Sabtu Lalu, Kualitas Udara di Palangkaraya, Pekanbaru Dan Pontianak Pada Level Berbahaya

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 28 September 2015
Kategori: Nusantara
Dibaca: 16.230 Kali

PekatBerdasarkan laporan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Sabtu (26/9) pukul 14.00 WIB, Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) di beberapa kota berada pada level berbahaya, seperti Palangkaraya 1.912 gram/m3, Pekanbaru 401, Pontianak 602, Kampar 419, Bengkalis 429, dan Siak 527.

“Nilai ini jauh di atas ambang batas minimum level berbahaya yaitu 350. ISPU di Jambi tidak termonitor karena alatnya rusak. Sedangkan di Banjarbaru 66 dan Samarinda 98 atau level sedang,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya Sabtu (26/9) lalu.

Menurut Sutopo, kualitas udara tersebut berkorelasi dengan jarak pandang. Jarak pandang di Palangkaraya sejak tadi pagi hingga siang hanya 50-300 meter. Asap sangat pekat dan siang hari cuaca terlihat kuning kecoklatan. “Jarak pandang di Pekanbaru 500 m, Kerinci 400 m, Jambi 300 m, Palembang 1.500 m, Pontianak 2.500 m, Sintang 400 m, dan Banjarmasin 8.000 m,” ungkapnya

Ia menyebutkan, kualitas udara yang buruk demikian berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Penderita ISPA di Pekanbaru 34.846 jiwa, Jambi 31.191 jiwa, Sumatera Selatan 22.855 jiwa, Kalimantan Barat 21.130 jiwa, Kalimantan Tengah 4.121 jiwa sejak 3 hari yang lalu, dan Kalimantan Selatan 53.428 jiwa.

Sementara itu, lanjut Sutopo, kualitas udara di Singapura sudah mulai membaik. Sepanjang hari pada Jumat (25/9) kualitas udara di Singapura pada level Sangat Tidak Sehat hingga Berbahaya yaitu 267-322 PSI.

Singapura menggunakan ambang batas kualitas udara jika lebih dari 300 PSI (Particulate Standard Index). Pada Sabtu (26/9) pukul 15.00 WIB, kualitas udara berkisar 90-107 PSI atau moderate/sedang,” jelas Sutopo.

Ditambahkan Sutopo, operasi darurat asap masih dilakukan, baik melalui udara, darat, penegakan hukum dan sosialiasi. Namun kebakaran masih terus berlangsung.

Sutopo menyebutkan, ada dua penyebab yaitu api lama yang sudah padam, menyala kembali karena ada di lahan gambut. Yang kedua adalah dibakar lagi. Berdasarkan laporan di lapangan maupun pantauan satelit, lanjut Sutopo, terlihat bahwa titik-titik api ada di daerah baru maupun daerah lama. (Humas BNPB/ES)

Nusantara Terbaru