Presiden Jokowi Waswas Lihat Fenomena Gampang Sekali Mengkafirkan Orang

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 19 Oktober 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 37.784 Kali
Presiden saat membuka acara yang diselenggarakan di gedung Islamic Center NTB, di kota Mataram, NTB, Kamis (19/10). (Foto: Humas/Rahmat)

Presiden saat membuka acara yang diselenggarakan di gedung Islamic Center NTB, di kota Mataram, NTB, Kamis (19/10). (Foto: Humas/Rahmat)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan, kemudahan yang diperoleh melalui perubahan global dengan adanya media sosial, e-commerce, dan digital ekonomi perlu disikapi dengan hati-hati.

Sebab, kalau tidak disaring akan sangat berbahaya sekali dalam mempengaruhi karakter bangsa, mempengaruhi nilai-nilai keislaman, dan mempengaruhi santri-santri kita.

“Karena apapun bisa kita lihat sekarang dengan membuka internet dan media sosial, berdakwah di media sosial, kita lihat di youtube semuanya ada di situ,” kata Presiden Jokowi saat menutup secara resmi Konferensi Internasional dan Multaqa Nasional  IV alumni Al-Azhar Indonesia, yang diselenggarakan di gedung Islamic Center NTB, di kota Mataram, NTB, Kamis (19/10) petang.

 

Pertanyaannya, lanjut Presiden, siapa yang menyaring, siapa yang akan men-screening-nya, kalau yang disampaikan itu benar atau tidak? “Karena sekarang saya melihat fenomena gampang sekali mengkafirkan orang,” ujarnya.

 

Presiden menilai, ke depan metode metode berdawah menggunakan media sosial akan sangat efektif terutama untuk generasi generasi milenial, anak muda yang mau tidak mau harus dirangkul dengan dakwah yang kita sampaikan.

 

Kalau tidak kita rangkul, Presiden Jokowi mengingatkan akan dirangkul orang lain. Kalau yang merangkul bener tidak apa apa, kalau yang merangkul keliru, lanjut Presiden, inilah kewajiban kita bersama dalam membangun visi ke depan dalam berdawah untuk generasi milenial agar generasi Islam, toleransi betul betul bisa dipahami secara benar oleh anak-anak muda.

Dengan negara sebesar Indonesi, Kepala Negara mengajak semua umat Islam untuk  bersama-sama membangun ukhuwah islamiyahukhuwah wathoniyah dan ukhuwah bashariyah. “Karena itulah yang diperlukan negara ini dalam rangka mengejar ketertinggalan dengan negara yang lain,” tutur Kepala Negara.

Tampak hadir dalam acara yang bertemakan “Moderasi Islam: Dimensi dan Orientasi” itu antara lain Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin, dan Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi. (RAH/ES)

Berita Terbaru