Pengarahan Presiden Joko Widodo pada Seremonial dan Penandatanganan Beberapa Proyek Strategis/Prioritas Nasional, 9 Juni 2016 Pukul 11.00 WIB, di Istana Negara, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 9 Juni 2016
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 5.881 Kali

Logo-Pidato2Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Gubernur yang hadir,
Yang saya hormati Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia,
Hadirin dan tamu undangan yang berbahagia.

Saya mau bercerita sedikit mengenai PLTU yang di Batang. Tadi tertulis di layar, ditetapkan tahun 2006. Kemudian berjalan-berjalan, ada masalah pembebasan lahan, yang disampaikan kepada saya sudah 4 tahun berhenti. Ditanyakan ke saya, bagaimana jalan keluarnya.

Saat itu saya berjanji, 6 bulan akan saya coba untuk selesaikan. Saya juga sampaikan karena ini adalah proyek PPP yang pertama, saya sampaikan juga kepada Pemerintah Jepang, saya akan berusaha untuk menyelesaikan masalah ini karena sudah berhenti 4 tahun. Janji saya saat itu 6 bulan untuk menyelesaikan, ternyata meleset tidak selesai, mundur 6 bulan lagi. Tapi alhamdulillah, kita lihat  hari ini sudah selesai.

Karena, selalu yang saya tanyakan adalah sekarang kalau pembebasan selesai, financial closing-nya kapan. Ternyata juga mundur-mundur. Waktu saya betemu dengan Perdana Menteri Shinzo Abe, saya tanyakan juga karena Perdana Menteri menanyakan ke saya, bagaimana PLTU Batang. Saya sampaikan, sudah selesai tugas saya untuk menyelesaikan pembebasan lahan, langsung kepada Perdana Menteri. Sekarang saya tanya gantian, Perdana Menteri, financial closing-nya kapan? Ternyata tadi sudah diserahkan langsung. financial close sudah diberikan.

Artinya, proyek ini berjalan. Meski sedikit terlambat dari janji saya. Mundur sedikit. Tapi memang problem di lapangan bukan masalah yang remeh, bukan masalah yang kecil. Kalau saya ceritakan sehari enggak akan selesai. Rumit, rumit.

Tapi ini adalah proyek besar yang bisa memberikan pesan terhadap pemerintah itu, kalau itu untuk kebutuhan rakyat, kalau itu untuk kepentingan rakyat,  kita akan juga ikut cawe-cawe menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Karena kita tahu, kalau ini tidak dimulai, saya sudah membayangkan  2019 itu byarpetnya akan tambah meluas. Karena kebutuhan listrik setiap tahun bertambah, bertambah, bertambah, bertambah, bertambah. Begitu ini tidak selesai, yang lain juga mikir-mikir investor. Ini pesan bahwa pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan masalah.

Tapi gantian, sekarang pemerintah sudah selesai menyelesaikan masalah itu. Saya minta kepada investor juga agar proyek ini jangan mundur. Kerjakan 3 shift,  2019 sesuai janji harus selesai. Saya ikuti. Saya ikuti, saya pastikan. Nanti saya cek 2-3 kali ke lapangan, pasti. Urusan yang penting-penting seperti ini pasti saya ikuti. Sehingga kita harapkan nantinya ini 2×1.000, 2×1.000, yang lain nanti juga kita harapkan juga setelah ini mengikuti, mengikuti untuk financial closing-nya.

Kemudian yang berkaitan dengan yang kedua, jalan tol. Kalau listrik ini kita tahu, kalau tidak tersedia itu bukan hanya urusan yang berkaitan dengan kebutuhan listrik industri besar atau industri yang menengah, tetapi juga ini urusan untuk industri-industri kecil, usaha kecil yang ada di kampung, di desa-desa. Juga yang berkaitan dengan belajar anak di malam hari. Kita sering melupakan itu bahwa proyek ini bukan itu. Anak belajar malam hari, kalau saya ke daerah itu keluhannya seperti itu. Jangan dipandang enteng. Kalau listrik kurang, kalau listrik byarpet itu anak-anak belajarnya menjadi juga tidak termotivasi.

Selanjutnya yang berkaitan dengan tol. Ini juga sama. Ada beberapa yang sudah bergerak tetapi terkendala oleh pembebasan lahan. Tadi Batang juga pembebasan lahan, tol juga beberapa juga masalah pembebasan lahan. Misalnya, Balikpapan-Samarinda, sudah berapa tahun Pak Gub? Sudah berhenti berapa tahun ini? 4 tahunan ada? Ya, 4 tahun, sama masalah pembebasan lahan. Ada yang urusannya dengan pemerintah, ada urusannya dengan rakyat. Yang pemerintah juga urusannya sebetulnya urusan kecil, karena lewat misalnya lewat perkebunan, lewat hutan konservasi.

