Pelaksanaan Perlindungan Sosial Bagi Warga Miskin di Tanah Laut

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 September 2013
Kategori: Pro Rakyat
Dibaca: 358.264 Kali

file (5)Seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tahun 2013, warga miskin di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan,  mendapat Program Perlindungan Sosial meliputi Bantuan Langsung Sementara  Masyarakat (BLSM),  Raskin, PKH, dan  Bantuan Siswa Miskin (BSM).

BLSM diberikan  sebesar Rp 600 ribu /Rumah Tangga Sasaran  (RTS) yang disalurkan dalam 2 tahap masing-masing Rp 300.000/RTS. Tahap pertama disalurkan bulan Juli, dan tahap kedua disalurkan bulan September. Penerima BLSM yang memiliki Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dapat mengambil uang BLSM di kantor pos. Penerima BLSM berjumlah  14.783 RTS dan dialokasikan anggaran sebesar Rp 8,86 miliar.

Pemerintah  memberikan bantuan tambahan 3 bulan raskin, sehingga tahun 2013  setiap RTS mendapat raskin 15 bulan sebanyak 15 kg/bulan dengan harga Rp 1.600/kg. Di Tanah Laut jumlah penerima manfaat Raskin sebanyak 15.546 RTS dengan pagu 3.497.850 kg. Penyaluran tambahan 3 bulan diberikan pada minggu ketiga Juni, minggu kedua Juli, dan September. Dukungan Pemkab Tanah Laut dalam menyukseskan penyaluran raskin adalah mengalokasikan dana pendamping raskin sebesar Rp 45 juta per tahun untuk biaya monitoring dan honor petugas raskin. Dengan adanya dana pendamping raskin tersebut penyaluran  raskin  tepat  sasaran, yakni  hanya warga yang memiliki kartu raskin yang berhak mendapat raskin 15 kg/bulan dengan harga Rp 1.600/kg.

Sedangkan untuk PKH tahun  2013 jumlah bantuan ditingkatkan menjadi Rp 800 ribu – Rp 2,8 juta/tahun/Rumah Tangga Sangat Miskin  (RTSM)  yang terdiri dari  bantuan tetap Rp 300 ribu, bantuan untuk ibu hamil/nifas menyusui Rp 1 juta, bantuan  pendidikan  anak usia  SD  sebesar Rp 500 ribu dan bantuan pendidikan anak usia SMP sebesar Rp 1 juta. Sebelumnya bantuan  PKH  Rp  600 ribu – Rp 2,2 juta/tahun/RTSM yang terdiri dari bantuan tetap Rp 200 ribu, ibu hamil/nifas menyusui Rp 800 ribu, bantuan  pendidikan  anak usia  SD  sebesar Rp 400 ribu, dan bantuan  pendidikan  anak usia  SMP sebesar Rp 800 ribu. Penyaluran PKH dilakukan dalam empat tahap, yakni  Maret, Juni, September, dan November. Tahun 2012 jumlah peserta PKH di Tanah Laut  sebanyak 1.371 RTSM dengan alokasi anggaran Rp 1,55 miliar. Tahun 2013 jumlah peserta turun menjadi  1.296 RTSM  atau turun 5,47% dengan alokasi anggaran Rp 1,28 miliar.  Tingkat  kehadiran  peserta  PKH  ke Posyandu tahun 2011 – 2012 mencapai 100%, dan tingkat  kehadiran  anak-anak  di sekolah  tahun 2011 – 2012 mencapai 100%.

Sementara itu  BSM  sebesar Rp 54 juta diberikan kepada 150 murid SD dengan bantuan Rp 360 ribu/siswa, dan BSM sebesar Rp 95,15 juta diberikan kepada 173 siswa SMP dengan bantuan Rp 550 ribu/siswa. Dengan demikian total anggaran BSM Rp 149,15 juta untuk 323 siswa.

Dalam pengamatan di Desa Asam Jaya, Kecamatan Jorong, penerima BLSM berjumlah 85  orang.  Sebagian besar penerima BLSM tersebut bekerja sebagai buruh tani, buruh bangunan, pemulung, dan pembantu rumah tangga, serta sebagian kecil tidak bekerja karena sudah berusia senja alias tua  dan mengandalkan nafkah dari sanak famili dan tetangga. Selain mendapat BLSM mereka juga mendapat raskin. Kepedulian pemerintah desa Asam Jaya dalam mendukung kesuksesan BLSM diwujudkan dalam mengoordinir para penerima BLSM ke Kantor Pos Batuampar dengan naik truk secara gratis. Sewa truk Rp 20.000 pulang-pergi ditanggung pihak pemerintah desa yang diambil dari kas desa. Di Kantor Pos Batuampar para pemegang KPS mengambil sendiri uang BLSM.

Nur Sahid salah seorang penerima BLSM. Nur sehari-harinya bekerja sebagai pemulung. Tiap hari Nur mengelilingi desa-desa untuk mencari botol, kertas, dan barang rongsokan lainnya. Setelah terkumpul cukup banyak seminggu sekali ia menjual barang rongsokan itu kepada pengepul dan uang diterimanya tidak menentu, berkisar Rp 25.000 – Rp 35.000. Beban hidupnya agak ringan ketika Nur mendapat uang BLSM tahap I Rp 300.000 dan tahap II Rp 300.000. Ayah tiga anak ini memanfaatkan uang BLSM untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Selain BLSM, Nur juga memperoleh raskin 15 kg/bulan dengan harga Rp 1.600/kg.

Penerima BLSM lainnya adalah dua orang lansia, yakni Baihaki dan Narfiah yang masing-masing berusia 72 tahun dan 60 tahun. Mereka tidak bekerja dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dibantu oleh anak-anaknya.

Untuk  pelaksanaan  PKH  dilakukan peninjauan di Kelurahan Pelaihari, Kecamatan Pelaihari. Tahun 2011 peserta PKH sebanyak 38 RTSM, lalu turun menjadi 33 RTSM pada tahun 2013. Penurunan jumlah peserta PKH disebabkan anak-anak yang tamat SMP melanjutkan pendidikan ke SMA, sehingga tidak berhak lagi memperoleh PKH. Salah seorang penerima manfaat PKH adalah Halimah yang mempunyai empat anak. Anak sulungnya telah lulus SMA, sedangkan anak kedua, Nurul Rita, kelas VIII SMP, anak ketiga, Helmi, kelas 5 SD, dan anak bungsu, Ida, kelas 2 SD. Halimah memperoleh uang PKH Rp 2,3 juta tahun 2013 yang dipergunakan untuk biaya sekolah anak-anaknya, serta membeli seragam sekolah, buku, sepatu, dan tas.

Seorang anaknya, Ida, berotak cemerlang dan menjadi juara kelas. Murid kelas 2 SD ini rajin belajar di sekolah dan di rumah. Sang ibu mendampinginya saat belajar di rumah. “Saya tidak membayar apa-apa di sekolah. Sedangkan seragam sekolah, buku, sepatu, dan tas dibelikan ibu dari uang PKH. Saya ingin menjadi guru,” kata Ida.

Halimah dan keluarganya tinggal di rumahnya sendiri yang sederhana, berdinding papan, dan beratap asbes. Suaminya, Rahman, bekerja sebagai penjaga malam di rumah seorang pejabat. Halimah bersyukur karena selain mendapat PKH juga memperoleh BLSM dan raskin. Rasa syukurnya  bertambah  karena  anak-anaknya yang duduk di bangku SD dan SMP bersekolah gratis karena mendapat Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Peserta  PKH lainnya adalah Ismaniyah. Pernikahannya dengan Nahrawi, seorang buruh bangunan, menghasilkan tiga anak, yakni Alisa, kelas 2 SMP, Anisa, kelas 6 SD, dan Malibah, 3,5 tahun. Ismaniyah memperoleh uang PKH sebesar Rp 2,8 juta yang dipergunakan  untuk  biaya  pendidikan dan susu. Ida, seorang anaknya yang duduk di bangku SD, sejak kelas 1 hingga naik ke kelas 6 selalu menjadi juara kelas dengan nilai rata-rata 9. Semua anaknya rajin ke sekolah dan aktif belajar di rumah di bawah bimbingan Ismaniyah. Selain itu Ismaniyah juga rutin ke Posyandu per bulan untuk memeriksakan kesehatan dan menimbang bobot bayinya.

Ismaniyah selain memperoleh PKH juga mendapat BLSM dan raskin. Beban hidupnya semakin ringan karena dua anaknya lancar bersekolah karena gratis berkat BOS. “Saya ingin anak-anak saya menjadi sarjana, jangan seperti orang tuanya yang hanya lulusan SD,” katanya.

Bantuan lain dari Pemerintah yang juga bermanfaat adalah BSM. Salah seorang penerima BSM adalah Yusuf Apriadi, siswa kelas IX SMPN 2 Pelaihari, Kecamatan Pelaihari. Yusuf menerima BLM Rp 550 ribu yang dipergunakan untuk membeli keperluan sekolah. “Saya sungguh gembira mendapat BLM. Saya bersekolah gratis di sini berkat adanya BOS,” kata siswa yang bercita-cita menjadi pemain sepak bola itu.

Secara nasional  alokasi anggaran BLSM tahun 2013 sebesar Rp 9,3 triliun yang  diberikan kepada 15,5 juta RTS. Sementara itu penerima manfaat  raskin mengalami penurunan dari 19,1 juta RTS tahun 2008 menjadi 15,5 juta RTS pada tahun 2013 atau berkurang 3,6 juta RTS, sedangkan raskin yang disalurkan sepanjang 2008 – 2013 sebanyak 19,21 juta ton dengan total anggaran mencapai Rp 97 triliun. Adapun rinciannya tahun 2008 pagu raskin 3,35 juta ton, penerima manfaat 19,1 juta RTS, dan anggaran Rp 11,8 triliun. Tahun 2009  pagu  raskin  3,32 juta ton, penerima manfaat 18,5 juta RTS, dan anggaran Rp 13 triliun. Tahun 2010 pagu raskin 3,23 juta ton, penerima manfaat 17,5 juta RTS, dan anggaran Rp 15,2 triliun. Tahun 2011 pagu raskin 3,41 juta ton, penerima manfaat 17,5 juta RTS, dan anggaran Rp 16,5 triliun. Tahun 2012 pagu raskin 3,41 juta ton, penerima manfaat 17,5 juta RTS, dan anggaran Rp 19,1 triliun. Tahun 2013 pagu raskin 3,49 juta ton, penerima manfaat 15,5 juta RTS, dan anggaran Rp 21,4 triliun.

Di sisi lain PKH yang  merupakan bantuan dana tunai bersyarat dilaksanakan sejak tahun 2007. PKH bertujuan membantu mengurangi kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada kelompok masyarakat sangat miskin. Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antargenerasi.

Anggaran  PKH  meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2007 anggaran PKH sebesar Rp 507, 9 miliar untuk  387.947  RTSM yang tersebar di 7 provinsi, 48 kabupaten/kota, dan 337 kecamatan.  Tahun 2008 anggaran PKH Rp 767,5 miliar  untuk  620.848  RTSM  di 13 provinsi, 70 kabupaten/kota, dan 637 kecamatan. Tahun 2009 anggaran PKH  Rp 923, 9 miliar  untuk 726.376 RTSM di 13 provinsi, 70 kabupaten/kota, dan 781 kecamatan. Tahun  2010 anggaran PKH  Rp 929, 4 miliar  untuk 774.293 RTSM di 20 provinsi, 88 kabupaten/kota, dan 946 kecamatan. Tahun 2011 anggaran PKH Rp 1,2 triliun  untuk 1.052.201  RTSM di 25 provinsi, 118 kabupaten/kota, dan 1.387 kecamatan. Tahun 2012 anggarannya Rp 1,5 triliun untuk 1,4 juta RTSM di 33 provinsi, 166 kabupaten/kota, dan 1.787 kecamatan. Tahun 2013 anggaran PKH Rp 3,6 triliun untuk 2,4 juta RTSM di 33 provinsi, 336 kabupaten/kota, dan 3.216 kecamatan. Dengan demikian pada periode 2007 – 2013 dana PKH yang dikucurkan mencapai Rp 9,4 triliun.(Arif Rahman Hakim & Khusnul Khotimah)

Pro Rakyat Terbaru