Impor LPG Iran 500 Ribu Metrik Ton, Presiden Jokowi Berharap Efisiensi Harga Bisa Dilakukan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 14 Desember 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 29.235 Kali
Presiden Jokowi dan Presiden Iran Hassan Rouhani sebelum menyampaikan konperensi pers bersama, di Istana Sa’ad Abad, di Teheran, Rabu (14/12) pagi. (Foto: Bouweda/Humas)

Presiden Jokowi dan Presiden Iran Hassan Rouhani sebelum menyampaikan pernyataan pers bersama, di Istana Sa’dabad, di Teheran, Rabu (14/12) pagi. (Foto: Setkab/Wedha)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, untuk tahun 2017 mendatang, Indonesia akan mengimpor bahan bakar gas cair (LPG) dari Iran sebesar kurang lebih 500 ribu metrik ton. Sementara Iran akan membangun mobile powerplant di Indonesia sebesar kurang lebih 5.000 megawatt.

“Dengan kerja sama energi ini maka efisiensi harga akan bisa dilakukan,” kata Presiden Jokowi dalam pernyataan pers bersama Presiden Iran Hassan Rouhani, di Istana Sa’dabad, di Teheran, Rabu (14/12) pagi waktu setempat, setelah dilakukannya penandatanganan nota kesepahaman kerja sama di bidang energi yang dilakukan oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri ESDM Iran.

Selain itu, turut dibahas kedua pemimpin kemungkinan melakukan kerja sama pengelolaan dua ladang minyak di Ab-Teymoura dan Mansouri. Sebelumnya pada bulan Agustus lalu, Pertamina dan National Iranian Oil Company (NIOC) telah menandatangani nota kesepahaman untuk melakukan studi pendahuluan terhadap kedua lapangan minyak raksasa di Iran tersebut.

Pada kunjungan kali ini, Presiden Jokowi juga membawa serta dalam sebanyak 60 CEO dan pengusaha dari Indonesia.

“Mereka bergerak di berbagai bidang (dan) mereka akan bertemu CEO counterpart mitra dan melakukan pertemuan bisnis peningkatan perdagangan antara Iran dan Indonesia,” terangnya.

Senada dengan Presiden Joko Widodo, Presiden Hassan Rouhani menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan Indonesia. Rouhani juga menyambut baik usulan pemerintah Indonesia terkait pengelolaan ladang minyak di Iran.

“Kami siap untuk berpartisipasi dalam pembangunan pembangkit listrik, bendungan, saluran air, serta berbagai bantuan teknis kepada Republik Indonesia. Tentu saja Republik Indonesia juga dapat aktif dan berpartisipasi dalam industri migas di Republik Islam Iran,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, pemerintah Iran juga menganggap kerja sama di sektor energi antara kedua negara merupakan suatu hubungan strategis. Pihaknya pun menyatakan kesiapan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia dalam bidang tersebut.

Selain soal energi, dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Mutual Legal Assistance serta MoU Ekstradisi yang dari pihak Indonesia ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Juga ditandatangani MoU di bidang Investasi yang dari Indonesia ditandangani oleh Kepala BKPM Thomas Lembong.

Pendekatan Dialog
Selain isu di bidang ekonomi, menurut Presiden Jokowi, dalam pertemuan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani itu juga dibahas mengenai situasi keamanan dunia saat ini. Ia menegaskan, Indonesia kembali menekankan pentingnya pendekatan dialog secara damai dalam menyelesaikan berbagai konflik di kawasan, baik di Timur Tengah, yaitu di Suriah dan Yaman, maupun di Myanmar.

“Indonesia ingin terus melanjutkan peran aktif untuk perdamaian dan kesejahteraan dunia,” kata Presiden Jokowi.

Menutup pernyataannya, Presiden Joko Widodo mengapresiasi dan berterima kasih atas sambutan hangat yang telah diberikan pihak tuan rumah dalam kunjungannya ini.

Turut mendampingi Presiden dalam pertemuan adalah Menko  Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Kepala BKPM Thomas Lembong, Ketua OJK Muliaman D. Hadad, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, serta Direktur Utama PLN Sofyan Basir. (BPS/FID/ES)

Berita Terbaru