Hal-hal seperti kalau kita enggak lihat di lapangan langsung, kita hanya membayang-bayangkan, enggak akan rampung-rampung. Yang di sini disuruh tandatangan juga enggak mau. Tapi begitu lihat di lapangan ini masalah yang kecil tetapi karena tidak diketahui di lapangannya, ya kita enggak bisa perintah. Bgitu lihat lapangannya langsung kita perintah, diselesaikan dengan cara ini sudah. Ya rampung. Tadi sudah ditandatangani, penjaminan juga sudah, berarti saya tinggal tunggu selesainya.

Kapan selesai?
Tahun 2018, bener? Saya catat.

Lho saya ini juga ditanyakan kalau ke daerah, itu terus bertanya. Pak Gubernur menanyakan, nanti tokoh-tokoh masyarakat bertanya, rakyat menanyakan. Ya kan harus saya jawab. Saya ke sana lagi terus belum punya jawaban, enggak berani saya. Saya kemarin berani ke lapangan karena sudah tahu solusinya ini. Sehingga saya berani ke lapangan, ada yang bertanya saya gagah bisa menjawab, selesai, rampung.

Karena memang administrasi kita ini memang ruwet, rumit, bertele-tele, ya itu yang menyebabkan lama. Meskipun saya kira sudah dipangkas begitu banyak. Contoh, kayak listrik itu sudah, perizinan sudah dipangkas dari 59 menjadi 22. Sudah dipotong menjadi sepertiga. Jadi sepertiga, sudah dipotong dua per tiga, 70% sudah dihilangi, eh iya masih lama juga. 22 itu masih lama. Kalau mau saya, izin itu ya 1, 2 atau 3, izin sampai 59?

Tapi terikat juga oleh amanat undang-undang. Saya mau motong itu kalau undang-undangnya di situ tertulis ada, ya enggak bisa apa-apa. Pak enggak bisa itu dihilangin. Lho kenapa? Amanat undang-undang, enggak bisa.  Tapi kalau hanya PP, hanya perpres, gampang, langsung detik itu juga hapus. Sudah.

Kita jangan membuat peraturan regulasi yang memberatkan masyarakat, yang memberatkan rakyat, yang memberatkan dunia usaha, tidak. Ini sebentar lagi ini baru, mungkin dalam minggu-minggu ini yang mau saya hapuskan lagi ada 3.000 Perda, tanpa kajian, langsung hapus. Gitu saja sudah. Percuma di pemerintah pusat kita sudah kurangi, kurangi, kurangi, sederhanakan tapi nanti daerahnya ada Perda mengenai Perizinan, Perda mengenai Retribusi, Perda mengenai… sama saja. Karena nanti dilaksanakan itu di wilayah, dilaksanakan di daerah. Kecepatan itu yang kita butuhkan sekarang, kecepatan bukan apa-apa, kecepatan pelayanan.

Kemudian yang lain jalan tol tadi, Manado-Bitung juga sudah. Pandaan-Malang, Pak Gubernur, Pakde Karwo terima kasih juga sudah dibantu, selesai, sudah jalan. Karena kalau tidak dibantu oleh pemerintah provinsi, pemerintah daerah, gubernur, ya sulit hal seperti ini jalan. Serpong-Balaraja juga bisa dimulai. Terbanggi Besar-Kayu Agung, Pak Gubernur juga pembebasan lahannya cepat. Kalau ada masalah Gubernur telepon saya, Pak ini pembayaran terlambat. Sekarang ini pembebasan lahan malah kecepeten, duitnya yang enggak siap. Tapi sudah, Pak Menteri Keuangan sudah? Bener? Sudah pokoknya talangan, sudah.

Saya ikuti terus. Kenapa ke lapangan? Ya seperti ini. Tadi ada yang mbisiki saya, Pak ini di wilayah ini sudah rampung administrasinya tapi sudah satu setengah bulan belum dibayar. Nah, saya tanya, mesti tanya ke Gubernur, kalau ketemu, kalau enggak saya telepon. Ya Pak bener. Nah, kenapa? Enggak tahu Pak, duitnya belum sampai. Tanyakan ke Menteri PUPR. Ngejar-nya ya seperti itu. Ya rampung.

Kalau hal-hal seperti ini tidak di selesaikan, kalau kita hanya mikirnya makro… Makro kan kumpulan dari mikro-mikro yang ada, mikronya enggak diikuti ya enggak rampung. Apapun, sudah percaya saya, enggak tol, enggak pelabuhan, enggak PLTU, enggak airport, semua problemnya pasti ada. Setiap proyek pasti problemnya ada, pasti. Tapi kalau enggak diselesaikan satu per satu enggak akan. Kita sekarang punya checklist, mana yang sudah, mana yang belum. Pak Wapres juga sama, nanti kalau ketemu mana selesaikan bareng-bareng. Punya checklist kita sekarang. Jadi yang ada masalah, masalah itu pasti akan kita selesaikan dan insya Allah akan selesai.

Dan terakhir, ini tadi adalah seremonial tanda tangan. Dan saya tidak ingin hanya berhenti ditandatangan saja, di lapangan pengerjaan pasti saya ikuti, dan kita semuanya berharap rakyat bisa merasakan manfaatnya secara langsung.

Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru