Sambutan Pesiden Joko Widodo pada Talk Show Young on Top National Conference 2018, 25 Agustus, di Kartika Expo Balai Kartini, Kuningan, Jakarta Selatan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 25 Agustus 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 3.036 Kali

Logo-Pidato2-4Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Shalom,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati Pak Moeldoko, Pak Thom Lembong, Pak Triawan,
Yang saya hormati founder Young on Top Bapak Billy Boen, CEO Plug and Play Indonesia Bapak Wesley Harjono,
Yang saya hormati Bapak Andy F. Noya,
Serta Saudara-saudara sekalian youthers yang pagi hari ini hadir.

Pertama-tama, saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya, ingin menyadarkan kepada kita semuanya bahwa perubahan dunia sekarang ini begitu sangat cepatnya, sangat cepat sekali. Revolusi Industri 4.0 sudah bergerak dan sudah ada di depan mata kita. Kita tahu artificial intelligence, kita baru belajar, keluar lagi advanced robotic. Baru belajar, keluar lagi 3D printing, yang kalau kita tonton, sekarang bangun rumah hanya 24 jam, satu hari bangun rumah. Bayangkan. Dan sudah kejadian. Bukan akan, tapi sudah kejadian. Ada virtual reality, cloud computing.

Saya masuk, dua setengah tahun yang lalu, masuk ke markasnya Facebook. Saya bertemu dengan Mark. Ketemu, saya disuruh pakai ini, oculus, kacamata gede gitu. Diajak main pingpong tapi enggak ada mejanya, enggak ada bolanya, enggak ada betnya. Coba bayangkan. Tapi persis, 100 persen persis main pingpong tang-tung, tang-tung, tang-tung, tang-tung.

Saya tanya pada Mark, “Mark ini apakah hanya untuk pingpong?”

“Oh ndak, Presiden Jokowi ini bisa untuk main bola, bisa untuk main tenis lapangan, bisa untuk main apa saja.”

Artinya, sebentar lagi akan keluar yang namanya virtual reality untuk main bola. Bayangkan, kita nendang-nendang enggak ada bolanya. Bayangkan. Inilah kemajuan teknologi yang saya betul-betul kaget saat masuk ke markasnya Facebook.

Belum yang berkaitan dengan, waktu saya masuk ke markasnya Google. Ikan satu saja bisa diketahui ada di mana. Pergerakan ikan di lautan di negara kita juga bisa diketahui lari ke mana. Wah ini gampang banget ini, nelayan dikasih itu sudah tinggal jaring sini, jaring sana, jaring sini, ketemu semuanya ikannya. Inilah, sekali lagi, perkembangan teknologi yang harus kita antisipasi. Kita belum berbicara masalah ide-ide dan gagasan besar, seperti Elon Musk, tesla. Dia mengeluarkan tesla, hyperloop, spaceX. Kemajuan-kemajuan seperti ini harus kita lihat.

Di situ ada dua hal menurut saya. Yang pertama, ada tantangan yang harus kita hadapi. Yang kedua, ada peluang, ada opportunity, yang harus kita ketahui di mana peluangnya, di mana opportunity-nya. Inilah yang akan membawa sebuah negara maju atau tidak maju ke depan. Kalau kita bisa mengantisipasi, bisa menyiapkan, bisa merencanakan bagaimana kita menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Dan menurut saya yang bisa menghadapi ini hanya satu, anak-anak muda (youthers). Kayak saya ini sudah ketinggalan banyak sekali. Jauh. Saya kadang-kadang ngomong, ngomong dengan anak-anak muda, enggak sambung. Ngomong dengan anak saya sendiri enggak sambung. Ngomong dengan Kaesang enggak sambung saya. Betul-betul sering enggak sambung. “Bapak si ndeso banget”, gitu katanya. Ya memang jarak umurnya sudah jauh sekali. Saya mungkin dengan Saudara-saudara sekalian ngomong banyak enggak sambungnya, banyak enggak sambungnya.

Kembali lagi, siapa yang bisa menangkap peluang-peluang ini adalah Saudara-saudara (youthers). Harus ditangkap di setiap peluang-peluang yang ada.

Saya tiga hari yang lalu ketemu Jess No Limit. Tahu ya? Awas enggak tahu ini. Saya tanya, “pekerjaanmu apa?”
“Pak, saya main e-sport, Pak.”
“Terus?”
“Sama ini Pak, Mobile Legend.”

“Apa lagi ini,” saya bilang. Sudah, ceritain lah seperti apa. Ya dia cerita. Oh, iya sudah, sudah, mengertilah, saya ngerti. Tapi yang kita harus tahu, Justin, Jess ini income-nya setiap bulan, saya enggak tanya dia, pasti rahasia lah, tapi yang jelas saya pastikan ratusan juta. Bukan juta, atau puluhan juta, tapi sudah ratusan juta. Yang dulu mungkin orang-orang tua kayak saya ini kalau anak saya main itu pasti saya tegur. Main apa itu, seharian hanya main Mobile Legend, pasti saya marahi. Tapi sekarang itu bisa mendatangkan uang. Inilah yang namanya peluang. Inspirasi-inspirasi seperti ini harus ditangkap, harus mengerti kita. Sebagai pemula-pemula di bisnis, sebagai start-up, harus ngerti.

Memang sekarang ini yang dijual, yang diadu adalah ide, adalah gagasan. Seperti tadi saya sampaikan, Elon Musk itu menjual ide, menjual gagasan tapi investor yang ingin mendanai banyak sekali antre karena memang gagasannya gagasan besar yang sangat bagus. Idenya adalah ide besar yang sangat bagus sekali. Saudara-saudara juga sama. Entah start-up, entah ingin memulai sesuatu. Kalau di Amerika, di Silicon Valley ada Plug and Play, di sini sekarang kan juga ada Plug and Play Indonesia.

Inilah yang saya sampaikan 2,5 tahun yang lalu, bawa ini yang namanya Plug and Play ke Indonesia. Untuk apa? Untuk membangun ekosistem. Karena lama membangun seperti ini, enggak mungkin 1 tahun – 2 tahun, enggak mungkin. Tapi kalau enggak cepat dimulai, ditinggal nanti anak-anak muda kita dan negara kita karena perkembangan teknologi yang begitu sangat cepatnya.

McKinsey Global Institute mengatakan, Revolusi Industri 4.0 3.000 kali perubahannya lebih cepat dari revolusi industri yang pertama. 3.000 kali, betapa nantinya akan cepat sekali perubahan itu. Kalau kita enggak siap-siap, ya tahu-tahu negara lain sudah jauh terbang ke mana-mana, kita masih di tempat. Ini yang kita enggak mau.

Oleb sebab itu saya sampaikan, selalu saya sampaikan, kita harus terbuka, harus mau membuka diri dan jangan takut berkompetisi, jangan takut bersaing. Saya meyakini anak-anak muda kita bisa bersaing dengan anak-anak muda dari negara-negara lain. Saya yakin itu. Tapi peluangnya harus dibuka, ada keterbukaan. Semua anak-anak muda ini harus bisa mengakses kesempatan-kesempatan itu, peluang-peluang itu, opportunity-opportunity itu.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini, untuk anak-anak muda mulailah. Kalau ingin berusaha cepat mulailah, tetapkan ide, tetapkan jenis usaha yang ingin kita kerjakan, tentukan tujuan ini ke mana ini, bisnis ini mau ke mana, tujuannya harus ada.

Saya sudah sampaikan, lakukan juga yang namanya penelitian, survei kecil-kecilan. Kalau punya duit survei gede-gedean, kalau enggak punya duit survei kecil-kecilan. Harus ada, harus ilmiah, disurvei betul-betul sehingga kita punya kalkulasi-kalkulasi, kita punya perhitungan-perhitungan, baik dalam menentukan lokasi, baik dalam menetapkan jenis bisnis yang akan kita kerjakan. Harus.
Kalau saya urus bisnis, menentukan ya sudah feeling. Wah ini peluang, sudah. Saya putusin bisa. Tapi kalau pemula memang harus melakukan itu. Harus menetapkan jenis usaha, menetapkan ide, tujuan, melakukan survei kecil-kecilan, baik survei mengenai perilaku konsumen, kondisi bisnis, ekosistem bisnis yang ada seperti apa, dan memantau. Kemudian waktu atau timing, momentum timing itu perlu sekali, kapan memulai. Tapi segera tetapkan. Jangan takut, kalau memulai bisnis itu jangan takut yang namanya risiko. Kalau tidak berani mengambil risiko jangan masuk ke dunia bisnis. Sudah.

Saya itu sama. Saya itu jatuh bangun, bangun jatuh di bolak-balik, enggak sekali dua kali. Dan biasa sudah, biasa. Bisnis itu ada risiko untung, ada resiko rugi. Biasa. Kenapa saya dorong? Tadi menjawab Mas Billy tadi, kenapa Plug and Play saya suruh ambil untuk dibawa ke Indonesia, ya itu tadi, membangun ekosistem. Ini perlu sekali. Memang kita harus punya inkubasi, punya inkubator untuk melepas start-up yang menjadi unicorn-unicorn yang semakin banyak di Indonesia. Kita sekarang sudah memiliki Tokopedia, Mas William Tanuwijaya, umur 36 tahun. Masih muda sekali. Bukalapak, Mas Ahmad Zaki, umur baru 32, muda sekali. Gojek, Mas Nadiem Makarim umur baru 34, muda sekali. Enggak bisa bayangin saya. Yang muda-muda seperti ini sudah memiliki aset, memiliki kekayaan, memiliki… tapi ini yang dijual memang ide.

Oleh sebab itu, saya mengajak Saudara-saudara semuanya, youthers untuk berani menentukan, berani mengambil risiko tapi dengan kalkulasi. Kalau risiko yang tidak terkalkulasi itu namanya ngawur, nabrak-nabrak namanya. Harus dikalkulasi. Kalau kalkulasinya luput dan ada risikonya, itulah bisnis. Karena bisnis sekarang itu memang tidak kayak pas saya mulai awal-awal bisnis dulu. Kalau pas saya memulai dulu, saya membayangkan kalau yang namanya businessman itu harus punya pabrik yang besar. Saya ada 9 pabrik. Wah, itu sudah gagah sekali, gagah punya fixed asset yang seperti itu, gagah. Sekarang tidak, tidak perlu yang namanya bisnis besar itu memiliki pabrik yang gede-gede enggak perlu, karena yang dijual sekarang adalah brand value. Yang dijual itu, nilai brand. Fixed asset yang besar enggak perlu. Sekarang yang perlu light asset tapi valuasinya tinggi. Ini yang diperlukan.

Sekarang banyak businessman besar-besar yang tidak mempunyai hotel tapi hotelnya melebihi 1.000 lebih, seperti airBnB. Ya itulah bisnis sekarang. Saudara-saudara bisa memulai apapun. Sekarang ini yang namanya bisnis yang pertumbuhannya tinggi, misalnya jualan kopi. Warung kecil enggak apa-apa untuk memulai satu, tapi membangun brand-nya dulu. Begitu laris, buatlah cabang sebanyak-banyaknya. Sekali lagi, ini adalah ide, adalah gagasan

Saya dulu waktu anak saya yang pertama waktu ngomong ke saya, “Pak, saya sekarang jualan martabak.” Saya kaget saat itu, benar-benar kaget. Tapi sekarang saya betul-betul…. Anak saya yang kecil juga, Kaesang, “Pak, saya jualan pisang goreng.” Enggak kaget saya. Yang pertama saya kaget waktu yang jualan martabak itu, tapi yang kedua waktu jualan pisang goreng, ndak. Sudahlah, lakukan. Gimana, mau saya suruh nerusin pabrik enggak mau. Saya sampai sekarang masih ada pabrik yang 100 persen ekspor untuk produk kayu dan produk-produk mebel. Tapi enggak mau, gimana? Inginnya jualan pisang goreng, ya sudah. Ingin menjadi dirinya sendiri, ya silakan.

Ini di sini ada yang pemula, enggak? Yang sudah memulai bisnis tapi kecil? Coba angkat tangan. Kecil. Wah, banyak sekali sudah. Coba satu maju.

Yang ingin memulai bisnis, maju satu. Kalau yang sudah punya bisnis gede enggak saya suruh maju lah. Enggak usah.

(Dialog Presiden RI dengan peserta Young on Top National Conference 2018)

Silakan dikenalkan.

(Rendi dari Jakarta menceritakan mengenai bisnis yang konsepnya sebuah wadah untuk memfasilitasi UKM khususnya di bidang jasa. Marketplace-nya bernama rumahjasa.net yang memfasilitasi antara penyedia jasa dengan pencari jasa. Marketplace seperti ini belum terlalu banyak sekarang di Indonesia. Contoh jasa yang dijual seperti misalnya seorang guru yang ingin memberikan les privat atau seorang fotografer, rumahjasa.net akan menjadi wadah mengiklankan jasa mereka, selain itu juga akan dibantu dalam membangun branding-nya atau event-nya dengan menyediakan buzzer. Omset bisnisnya sudah mencapai belasan juta)

Presiden RI
Berarti arah peluangnya ada di mana?

Rendi
Peluangnya kita memfasilitasi orang-orang yang punya usaha jasa. Jadi fokusnya bukan hanya di produk. Jadi semua jenis jasa, mulai dari arsitektur, privat, entertainmet, MC, fotografi, semuanya kita fasilitasi untuk mengiklan di rumahjasa.net. Semua jasa kita tampung tapi nanti yang akan kita kembangkan kita lihat potensi yang ada di Indonesia.

(Dea dari Bekasi menceritakan rencananya memulai bisnis untuk makanan rumahan)

Dea
Meskipun kecil, hanya warung, tapi saya ingin menjadi penyemangat teman-teman yang belum bekerja atau hanya lulusan SMP/SMA.

Presiden RI
Saya dulu awal, setelah lulus juga saya kerja di BUMN, di perusahaan yang namanya Kertas Kraft Aceh. Hanya dua tahun, enggak kuat saya, enggak kuat. Kemudian keluar dan memulai usaha. Jatuh bangun, jatuh bangun tadi. Kita jalani terus secara konsisten. Hanya memang kalau kita masih memulai sebaiknya memang menurut saya, bisa salah bisa benar, fokus saja jangan gonta-ganti. Saya lihat teman-teman saya yang tidak bisa cepat meloncat itu seringnya gonta-ganti. Jualan kayu, bangkrut di situ, ganti jualan bambu. Jualan bambu bangkrut, jualan batu. Jualan batu bangkrut, jualan apa lagi, gonta-ganti. Enggak. Itu semakin kita enggak fokus semakin kita bingung. Jualan batu enggak jadi, jualan besi, jualan besi enggak jadi…

Saya yakini betul bahwa yang namanya produk-produk kayu ini tidak hanya untuk pasar dalam negeri, tapi pasar ekspornya memiliki peluang yang besar. Saya yakini itu dan terus. Artinya kita semakin tahu masalah-masalah yang ada di dalam bisnis ini. Kalau kita gonta-ganti, misalnya kayak Mbak Dea mau jual makanan/catering ya fokus di situ terus saja. Bahwa setiap bisnis pasti ada masalah, pasti ada problem, pasti. Enggak ada yang namanya bisnis itu mulus, gampang, enggak ada. Enggak ada.

Dan mungkin untuk yang masih mahasiswa, yang masih pelajar, mulai saja, enggak apa-apa. Sambil belajar enggak apa-apa. Kayak anak saya yang kecil kan juga belum lulus sekolah. Sudah jualan pisang goreng, ya silakan. Jualan pisang goreng sambil sekolah enggak apa-apa, tapi awas sekolahnya harus lulus. Saya bilang gitu. Itu saja.

Terima kasih Dea dan Rendi. Silakan sepedanya diambil itu. Bisik-bisik, pasti sepeda, sepeda. Untung saya tadi bawa sepeda. Sepedanya diambil ini. Tadi sebetulnya waktu naik panggung itu ada kesempatan, “Pak, saya minta tambahan modal.” Saya tunggu-tunggu dua-duanya hanya minta sepeda, ya sudah saya beri sepeda, lebih murah.

Saya rasa itu Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim Young on Top Conference National 2018 pada pagi hari ini saya nyatakan dibuka.

Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru