Terima 10 Dubes Baru, Seskab: Presiden Miliki Karakter Ingin Serba Cepat, Sesuaikan Itu

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 Januari 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 30.137 Kali
Seskab saat menemui para duta besar yang baru dilantik di Ruang Rapat Seskab, Gedung II Kemensetneg, Jakarta Jumat Siang (15/1) (Foto:Humas/Agung)

Seskab saat menemui para duta besar yang baru dilantik di Ruang Rapat Seskab, Gedung II Kemensetneg, Jakarta Jumat Siang (15/1) (Foto:Humas/Agung)

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengemukakan, setiap Presiden mempunyai pola gaya kebijakan yang berbeda-beda. Ia menyebutkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki karakter yang ingin serba cepat dan tidak mau berpikir seperti layaknya birokrasi yang selama ini ada.

“Beliau berulang kali mengatakan seorang menteri itu berpikirnya jangan business as usual, harus out of the box. Sebagai etalase pemerintahan di negara/badan yang ditunjuk, Dubes LBBP (Luar Biasa dan Berkuasa Penuh) RI harus menyesuaikan dengan cara berpikir Presiden Jokowi tersebut. Paradigmanya harus diubah betul-betul,” kata Pramono saat menerima 10 (sepuluh) Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia, di ruang rapat Seskab lantai II Gedung III Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jakarta, Jumat (15/1) siang.

Kesepuluh Dubes LBBP RI itu baru saja dilantik oleh Presiden Jokowi berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 138/P Tahun 2015, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (23/12) lalu. Kesepuluh Dubes LBBP RI yang baru itu adalah:

1. I Gusti Agung Wesakapuja; Duta Besar untuk Kerajaan Belanda dan Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW), berkedudukan di Den Haag;
2.  Marsekal Madya TNI (Purn) Muhammad Basri Sidehabi; Duta Besar untuk  Qatar, berkedudukan di Doha;
3. Marsekal Madya TNI (Purn) Budhy Santoso; Duta Besar untuk Republik Panama merangkap Honduras, Kosta Rika, dan Republik Nikaragua, berkedudukan di Panama City;
4. Mansyur Pangeran; Duta Besar untuk Senegal merangkap Cago Verde, Republik Gambia, Republik Guinea, Republik Guinea  Bissau, Republik Mali, Republik Pantai Gading, dan Republik Sierra Leone, berkedudukan di Dakar;
5. Musthofa Taufik Abdul Latif; Duta Besar untuk Kesultanan Oman, berkedudukan di Muscat.
6. R Bagas Hapsoro; Duta Besar untuk Kerajaan Swedia merangkap Latvia, berkedudukan di Stockholm;
7. I Gede Ngurah Swajaya; Duta Besar untuk Singapura, berkedudukan di Singapura;
8. Rizal Sukma;  Duta Besar untuk Perserikatan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara (Inggris) merangkap Republik Irlandia dan International Maritime Organization (IMO), berkedudukan di London;
9. Ibnu Hadi; Duta Besar untuk Republik Sosialis Vietnam, berkedudukan di Hanoi; dan
10. Dian Triansyah Djani; Perwakilan Tetap Republik Indonesia pada Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi internasional lainnya di New York, berkedudukan di New York.

Lima Hal
Seskab Pramono Anung mengawali arahannya dengan menyampaikan adanya perubahan mekanisme administrasi pengangkatan dan pemberhentian Dubes LBPP RI untuk negara sahabat berdasarkan Perpres Nomor 24/2015 tentang Kementerian Sekretariat Negara dan Perpres No 25/2015 tentang Sekretariat Kabinet.

“Dengan perpres 25/2015, semua hal yang berkaitan dengan pengangkatan dan pemberhentian dubes, itu sepenuhnya di tempat kami, kecuali pelantikan ada di Istana Negara. Report dan sebagainya nanti pasti melalui kami,” kata Mas Pram, panggilan akrab Pramono Anung.

Seskab juga menyampaikan, bahwa Presiden Jokowi selalu menekankan pemerintahan mengacu pada lima hal sebagai pegangan utama, yaitu pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, penurunan angka kemiskinan, inflasi, dan gini ratio. Karena itu, Seskab berharap, Dubes LBBP juga mengacu pada kelima hal tersebut.

Mengutip pesan Presiden Jokowi, Seskab mengatakan bahwa era saat ini adalah era kompetisi dimana perubahan mendasar dari konsumtif menjadi produktif jadi pegangan. Untuk itu, Presiden Jokowi meminta agar birokrasi, pemerintah, dan sebagainya memiliki cara berperilaku dan cara bertindak betul-betul sebagai petarung dalam kompetisi dunia global.

Dalam era kompetisi, lanjut Seskab, Indonesia akan menjadi bukan lagi follower (mengikuti) tetapi berpartisipasi aktif. Kompetisi tidak bisa dicegah dan dilawan, misalnya Trans Pasific Partnership (TPP), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa, dan seterusnya.

“Indonesia akan tertinggal apabila tidak ikut. Presiden mencontohkan pom bensin Pertamina kalau tanpa ada yang lain, pasti pom bensin kita masih kumuh, masih seperti dulu. Sekarang bersih dan berubah, pelayanannya menjadi lebih baik,” tuturnya.

Seskab berharap, Dubes bisa menjelaskan atau menyampaikan atau memberikan masukan, gagasan, dan ide agar Indonesia betul-betul dipersiapkan menjadi masyarakat atau bangsa yang lebih kompetitif.

Turut mendampingi Seskab dalam pertemuan Wakil Sekretaris Kabinet Bistok Simbolon, Deputi Bidang Dukungan Kerja Kabinet Yuli Harsono, Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Fadlansyah Lubis, Staf Ahli Bidang Hukum dan Hubungan Internasional Satya Bhakti Parikesit, dan Asisten Deputi Bidang Naskah dan Terjemahan Eko Harnowo. (UN/ES)

 

Berita Terbaru