Kuliah Umum oleh Presiden Joko Widodo, di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan, Bantul, DI Yogyakarta, 22 Juli 2017

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 22 Juli 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 4.947 Kali

Logo-Pidato2-8Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta,
Yang saya hormati Ketua Umum PP Muhammadiyah beserta seluruh jajaran pengurus yang hadir, serta Ketua Umum Aisyiyah,
Yang saya hormati Rektor Universitas Ahmad Dahlan beserta seluruh jajaran guru besar, dosen, serta civitas akademika Universitas Ahmad Dahlan, serta seluruh mahasiswa yang hadir pada siang hari ini,
Hadirin undangan yang berbahagia.

Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat hadir di sini dalam keadaan sehat walafiat tak kurang sesuatu apapun.

Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi karena andil Muhammadiyah sebagai kekuatan transformatif sudah begitu besar dan sangat besar dalam mencerdaskan generasi muda kita, mencerdaskan umat, dan memerdekakan pikiran rakyat Indonesia dari kebodohan, dan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui amal usaha perserikatan yang ada di mana-mana.

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Saya ingin kita semuanya sadar, kita ingin semuanya menyadari bahwa sekarang ini perubahan politik global, perubahan ekonomi global ini berada pada transisi karena adanya keterbukaan, karena adanya media sosial yang berkembang hampir di seluruh negara. Landscape politik berubah, landscape politik global berubah, landscape politik nasional juga berubah, landscape politik daerah juga berubah. Landscape ekonomi global juga berubah, landscape ekonomi nasional juga berubah, landscape ekonomi daerah juga akan terus berubah karena perubahan-perubahan yang sekarang ini begitu sangat cepatnya.

Kita bisa melihat perubahan-perubahan itu jelas sudah di depan kita. Kita dulu baru belajar internet, sudah muncul lagi mobile internet. Kita baru belajar mobile internet, belum selesai, keluar lagi yang terbaru sekarang artificial intelligence. Kita bisa melihat, sekarang bisa bertanya sekarang kepada Amazon, kepada Alexa, kita mau ke masjid misalnya, carikan masjid yang di dekat kita. Dia akan memberitahu masjid paling dekat ada di dekat jalan ini. Saya ingin ke restoran Padang, tanya ke Alexa, dia akan memberitahu restoran padang ada di jalan ini. Kita mau beli jaket misalnya, merk apa, dimana saya bisa beli dia akan tunjukkan, “silakan datang ke mall ini, di gerai ini.” Itulah perubahan-perubahan yang dulunya tidak kita perkirakan secepat ini.

Sering juga saya sampaikan, mereka sudah berbicara, kayak Elon Musk, berbicara masalah Tesla, mobil fantastic masa depan yang mungkin sebentar lagi akan dipasarkan besar-besaran. Juga berbicara masalah hyperloop, yang memindahkan orang dari satu tempat ke tempat yang lain dengan begitu sangat cepat. Ini semuanya baru di-godhog dan kalau ini nanti keluar perubahan itu akan semakin cepat. Dia juga berbicara masalah pengelolaan ruang angkasa, spaceX yang itu nanti juga akan mengubah landscape ekonomi, mengubah landscape politik di negara kita.

Perubahan-perubahan seperti inilah yang harus kita antisipasi. Kita harus siap-siap. 5 tahun kedepan, 10 tahun kedepan, siapa yang nanti akan men-drive pasar, siapa yang nanti akan mengemudikan pasar, adalah saudara-saudara mahasiswa yang sekarang ada di ruangan ini dan yang 24.000 yang belajar di Universitas Ahmad Dahlan. Mereka inilah yang masuk dalam Generasi Y, Generasi Y yang akan mengubah landscape politik nasional, yang akan mengubah landscape ekonomi nasional. Lihat nanti insya Allah 5-10 tahun yang akan datang sudah akan berubah semuanya.

Karena generasi ini nantinya sudah tidak baca koran lagi. Saya tidak tahu apakah mahasiswa di sini masih ada yang baca koran, paling pakai smartphone, minta yang dotcom-dotcom kan banyak sekali di situ. Tidak akan lihat TV lagi nantinya 5-10 tahun yang akan datang karena bisa buka netflix, karena bisa minta video-video. Generasi Y ini, Generasi Y ini pegangannya hanya satu kecil itu saja, handphone smartphone, hanya itu saja. Bisa tahu semuanya, bisa melakukan apa saja.

Hal seperti inilah yang harus kita antisipasi. Karena generasi ini akan, betul-betul akan sangat mempengaruhi pasar, akan mempengaruhi, mengemudikan landscape ekonomi kita. Sekarang sudah mulai kan. Saya sekarang kalau beli sate, tidak usah suruhan untuk membelikan sate, bel gofood langsung datang sate. Mau beli gado-gado, bel gofood, datang gado-gado. Ini baru dimulai, betapa nanti 5-10 tahun yang akan datang, hal-hal seperti ini betul-betul akan mempengaruhi landscape ekonomi, landscape politik kita. Sehingga kalau kita tidak menyadari perubahan-perubahan ini, kita tidak akan bisa mengantisipasi itu ya kita akan diterjang oleh zaman. Inilah yang tidak boleh kita biarkan.

Oleh sebab itu, universitas juga, harus seluruh universitas khususnya universitas-universitas yang berada di bawah keluarga besar PP Muhammadiyah, lebih khusus lagi Universitas Ahmad Dahlan di Yogyakarta, harus mau berubah, harus mempersiapkan diri. Jangan sampai kita terlalu rutinitas dan itu kita anggap benar. Jangan sampai kita linier, tidak berani melakukan terobosan-terobosan. Jangan sampai kita bekerja monoton dan tidak menyadari bahwa perubahan itu sudah ada. Harus berani melakukan perubahan-perubahan.

Kurikulum misalnya. Harusnya kurikulum ini fleksibel karena perubahannya cepat sekali. Dari dulu sampai sekarang kita Fakultas Ekonomi itu selalu, Fakultas Ekonomi. Fakultas Hukum itu pasti ada. Padahal perubahannya sudah sangat cepat sekali. Mestinya, mestinya ada hal-hal yang bersifat kekinian, misalnya Fakultas Logistik. Karena platform logistik, baik platform retail platform, itu diperlukan sekali dan sangat spesifik, kebutuhannya sangat besar sekali. Karena berkembang media sosial, ya misalnya Fakultas Animasi yang nanti jurusannya meme. Ada meme-meme nanti di situ, belajar. Ini memang sudah berubah, kita ini sudah berubah. Kalau kita hanya terus menerus… Filosofi dasar ekonomi itu bisa diajarkan tapi satu semester lah itu. Yang lain, perkembangan ini yang harus diantisipasi. Bagaimana membangun sebuah retail platform yang bisa merajai tidak hanya di negara kita tapi merajai misalnya di Asean, bisa merajai syukur di dunia. Kenapa tidak? Kurikulum harus fleksibel.

Yang kedua, hal-hal yang bisa memenangkan persaingan menurut saya yang sangat penting dua hal, tambah satu nanti. Yang pertama, inovasi yang terus menerus. Inovasi tapi yang terus menerus tidak berhenti. Kalau kita berani masuk ke sini insya Allah akan memenangkan persaingan, memenangkan kompetisi. Yang kedua, kreativitas juga yang terus menerus. Dan yang ketiga, enterpreneurship. Ini mestinya diajarkan hal-hal seperti ini. Kalau kita belajar, saya enggak tahu apakah belajar ekonomi sekarang seperti yang dulu saya pelajari juga masih sama terus, padahal ini sudah berubah. Perubahan itu cepat sekali, sudah berubah.

Kemudian belajar-belajar di luar ruangan, di luar kuliah itu juga harus dihargai, dimasukkan ke SKS mestinya. Misalnya ada anak, ada mahasiswa yang belajar internet, dari internet misalnya belajar membuat aplikasi dan berhasil, itu harus dihargai sebagai sebuah SKS. Atau ada mahasiswa yang mengelola sebuah lahan pertanian dan berhasil, itu juga diakui. Disampaikan ke dosen, ditanya dari sisi filosofi-filosofi ekonominya bener, oh ya, dapat 5 SKS, atau dapat 10 SKS. Ini sekarang ini betul-betul perubahan itu cepat sekali. Kalau kurikulum tidak fleksibel, masih monoton, masih rutinitas, masih linier, ya ditinggal kita.

Mohon maaf Pak Rektor, tadi saya waktu masuk saya tanya Pak Rektor langsung, “Pak di sini fakultasnya apa Pak Rektor? Ada berapa Pak Rektor tadi?” Ada 10. Tambah satu nanti ya, tambah satu Fakultas Kedokteran, tambah satu lagi Fakultas Logistik gitu. Padahal permintaan sumberdaya manusia di bidang logistik itu gede banget.

Artinya apa? Jangan sampai kedepan mahasiswa itu masih mengidolakan dan mengangkat-angkat ijazah, hati-hati. Dunia sudah berubah, dunia sudah berubah. Kalau kita tidak menyadari ini betul-betul nanti negara kita akan ditinggal. Saya selalu mengingatkan ini karena memang dunia sudah berubah.

Yang kedua, yang sangat penting adalah bagaimana membangun karakter bangsa, selain yang pertama tadi. Karena kalau tidak anak-anak kita ini akan banyak belajar nantinya, belajarnya di media sosial, belajarnya dengan smartphone. Ya kalau isinya bagus-bagus enggak apa-apa tapi kalau mengambilnya yang jelek-jelek, padahal belum diisi karakter SDM-SDM kita, ya yang masuk yang jelek-jelek, munculnya SDM-SDM yang tidak baik. Oleh sebab itu, menurut saya juga perlu SKS-SKS yang berkaitan dengan etos kerja misalnya, berkaitan dengan enterpreneurhip, berkaitan dengan produktivitas. Karena memang semuanya sudah berubah dan tentu saja karakter bangsa kita yang memegang teguh nilai-nilai agama, memegang teguh nilai-nilai budaya itu juga harus diisikan. Kalau enggak nanti anak-anak kita akan ke-barat-barat-an, bisa nanti. Karena belajarnya dari smartphone, dari media sosial. Anak-anak kita bisa saja nanti bisa nanti ke-tiongkok-tiongkok-an, bisa anak kita nanti ke-jepang-jepang-an, atau ke-korea-korea-an. Hati-hati, ini hati-hati. Kalau ini tidak kita siapkan, bisa nanti. Perangnya sudah perang budaya. Intervensinya tidak kelihatan di fisik tapi di gambar nanti. Inilah hal-hal yang perlu kita pikirkan bersama dan kita antisipasi.

Universitas, perguruan tinggi berada pada tempat yang paling depan untuk mengantisipasi ini, perubahan-perubahan ini. Kalau tidak, saya tidak bisa membayangkan kalau seluruh mahasiswa di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, semuanya pegang smartphone nantinya, kemudian ada yang mengajarkan dari luar sesuatu yang mereka senang, kemudian tergiur, kemudian bareng-bareng mengikuti apa yang diinspirasikan dari sana, waduh. Kalau yang baik enggak apa-apa tapi kalau yang tadi, misalnya bisa mengubah kita menjadi ke-barat-barat-an, mengubah kita menjadi ke-jepang-jepang-an, saya tidak bisa membayangkan. Inilah saya kira pekerjaan besar kita semuanya.

Dalam 5 tahun ini pemerintah berkonsentrasi untuk menyiapkan fondasi basic dalam infrastruktur. Itu fisik tetapi pada tahapan selanjutnya pemerintah harus menyiapkan, fokus, konsentrasi pada penyiapan SDM yang secepat-cepatnya untuk mengantisipasi ini. Kalau sumberdaya manusia tidak disiapkan dalam mengantisipasi perubahan, sekali lagi, kompetisi global, persaingan global sudah masuk ke negara kita dan persaingan yang lebih besar sudah ada di depan kita semuanya.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Tadi sudah disinggung oleh Pak Rektor maupun Pak Ketua Umum PP Muhammadiyah mengenai Museum, sampai saat ini saya juga belum diberitahu jumlahnya berapa, jadi saya tidak bisa memberitahu kepada Pak Rektor serta Bapak/Ibu semuanya, seluruh Mahasiswa juga. Kalau tadi saya udah dibisiki, saya tahu bahwa ada alokasi untuk Museum Muhammadiyah di sini tetapi jumlahnya yang saya belum tahu. Kalau sudah, langsung saya beritahu dan langsung saya perintahkan segera masuk, segera dikerjakan. Insya Allah ini akan segera kita selesaikan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Wong beliau kan dari Muhammadiyah, jadi saya kira enggak usah saya informasikan pasti Pak Ketua sama Pak Rektor pasti juga sudah tahu, saya yang belum tahu jumlahnya.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Terima kasih,
Saya tutup,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru