Hotspot Berkurang, Siti Nurbaya Pastikan Negara Tidak Diam Hadapi Kebakaran Hutan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Agustus 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 25.587 Kali

MenhutMenteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK ) Siti Nurbaya mengaku dapat memahami jika rakyat di daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sudah jenuh dengan asap dan asap lagi. Namun ia memastikan, bahwa negara tidak diam dan pemerintah akan terus bekerja tiada henti untuk menangani karhutla yang kini mulai melanda sejumlah daerah.

“Saya pastikan dan tegaskan, bahwa negara tidak diam dan pemerintah terus bekerja tiada henti, dengan segala kekuatan yang ada untuk menangani karhutla. Kita tidak ingin bencana ekologis yang membuat daerah tertutup asap selama berbulan-bulan seperti tahun lalu, kembali terulang,” tegas Siti melalui siaran pers yang diterima dari Humas Kementerian LHK, beberapa saat lalu.

Menteri LHK menegaskan, dirinya memantau asap cukup pekat yang saat ini menghampiri warga Duri, Dumai dan beberapa daerah di Riau. Sementara di Pekanbaru, pagi tadi asap kembali terlihat meski ISPU terpantau masih dalam status BAIK. “Segenap hati dan perhatian saya tertuju pada rakyat di daerah yang saat ini merasakan dampak karhutla,” tegasnya.

Menurut Menteri LHK, Kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan Kepala BRG (Badan Restorasi Gambut) telah berada di Riau. Ia juga menyebutkan, bahwa upaya pemadaman dimaksimalkan dengan rencana penambahan dua helikopter lagi serta penambahan peralatan dan dukungan dari personil TNI/Polri.

Untuk memaksimalkan upaya pengendalian karhutla, lanjut Menteri LHK, Pemerintah Provinsi juga sudah menetapkan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap akibat karhutla, seperti di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jambi dan Kalimantan Selatan.

Selain itu dilakukan patroli terpadu sebagai upaya mensinergikan para pihak dalam pencegahan karhutla sampai pada tahap tapak (masyarakat). Patroli Terpadu melibatkan unsur Manggala Agni, Polhut, TNI, POLRI, pers, LSM dan aparat desa/tokoh masyarakat.  Pelaksanaan patroli ini, jelas Menteri, berbasis komando bertingkat dengan operasional Posko Desa, Posko Daops, Posko tingkat Provinsi (Balai Besar/Balai KSDA/TN), dan Posko Nasional di Kementerian LHK.

“Target kerja kita jelas, jangan sampai rakyat kembali merasakan derita asap seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita ingin menekan semaksimal mungkin jumlah titik api penyebab meluasnya dampak asap,” tegas Siti.

Terkait keluhan yang disampaikan negara tetangga, Menteri LHK Siti Nurbaya mengemukakan, menghormati keluhan tersebut. Namun ia menegaskan, pemerintah tidak bekerja menangani karhutla karena desakan negara lain. “Indonesia menganut prinsip ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian. Tidak atas desakan-desakan,” tegasnya.

Karena itu, Siti Nurbaya mengimbau agar semua pihak luar hendaknya menahan berkomentar yang tidak perlu dengan tetap melihat upaya-upaya yang telah dilakukan secara sistematis dan serius oleh pemerintah Indonesia, sebagaimana terlihat dari menurunnya titik api dan luasan sebaran asap, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.

Titik Api Berkurang
Sebelumnya pada awal siaran persnya Menteri LHK Siti Nurbaya mengemukakan, bahwa saat ini Indonesia tengah memasuki musim krusial kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Meski jumlah hotspot atau titik api secara nasional berkurang hingga 70-90 persen, namun kewaspadaan terus ditingkatkan seiring dengan mulai masuknya musim kering.

Ia menyebutkan, jumlah hotspot tahun 2016 dibanding tahun 2015 (Periode 1 Januari-28 Agustus) dari pantauan satelit NOAA18/19 mengalami penurunan dari 8.247 titik tahun lalu, menjadi 2.356 titik pada tahun ini atau lebih dari 74,64 persen.

Penurunan terbesar, menurut Menteri LHK, terjadi di Provinsi Riau dan Kalimantan Tengah. Di Riau, pada periode yang sama tahun 2015 terdapat 1.292 titik api, sementara tahun ini turun jadi 317 titik. Sedangkan di Kalteng, dari 1.137 titik api tahun lalu, turun menjadi 56 titik api pada tahun ini.

Sementara berdasarkan satelit TERRA/AQUA (NASA), dengan periode yang sama, lanjut Siti, terlihat jumlah hotspot tahun 2016 berkurang 74,70 persen dibanding tahun 2015.“Tahun sebelumnya tercatat 11.690 titik api, tahun ini menjadi 2.937 titik api,” ujarnya.

Penurunan yang cukup signifikan itu, menurut Menteri LHK. tidak terlepas dari upaya tiada henti tim terpadu di lapangan. “Mereka bekerja tanpa mengenal hari libur bahkan sampai bermalam di lokasi untuk menjaga titik api tidak meluas. Lokasi yang sulit dijangkau melalui jalur darat, dilakukan pemadaman melalui jalur udara,” ungkapnya.

Namun Menteri LHK mengingatkan, bahwa kondisi sekarang ini merupakan waktu kritis dan kita bersyukur masih bisa menekan sebaran titik api. Ia menyebutkan, asap yang muncul juga bersifat fluktuatif dan bisa berubah sewaktu-waktu bergantung faktor alam seperti arah angin.

“Seiring juga dengan berbagai usaha serta kerja keras tim terpadu. Termasuk penegakan hukum bagi pelaku yang sengaja membakar lahan. Karena dari pantauan satelit terlihat, ada lahan-lahan yang sengaja dibakar dan meluas hingga membawa dampak asap,” jelas Siti.

Menteri LHK meyakini, dengan kebersamaan dan keseriusan semua pihak mengambil tanggung jawabnya, serta penuh kejujuran untuk melihat kondisi yang ada, maka masalah ekologis yang sudah menahun ini pasti bisa diatasi.

Diakui Menteri LHK, semua upaya untuk membenahi apa yang telah rusak sebelumnya ini, mungkin tidak akan seketika terlihat hasilnya. Namun upaya pemerintah, tegas Menteri, jelas mengarah untuk berbuat yang terbaik bagi rakyat. Terutama agar tidak terus menerus merasakan derita asap.

“Titik apinya kita kejar. Asapnya kita tangani. Pembakarnya harus diberi hukuman. Masyarakat terus kita dampingi agar membuka lahan tidak dengan cara membakar. Semuanya agar rakyat tetap bisa sejahtera hidup berdampingan dengan karunia alam pemberian Tuhan,” pungkas Siti. (RMI/Humas Kementerian LHK/ES)

Berita Terbaru