Pernyataan Pers Presiden Joko Widodo setelah ASEAN Leaders’ Gathering, 11 Oktober 2018, di Sofitel, Nusa Dua, Bali

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 11 Oktober 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 3.874 Kali

Logo-Pidato2

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore.

Baru saja saya bersama dengan kepala negara dan pemerintahan ASEAN melaksanakan pertemuan ASEAN Leaders’ gathering (ALg). Dalam pertemuan hadir Sekjen ASEAN, Sekjen PBB, Managing Director IMF, dan Presiden Bank Dunia. Pertemuan ini merupakan inisiatif Indonesia dan bersama dengan Perdana Menteri Singapura, selaku Ketua ASEAN, saya memimpin Pertemuan ALg tadi.


Dalam pertemuan ASEAN Leaders’ gathering, para pemimpin kembali menyampaikan simpati dan duka cita kepada para korban dan keluarga korban bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah dan di Nusa Tenggara Barat. Dan Indonesia menyampaikan apresiasi atas solidaritas yang ditunjukkan oleh dunia, oleh ASEAN kepada Indonesia. Kita akan terus bekerja keras dengan optimis untuk mengatasi situasi tanggap darurat dan dilanjutkan melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Di tengah berbagai tantangan ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi ASEAN masih di atas rata-rata pertumbuhan dunia. Capaian SDGs di ASEAN juga cukup maju. Angka kemiskinan ekstrem di ASEAN telah turun sekitar 68 persen dalam 15 tahun.

Pimpinan ASEAN sepakat untuk sependapat pentingnya mengurangi disparitas dan jurang pembangunan di masing-masing negara anggota dan antara negara-negara ASEAN. Langkah ini penting untuk memastikan no one left behind.

Saya perlu garis bawahi bahwa sinergi antara organisasi kawasan dan PBB, serta pentingnya pencapaian SDGs juga prioritas Indonesia selama menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB.

Dalam pertemuan, saya menyinggung beberapa hal.

Pertama, pentingnya mulai dipikirkan mekanisme kerja sama kawasan dan global bagi pembangunan berkelanjutan pascabencana.

Yang kedua, pentingnya memprioritaskan SDGs dalam pembangunan nasional masing-masing negara.

Yang ketiga, sinergi antara organisasi kawasan dengan organisasi internasional serta lembaga keuangan bagi pencapaian SDGs penting sekali artinya. Terkait dengan ASEAN, penting bagi ASEAN dan PBB untuk terus menyinergikan ASEAN Community Vision 2025 dengan Development Agenda 2030.

Salah satu tantangan pencapaian SDGs adalah masalah pendanaan. Oleh karena itu, keempat Indonesia mendorong sumber pendanaan inovatif seperti blended finance.

Kelima, kemajuan teknologi harus digunakan untuk pencapaian SDGs. Dalam kaitan ini, saya mencontohkan berkembangnya aplikasi Ruang Guru di Indonesia.

Selain itu, saya juga menyampaikan beberapa langkah dan capaian Indonesia dalam SDGs, antara lain: menurunnya angka kemiskinan pada satu digit menjadi 9,8 persen pada tahun 2018, meningkatnya akses terhadap air bersih bagi rumah tangga mencapai 76,74 persen, meningkatnya akses kepada pelayanan kesehatan melalui JKN mencapai 77,78 persen, menurunnya angka stunting di anak-anak menjadi 29,6 persen di tahun 2018, meningkatnya kualitas pendidikan yang inklusif. Angka partisipasi kasar pada tingkat pendidikan dasar mencapai 108,5 persen. Tidak kalah penting adalah kemajuan besar pada pembangunan infrastruktur dalam 4 tahun terakhir, sebagai perwujudan tujuan nomor 9 dari SDGs.

Sebagai penutup, saya ingin tekankan pencapaian SDGs tidak dapat dipenuhi secara isolatif oleh satu negara tanpa bekerja sama dengan negara lain. Pencapaian SDGs memerlukan global leadership dan shared responsibilities.

Demikian hasil-hasil pokok Pertemuan ALg yang dapat saya sampaikan. Saya mengundang Perdana Menteri Singapura Yang Mulia Lee Hsien Loong untuk menyampaikan pernyataannya.

Transkrip Pidato Terbaru