemerintah provinsi, Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota betul-betul semuanya bekerjasama, bersinergi. Sinergi dalam perencanaan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan, sinergi dalam gerak cepat turun ke lapangan pada saat api masih dalam posisi kecil. Dengan itu kita berharap di awal tahun ini betul-betul perencanaan gerak cepat kita bisa mencegah kebakaran hutan dan lahan itu, tidak terjadi di tahun 2017.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan pagi hari ini. Maka dengann mengucap bismillahirrahmanirrahim saya buka Rakornas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 2017.

Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru