Bloomberg dan Business Times Puji Kepemimpinan Presiden SBY

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 November 2012
Kategori: Apresiasi RI
Dibaca: 10.076 Kali

show_image_npadvmainfea.phpDua media internasional, Bloomberg dan The Business Times, secara hampir bersamaan memuji kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang telah memasuki periode kedua kepemimpinannya di Indonesia.

Menurut Bloomberg Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melebihi harapan hampir semua orang.  Di bawah kepeimpinannya, Indonesia memajukan perekonomian, mengurangi terorisme, memangkas peran militer di masyarakat, dan menghancurkan mesin korupsi yang dibangun Suharto selama hampir  32 tahun berkuasa.

Presiden SBY juga dianggap berada dibalik munculnya pujian negara-negara OECD (Organization for Economic Co-operation and Development atau Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan)  terhadap keberhasilan negara-negara Asia Tenggara melewati terpaan krisis global. “Itu benar-benar merupakan pengakuan seberapa jauh Indonesia telah berperan dalam delapan tahun ini,” tulis Bloomberg, kemarin.

 OECD memperkirakan pertumbuhan Indonesia mencapai 6,4 persen dari 2013-2017, sama dengan angka dalam dua dekade sebelum krisis Asia 1997-1998. Kinerja tersebut turut melambungkan nama  SBY  pada KTT ASEAN di Kamboja,   yang dihadiri oleh Presiden AS Barack Obama.

Presiden SBY juga dipandang berada di balik kekuatan negara-negara ASEAN . Dia telah menunjukkan  peran negarawan senior Asia, berbicara tentang Muslim Rohingya (kelompok Muslim minoritas di Myanmar), dan krisis di Timur Tengah. Di Phnom Penh, SBY jadi pusat perhatian  Asia ketika ia meminta Obama menekan Israel untuk mengakhiri serangan udara di Jalur Gaza.

Rencana Masa Depan

Presiden SBY,  63, telah membeberkan  rencananya setelah 2014, ketika masa jabatan keduanya berakhir. Ia memilih menjadi seorang penasihat begitu pensiun, dan siap membantu memajukan Indonesia. Kalangan politik juga tengah menimang-nimang sejumlah kendidat, di antaranya Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) untuk menggantikan SBY.

Presiden SBY masih  memiliki sisa waktu dua tahun. Ia masih punya waktu untuk menggunakan pengaruhnya sebagai seorang reformis. Dua tahun untuk mengakhiri korupsi yang mengakibatkan  hampir setengah penduduk Indonesia hidup dengan 2 dollar AS per hari, untuk meningkatkan daya saing dan memperluas perekonomian hampir lima kali lipat hingga mencapai  setidaknya 4 triliun dollar AS pada 2025.

Berakhirnya masa kepemimpinan Yudhoyono pada 2014 dinilai Bloomberg telah menghasilkan rapor yang bagus. Pada waktu SBY mulai memimpin, peringkat Transparency International Indonesia menempati posisi133 dalam Indeks Persepsi Korupsi bersama  Republik Demokratik Kongo
dan Tajikistan. Pada tahun 2011, peringkat itu menjadi ke-100 dari 183 negara, bersama Argentina dan Meksiko. Pada bulan Januari, Lembaga pemeringkat Moody’s (Moody Investors Service Inc) bahkan memulihkan  investment grade Indonesia.

Warisan

Bloomber mengingatkan, warisan SBY tidak harus hanya baik – tapi harus lebih  besar. Ketika Jim O’Neill, pakar ekonomi Goldman Sachs  yang dikenal akronimnya BRIC (Brazil, Rusia, India dan Cina), menambahkan “I” untuk Indonesia, sehingga menjadi BRIIC.  Itu adalah janji
SBY begitu memenangkan masa jabatan keduanya.

Terpilihnya kembali SBY sebagai presiden  pada tahun 2009 disambut sebagai sebuah “game changer”. Mandat tersebut  memberinya kekuatan politik untuk membangun bisnis Indonesia menjadi lebih kuat lagi, membangun lemabaga-lembaga demokrasi dan peradilan yang lebih mandiri. SBY berkesempatan untuk melangkah lebih jauh untuk mengendalikan ekstremisme Islam.

Penguatan aparat anti-korupsi sangat penting untuk lonjakan investasi infrastruktur pada inti dari strategi Yudhoyono. Dia berencana membelanjakan 12 miliar dollar AS untuk membangun pelabuhan saja agar  perusahaan seperti Unilever NV, yang membangun pabrik 150 juta dollar ASpada pantai barat, dapat membawa bisnis yang lebih ke Indonesia.

Menurut Bloomber,  sungguh penting bagi SBY untuk memanfaatkan dua tahun terakhir untuk membawa perubahan . Dia mengartikulasikan sebuah visi pemerintahan bersih dan pertumbuhan yang inklusif

Lewati Masa Sulit

Business Times lebih menyoroti masa depan Indonesia paska kepemimpinan SBY.  Pemilihan presiden pada tahun 2014, dimana SBY tidak dapat mencalonkan diri lagi, dikhawatirkan bisa menimbulkan ketidakstabilan ekonomi Indonesia, yang merupakan negara terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari 17.000 pulau, 300 kelompok etnis, dan 742 bahasa dan dialek.

Media ini menyoroti sejumlah perubahan paska berakhirnya kekuasaan Soeharti di Indonesia pada 1998. Derasnya arus investasi yang masuk ke Indonesia tanpa diimbangi oleh kuatnya komitmen politik di tingkat lokal, telah menyebabkan ketergantungan Indonesia pada ekspor barang mentah khusus pertambangan tanpa ada nilai tambah, sebelum akhirnya kemudian Pemerintah mengeluarkan aturan larangan ekspor biji mineral.

Penurunan harga komoditas ekspor, sebut Buiness Times telah menjadi kekhawatiran baru Indonesia, Harga batubara yang turun hingga 36 persen di pasar dunia, tidak akan memiliki banyak dampak langsung terhadap perekonomian, meskipun Indonesia adalah eksportir batubara termal terbesar. Namun ekspor batubara hanya mewakili sekitar 4 persen dari PDB.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah penurunan harga kelapa sawit hingga 14 persen, mengingat sektor ini mempekerjakan sekitar 4 juta penduduk Indonesia, menurut Citigroup, sebagian besar dari mereka di bagian termiskin dari Nusantara.  Demikian juga dengan kenarikan harga minyak hingga 5 persen, mengingat sebagai negara eksportir minyak, Indonesia juga mengimpor minyak.

 “Kombinasi dari kenaikan biaya bahan bakar dan impor baik modal terhadap permintaan ekspor yang lebih rendah, serta subsidi BBM yang mencapai 50 persen, telah menjadikan Indonesia menjadi negara dengan defisit terbesar dalam 16 tahun terakhir,” tulis Business Times yang mengingatkan, bahwa mata uang rupiah juga turun 8 persen dibanding tahun lalu.

Tapi ini bukan suatu keadaan asing ke Indonesia, yang sering tampaknya kesukaran dari satu krisis ke krisis yang lain. Terbukti, sejak 1998, ekonomi Indonesia berkembang jauh. Nilai PDB 24 persen, dan meskipun banyak rintangan investasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai rata-rata 5,5 persen dalam dekade terakhir, pengangguran menurun drastus sejak tahun 2005, dan pendapatan per kapita telah meningkat empat kali lipat, menjadi sekitar 3.500 dollar AS.

Lebih banyak perusahaan yang pindah ke Indonesia untuk mengambil keuntungan dari salah satu populasi terbesar di Asia, dan termuda. Investasi asing langsung (FDI) pulih pada kuartal kedua menjadi 3,9 miliar dollar AS setelah dua penurunan berturut-turut. Pembuat mobil Jepang, diboikot di Cina, memperluas produksi di Indonesia. Unilever sedang merencanakan pabrik pengolahan minyak kelapa dan kedua Foxconn Electronics dan Samsung memiliki rencana untuk mengalihkan produksi beberapa negara.

Jadi, ketika Presiden Yudhoyono mengakhiri masa jabatannya  pada tahun 2014, ia akan menandai stabilitas Indonesia, menjadi presiden pertama yang dipilih secara langsung untuk melayani bukan hanya satu tapi dua istilah, dan menyerahkan kekuasaan secara damai kepada penggantinya dipilih langsung.

Indonesia mungkin tidak begitu nyaman buat  bagi investor, tapi jangan khawatir terlalu banyak untuk itu, seperti Bob Marley bernyanyi, semuanya akan baik-baik(WID, ES)

 

Apresiasi RI Terbaru