Sambutan Presiden Joko Widodo pada Muktamar XII Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah, 15 Januari 2018, di Pendopo Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 Januari 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 4.268 Kali

Logo-Pidato2Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Bismillaahirrahmaanirrahiim alhamdulillahirabbil ‘alamin washalatu wassalamu ‘ala asrafil ambiya’i wal mursalin sayyidina wa habibina wa syafi’ina wa maulana muhammadin, wa ‘ala alihi waashabihi ajma’in. ‘Amma ba’du.

Yang saya hormati Yang Mulia para Habaib, para Kyai, para Alim Ulama, baik dari Tanah Air maupun dari negara-negara sahabat, dari luar negeri,
Khususnya, Rais Am Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah, Habib Muhammad Luthfi Ali bin Yahya beserta seluruh jajaran Pengurus,
Yang saya hormati, Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. Said Aqil Siradj beserta seluruh jajaran pengurus PBNU,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Jawa Tengah, Bupati Pekalongan,

Hadirin dan Undangan yang berbahagia,
Hari ini sungguh sangat berbahagia, alhamdulillah dapat hadir dalam Muktamar yang ke-12, saya ulangi lagi, Muktamar yang ke-12 Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah. Dapat bertemu dan dapat bersilaturrahim dengan para habib dan para kyai serta para jam’iyah yang berdatangan dari seluruh penjuru Tanah Air dan juga dari mancanegara.

Adalah barokah dari Allah saya bisa dipertemukan kembali dengan para pewaris nabi yang dengan tekun mempelajari, menghayati, mengamalkan ajaran, etika, moral, dan akhlak yang bersumber dari Rasulullah.

Saya percaya ketika seseorang mendalami ajaran Islam, ketika seseorang mempelajari dan mengamalkan apa yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam, maka orang itu akan selalu menjaga betul yang namanya persaudaraan, yang namanya ukhuwah, baik ukhuwah islamiyah, baik ukhuwah wathaniyah, maupun ukhuwah basyariyah.

Apalagi umat Muslim di Indonesia, yang dikodratkan oleh Allah untuk hidup dalam keberagaman. Ini selalu saya sampaikan di mana-mana dan saya ingatkan di mana-mana, mengenai ukhuwah islamiyah kita, mengenai ukhuwah wathaniyah kita. Karena, sekali lagi, kita hidup dalam keberagaman yang sangat beragam.

Kita mengetahui semuanya bahwa negara besar Indonesia ini memiliki 714 suku. Kita juga mengetahui semuanya bahwa agama yang berada di negara kita Indonesia ini juga bermacam-macam. Kita juga tahu semuanya bahwa negara kita Indonesia ini memiliki lebih dari 1.100 bahasa lokal yang berbeda-beda. Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia, inilah takdir Allah yang harus kita jaga, kita rawat, dan terus kita perkuat bersama-sama.

Saya selalu bercerita di mana-mana, pada saat saya bertemu dengan Sri Baginda Raja Salman. Saya sampaikan, “Sri Baginda, Indonesia memiliki 714 suku, memiliki 1.100 lebih bahasa daerah”. Beliau sangat kaget sekali, tidak menyangka bahwa jumlahnya begitu sangat banyaknya. Dan beliau juga meminta untuk dipertemukan dengan agama-agama, tokoh-tokoh agama, pemuka-pemuka agama yang ada di Indonesia. Dan saat itu kita undang tokoh-tokoh dari seluruh agama yang ada di Indonesia untuk bertemu dengan beliau.

Yang kedua, juga saya sampaikan juga pada saat Presiden Afghanistan datang ke Indonesia. Saya sampaikan negara kita Indonesia memiliki 714 suku, memiliki 1.100 lebih bahasa daerah. Beliau juga sangat kaget sekali dan berpesan kepada saya, “Presiden Jokowi, hati-hati. Negaramu dengan 714 suku dan agama yang berbeda-beda, itu sangat sulit untuk menjaganya”.

Tetapi, saya sampaikan, “Alhamdulillah, Presiden Ashraf Ghani, sudah 72 tahun Indonesia selalu dalam kesatuan, dalam persatuan, dan kita bisa menjaga dan memelihara ukhuwah kita, persaudaraan kita, sehingga terjaga sampai sekarang”.

“Presiden Jokowi”, Dr. Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan, menyampaikan kepada saya. “Di Afghanistan itu ada tujuh suku, hanya ada tujuh suku. Negaramu itu ada 714”. Berapa kali itu? Di sana tujuh suku, kita 714. Di sana ada suku Pashtun, Tajik, Hazara, Uzbek, Aimak, Turkmen, Talok, hanya ada tujuh suku. Kita? 714 suku.

Kalau saya suruh menghapal, 10 saja mungkin enggak bisa saya. Yang saya hapal ya suku Jawa, suku Sunda, suku Madura, suku Baduy, suku Betawi, suku Dayak, suku Batak, suku Sasak, suku Gayo, suku Asmat, suku Makassar, suku Bone, suku Toraja, sudah. Lupa. Yang lain lupa. Berarti hanya, kemampuan saya hanya 13 kemampuan menghapal suku dari 714 suku yang kita punyai.

Padahal saya sudah, padahal saya sudah terbang dari ujung barat sampai ujung timur. Dari Sabang sampai Merauke sudah terbang langsung, kemudian saya tutup seminggu yang lalu setelah pergi ke Pulau Miangas, di pulau yang paling utara di Indonesia. Sudah saya tutup minggu yang lalu. terbang ke Pulau Rote di pulau yang paling selatan di Indonesia. Tapi kalau suruh menghapal 714, saya sampaikan apa adanya, saya tidak sanggup menghapal 714 suku itu. Karena terlalu banyak suku yang ada di negara kita.

Apa yang dipesankan Presiden Afghanistan kepada saya saat itu? “Presiden Jokowi hati-hati. Negaramu ini negara besar. Kalau ada antartetangga itu sengketa, segera selesaikan. Apalagi kalau ada sengketa antarkampung, cepat-cepat selesaikan. Apalagi kalau ada sengketa antarsuku, segera, cepat, selesaikan secepat-cepatnya. Itu sangat berbahaya sekali. Apalagi kalau sengketanya antaragama, lebih berbahaya lagi. Segera, cepat, cepat, cepat, cepat selesaikan.”

Apa yang saya tangkap dari pesan beliau, Dr. Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan itu? Beliau bercerita, Afghanistan sampai sekarang, perang dan sengketa itu tidak selesai sudah lebih dari 40 tahun. Dimulai dari sengketa dua suku. Kemudian berkembang, yang satu membawa teman dari luar, yang satu membawa teman dari luar. Inilah pengalaman beliau yang disampaikan kepada saya dan titip pesan hati-hati dalam menjaga persatuan, dalam menjaga kesatuan, negara sebesar kita, Indonesia ini.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini, saya titip kepada para Kyai, kepada para Habaib, kepada seluruh Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah, agar hal-hal yang berkaitan dengan ukhuwah kita, baik ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah, itu selalu disampaikan. Terutama ukhuwah islamiyah kita dan ukhuwah wathaniyah kita agar persatuan dan kesatuan kita terus dapat kita jaga.

Kuncinya seperti tadi yang disampaikan oleh beliau, Habib Luthfi. Pancasila sebagai ideologi negara, kemudian NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia, kemudian Bhinneka Tunggal Ika, dan Undang-Undang Dasar 1945. Itu betul-betul harus kita jadikan pedoman dalam kita bernegara di negara kita, Indonesia.

Oleh sebab itu, yang hadir di sini, saya minta maju satu orang saja.Yang hapal Pancasila, silakan. Maju. Ya.

(Dialog Presiden RI dengan hadirin)

Hadirin yang saya hormati,
Akhir kata, dalam majelis yang terhormat ini, saya ingin mengajak seluruh jam’iyyah yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air, bergandengan tangan dengan berbagai elemen bangsa lainnya, untuk terus menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mempersatukan kita semuanya, untuk terus menjaga Pancasila, dasar negara kita bernegara sebagai rumah kita bersama, untuk menjaga terus, menjaga Bhinneka Tunggal Ika, yang bukan saja menjadi tali pengikat kita dalam kemajemukan, tapi juga terbukti dibanggakan oleh dunia.

Saya juga mengajak seluruh jam’iyyah untuk selalu peduli kepada saudara-saudara kita yang berkekurangan, untuk selalu membantu saudara kita yang berada dalam, masih berada dalam lembah kemiskinan. Merekalah yang harus kita bantu agar mereka dapat hidup lebih baik, agar mereka dapat hidup lebih sejahtera, agar mereka mendapatkan kesempatan yang sama dan mendapatkan pelayanan pendidikan, mendapatkan kesempatan yang sama mengakses pelayanan kesehatan, memperoleh kesempatan yang sama untuk memperbaiki kualitas kehidupan mereka, meningkatkan kesejahteraan mereka.

Sekali lagi, saya mengajak seluruh jam’iyyah untuk terus mengasah kepekaan sosial kita dengan meningkatkan rasa kepedulian kita kepada sesama, sehingga bangsa kita semakin maju, semakin sejahtera, adil dan makmur.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan, maka dengan mengucap bismillaahirrahmaanirrahiim, saya buka secara resmi Muktamar XII Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah dan Halaqah II Ulama Thariqah Luar Negeri pada pagi hari ini.

Terima kasih.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru