Kuliah Umum Presiden Joko Widodo di Hankuk University Foreign Study, Seoul, Korea Selatan, 11 September 2018 

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 11 September 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 4.254 Kali

Logo-Pidato2-8Yang saya hormati Bapak Duta Besar, seluruh Menteri Kabinet Kerja yang hadir, serta para guru besar,
Yang saya cintai, yang saya banggakan para mahasiswa yang siang hari ini hadir termasuk yang duduk-duduk di depan tadi karena tidak punya kursi,
Hadirin dan tamu undangan yang berbahagia.

Ahnyeonghasaeyo?

Sebuah kehormatan bagi saya untuk diberi kesempatan menyampaikan sepatah dua patah kata bagi Bapak, Ibu, dan Saudara saudara sekalian.

Saya tahu sudah banyak pembicara yang sangat terhormat hadir di HUFS ini. Ada Presiden Barack Obama, ada Presiden Gorbachev, ada Sekjen PBB Ban Ki Moon, pernah berbicara di sini, memberikan sambutan di Hankuk University. Tapi saya cukup yakin dari mereka enggak ada yang pernah meloncat di atas mobil dengan mengendarai sepeda motor, enggak ada.

Jadi sebetulnya saat saya naik sepeda motor di Pembukaan Asian Games itu adalah sudah kita siapkan satu setengah tahun yang lalu. Saya memang senang naik sepeda motor dan saat itu diberikan tawaran oleh organising commitee, memilih tiga: yang pertama biasa-biasa, yang kedua agak ekstrem, yang ketiga ekstrem. Saya memilih yang ketiga, yang ekstrem, yaitu naik sepeda motor.

Bapak-Ibu yang terhormat,
Tentunya adegan itu ini adalah bagian dari hiburan untuk Opening Ceremony Asian Games XVIII di Jakarta, tanggal 18 Agustus 2018. Asian Games tahun ini benar-benar memperagakan gambaran secara spektakuler humas capital yang luar biasa yang ada di Asia. Lebih dari 11.000 atlet dan 5.500 official dari 45 negara, bertanding di 40 cabang olahraga sehingga menjadikan Asian Games terbesar dalam sejarah.

Dan pada Upacara Pembukaan Asian Games kita sangat senang sekali dapat mempertemukan Perdana Menteri Korea Selatan dengan Deputi Perdana Menteri Korea Utara. Dan sama hal seperti yang dilakukan Winter Olympics di Pyeongchang,  para atlet dari kedua negara juga berjalan bersama di bawah satu bendera Korea dan bertanding bersama di berbagai cabang olahraga.

Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian,
Tensi dan ancaman nuklir hanya satu dari berbagai tantangan yang sedang dihadapi dunia saat ini. Kita menghadapi tantangan keamanan di Afghanistan sampai di Timur Tengah, sampai di Rakhine State di Myanmar. Populisme, proteksionisme, dan unilateralisme semua lagi menaik tajam di berbagai penjuru dunia. Perubahan iklim yang tidak henti-hentinya berkontribusi juga pada kebakaran hutan yang dahsyat di California sampai Australia, juga di Indonesia. Dan pada fenomena heat wave, gelombang panas dari Eropa sampai Asia Selatan. Musim panas tahun ini, Kota Tokyo mencetak suhu tertinggi dalam sejarah Tokyo yaitu 41 derajat celsius. Kemudian konsumerisme kita yang boros membawa sampah plastik sampai bergunung-gunung membanjiri berbagai pesisir dari Bali sampai Kepulauan Karibia. Juga masalah perang dagang yang masih dieskalasi dengan Amerika Serikat yang mengancam untuk sebentar lagi pasang tarif pada ratusan miliar dolar ekspor dari Tiongkok.

Dan pas kita masih dalam proses menyesuaikan pada perubahan-perubahan drastis akibat revolusi smartphone dan revolusi mobile internet, tiba tiba datang yang namanya revolusi industri ke-4, Revolusi Industri 4.0. Artificial intelligence, big data, robotics, teknologi pesawat drone, kendaraan autonom, 3D printing, bioteknologi, dan ini lagi-lagi membawa gelombang perubahan yang mendalam ke berbagai penjuru dunia.

Jadi apa yang harus kita lakukan?
Yang pertama, yang harus kita lakukan yang paling tepat adalah cooling down. Kita adem dulu. Kalau kondisi lagi berat adem dulu. Ada banyak cara untuk meredakan tensi. Jelas buat saya musik adalah salah satu cara untuk mengademkan diri, mendinginkan diri. Saya yakin sekali bahwa potensi dari sikap positif dan optimisme dalam hubungan internasional dan negosiasi ekonomi pada umumnya sangat kurang dihitung.

Yang kedua, dibutuhkan inovasi.  Tapi yang menjadi penting untuk diingat adalah inovasi itu datangnya dari eksperimentasi. Ada orang yang mengkritik keputusan Presiden Moon Jae-In dan Presiden Donald Trump atas keputusan mereka untuk jalur membuka dialog dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Tapi kalau saya, saya percaya lebih baik kita mencoba sesuatu yang baru meskipun ada risiko. Karena sudah begitu lama kita menempuh jalan untuk tidak bicara dengan para pemimpin di Korea Utara dan sudah bertahun-tahun memang hasilnya tidak bergerak menuju sebuah perdamaian di Semanjung Korea. Oleh sebab itu, saya sangat menghargai pertemuan-pertemuan yang telah berlangsung. Coba kita ingat, Albert Einstein pernah mengatakan, mengulang hal-hal yang sama kemudian mengharapkan hasil yang berbeda, ya itu adalah definisi dari sebuah kegilaan atau insanity. Hemat saya, penting sekali untuk mencoba sesuatu yang berbeda, mencoba hal yang baru, untuk menerobos ke sebuah arah yang baru. Tidak mau mengambil risiko, itu justru adalah risiko yang paling berbahaya.

Ketiga, yang harus kita lakukan adalah aksi. Kita sering kali merasa kecil hati menghadapi kenyataan bahwa yang bisa kita lakukan pada saat itu hanyalah langkah-langkah kecil saja. Tapi saya percaya, penting untuk melakukan yang bisa kita lakukan. Lets do what we ca do. Seperti kata pepatah, sebuah perjalanan seribu kilometer tetap dimulai dengan hanya satu langkah, atau persisnya a journey of a thousand mile starts with a single step.

Pada tanggal 28 Januari tahun ini saya berkunjung ke yang namanya Jamtoli Refugee Camp, kamp pengungsi bagi minoritas Rohingya dari Myanmar di wilayah Cox’s Bazar di Bangladesh. Setahu saya sejauh ini saya adalah satu-satunya kepala negara atau kepala pemerintahan yang berkunjung langsung ke pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar. Di sana saya diskusi langsung dengan para organisasi masyarakat seperti Indonesia Humanitarian  Alliance, dan the Dreamers Medical Camp guna memfasilitasi bantuan-bantuan konkret bagi para pengungsi seperti pasokan obat-obatan dan pompa air bersih.

Pada tanggal 11 Mei tahun ini, saya juga menggelar pertemuan dengan beberapa ulama dari Afghanistan, dari Pakistan, dari Indonesia di Istana Presiden di Bogor, Indonesia. Saya percaya bahwa pimpinan agama memegang peran yang penting dalam menjaga dan mengembalikan perdamaian. Baik agama maupun toleransi adalah bagian yang fundamental dalam ideologi dasar Indonesia yaitu Pancasila dan juga dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga Indonesia dalam sebuah posisi yang cukup unik, ingin berperan pada aspek-aspek agama berbagai konflik internasional. Ini semua adalah langkah-langkah konkret untuk mendorong ke arah yang benar tetapi sejauh kemampuan yang kita miliki.

Korea dan Indonesia adalah mitra yang ideal dan natural partner untuk kerja sama menuju sebuah agenda internasional yang progresif bagi dunia. Kita dua-duanya menganut demokrasi. Demografi kita saling melengkapi, 60 persen orang Indonesia di bawah usia 30 tahun. Dan tahap pembangunan kita adalah masing-masing juga komplementer.

Pada Asian Games XVIII, Korea dan Indonesia menduduki rangking ke-3 dan ke-4 untuk jumlah medali, setelah China dan Jepang. Dan dalam Closing Ceremony yang meriah Korean K-Pop Band menjadi major highlight. Sangat terkenal sekali yang namanya K-Pop  (iKON, Super Junior), sangat terkenal sekali. 40.000 orang di Stadion Gelora Bung Karno yang menghadiri Closing Ceremony meledak saat Super Junior (SuJu) dan iKON tampil di atas panggung, semuanya histeris. Sungguh Indonesia dan Korea mencerminkan the Energy of Asia.

Bangsa Korea adalah sebuah bangsa yang hebat, demikian juga bangsa Indonesia. Kata orang hal baik akan kejadian pada orang baik, wonderful thing happens to wonderful people. Mari kita bekerjasama untuk menghadirkan hal-hal yang hebat pada dunia.

Kamsahamnida,
Terima kasih,
Thank you very much.

Transkrip Pidato Terbaru