Presiden Jokowi Kritik Masyarakat Yang Senang Kalau Ada Kabar Mengkhawatirkan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Desember 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 30.625 Kali
Presiden Jokowi saat memberi arahan pada penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2017, di Main Hall Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (29/12) sore. (Foto: Humas/Jay)

Presiden Jokowi saat memberi arahan pada penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2017, di Main Hall Gedung BEI, Jakarta, Jumat (29/12) sore. (Foto: Humas/Jay)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, banyak di antara masyarakat yang senang kalau ada kabar-kabar yang mengkhawatirkan, menikmati, terus menjadikan kita pesimis.

“Ini yang dari dulu saya paling enggak senang ini,” kata Presiden Jokowi saat menutup Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2017, di Main Hall Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (29/12) sore.

Presiden mengingatkan, dulu tahun 2015, katanya wait and see karena ada Pilkada. Ia menambahkan tahun 2016 ada lagi Pilkada, wait and see lagi, tahun 2017 ada Pilkada, wait and see.

“Tahun depan ada Pilkada lagi kan, wait and see. Tahun depannya lagi ada Pilpres, wait and see. Apa kita mau seperti itu terus,” ujar Presiden seraya mengajak masyarakat untuk menyudahinya. “Yang politik silakan politik, yang ekonomi kita garap bersama-sama urusan ekonomi,” sambungnya.

Diakui Kepala Negara, memang untuk jualan, untuk dapat lebih banyak klik di situs internet lebih seru, lebih asik kalau yang dijual itu berita yang menakut-nakuti.

Tapi masalahnya, lanjut Kepala Negara, kalau kita sampai terjebak pada ketakutan terhadap risiko-risiko, kita akan kehilangan peluang, kita akan kehilangan kesempatan, kita akan kehilangan opportunity secara cepat.

“Padahal kesempatan itu kadang datangnya hanya sekali. Momentum-momentum seperti ini yang harus kita gunakan,” tutur Kepala Negara.

Banyak Yang Mewanti-wanti

Presiden Jokowi mengemukakan, di awal tahun semua analis wanti-wanti soal kenaikan suku bunga dolar di Amerika. Ia ingat betul, semuanya wanti-wanti, hati-hati, hati-hati.

Banyak kalangan mengatakan dengan kenaikan suku bunga dollar oleh Bank Sentral Amerika, The Fed, semua mata uang yang lain akan rontok. “Semua kan ngomong seperti itu semuanya,” ungkapnya.

Kemudian, lanjut Presiden, banyak kalangan khawatir akan adanya stimulus fiskal besar-besaran oleh Presiden Amerika terpilih, Donald Trump, semuanya juga berbicara mengenai itu. Banyak orang bilang, tambah Presiden, arus modal akan berbondong-bondong pulang kampung lari kembali ke Amerika.

Lebih lanjut, Presiden menyampaikan bahwa banyak juga analis di awal tahun juga wanti-wanti  mengenai naiknya sentimen proteksionisme di seluruh dunia mengenai risiko yang akan terjadinya perang dagang.

Apalagi, lanjut Presiden, ada beberapa pemilu di beberapa negara Eropa di mana tokoh-tokoh garis keras dikhawatirkan bisa menjadi presiden atau perdana menteri, baik pemilu legislatif di Belanda, pilpres dan pemilu legislatif di Perancis, dan pemilu legislatif di Jerman.

Tapi apa yang terjadi akhirnya? Presiden Jokowi menyampaikan dollar AS melemah sepanjang tahun 2017. Ia melanjutkan bahkan sudah kembali di bawah titik saat kemenangan Presiden Trump di pemilu Amerika tahun lalu. Arus modal ke negara-negara berkembang, tambah Presiden, termasuk ke Indonesia juga mencapai sebuah rekor.

Selain itu, Presiden mengingatkan, yang terpilih di Eropa malah pemimpin-pemimpin yang sudah ada terpilih kembali, bahkan di Perancis yang terpilih adalah tokoh reformis, yaitu Presiden Emmanuel Macron.

Presiden melanjutkan, ekspor negara-negara berkembang, khususnya di Asia malah melonjak. Ia menambahkan bahwa tahun 2017 adalah tahun di mana laju pertumbuhan perdagangan dunia kembali di atas laju pertumbuhan ekonomi dunia, pertama kalinya dalam 7 tahun.

“Angka-angka seperti ini harus kita ikuti terus, sehingga memberikan rasa optimisme kita untuk menyampaikan hal-hal yang positif, menyampaikan hal-hal yang optimis,” tutur Presiden Jokowi.

Ekspor Indonesia sendiri, lanjut Presiden, tahun ini naik doubel digit, sekitar 15-17 persen. Ia menambahkan bahwa investasi internasional ke Indonesia tahun ini juga double digit, di sekitar 13-14 persen. Rating Indonesia, lanjut Presiden, mendapatkan upgrade, yang pertama, SMI kembali ke layak investasi atau investment grade, terakhir dari Fitch rating juga BBB- menjadi BBB.

Karena itu, Presiden menekankan agar hal yang optimis ini harus terus disampaikan. Ia menegaskan jangan yang tidak baik terus disampaikan, agar ada keseimbangan.

“Yang kita inginkan rasa optimisme sehingga menanamkan modal itu menjadi sebuah semangat kita semuanya,” tegas Kepala Negara.

Dalam kesempatan itu, Kepala Negara mengingatkan, jangan sekali-sekali keseringan baca di media sosial, analisa-analisa yang kadang-kadang tidak dimengerti sumbernya dari mana.

“Kesimpulannya apa? Yang penting adalah jangan takut. Risiko selalu ada tapi justru itulah peluangnya,” pungkas Kepala Negara.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso. (FID/JAY/ES)

Berita Terbaru