Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Kongres ke-10 Himpunan Indonesia Untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial dan Sebelas Maret International Conference on Business, Economic and Social Sciences, di Best Western Hotel, Sukoharjo, Jawa Tengah, 9 Agustus 2017 

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 9 Agustus 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 4.829 Kali

Logo-Pidato2-8Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati Ketua Komisi Yudisial yang hadir pada siang hari ini,
Yang saya hormati Kepala Staf Kepresidenan, beserta Gubernur, Pangdam, Kapolda,
Yang saya hormati Rektor UNS, beserta para peneliti, guru besar, dosen, para ilmuwan, serta para peserta Kongres Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS) yang saya hormati.

Ilmu-ilmu sosial sekarang ini sudah berkembang secara sangat dinamis. Tapi saya ingin mengingatkan bahwa dunia juga berubah begitu sangat cepatnya. Kemajuan-kemajuan teknologi melahirkan begitu banyak inovasi-inovasi teknologi yang destruktif, sehingga akan bisa mengubah lanskap ekonomi, mengubah lanskap politik, dan mengubah lanskap sosial.

Sebagai contoh, benda kecil sekarang yang kita bawa kemana-mana yang namanya smartphone, akan sangat nantinya mempengaruhi perilaku-perilaku sosial kita, pola komunikasi kita, juga relasi sosial, terutama perubahan-perubahan itu sangat jelas di anak-anak muda kita.

Sekarang pola komunikasi antar individu, antar anggota keluarga juga berubah karena tersedianya media sosial baru seperti Twitter. Banyak yang senang nge-tweet? Facebook, main Instagram, atau ada yang senang blog atau video blog. Bahkan menjadi semakin sibuk berkomunikasi dengan gawai masing-masing, dengan smartphone masing-masing.

Saya hanya ingin menyadarkan kepada kita semuanya, bahwa perubahan itu betul-betul sangat cepat sekali. Inovasi-inovasi bisnis sekarang ini juga sangat cepat sekali. Dulu yang tidak kita perkirakan, sekarang muncul semuanya, dan munculnya itu maju.

Saya berikan contoh di negara lain, banyak sekali sekarang ini yang namanya mal/toko itu tutup. Sudah mulai beberapa negara mengatakan, Perdana Menteri-nya/Presiden mengatakan, 30 persen mal dan toko tutup. Karena apa? Sekarang orang sudah berjualan lewat online store, lewat toko online. Di negara kita pun sekarang sama. Bukan perusahaan online yang besar, seperti Bukalapak, atau Blibli, atau sekarang Matahari. Individu-individu sekarang juga berjualan lewat Instagram, lewat Twitter. Hal-hal seperti ini yang sering tidak kita sadari bahwa perubahan itu sudah sangat cepat sekali. Dan saya memperkirakan 5-10 tahun lagi juga ada perubahan yang cepat, terutama di generasi Y, generasi Y kita. Sekarang mungkin belum tetapi 5-10 tahun yang akan datang betul-betul lanskap ekonomi, lanskap politik itu akan berubah. Dan itu akan juga mengubah pola hubungan sosial kita. Lanskap sosial kita juga akan berubah.

Perkiraan-perkiraan yang sering kita bicarakan di forum internasional, nantinya 5-10 tahun yang akan datang sudah tidak banyak lagi yang baca koran, sudah tidak banyak lagi yang lihat TV nantinya. Mereka lihatnya hanya di benda kecil tadi. Sekarang sudah mulai, mungkin Netflix sudah. Nanti video-video mau lihat film lihatnya di situ saja. Mau lihat berita sudah tidak mau baca koran lagi karena ini lebih aktual, gampang, klik sudah, mau berita apapun ada.

Perubahan-perubahan seperti inilah yang harus kita antisipasi. Saya kira ilmuwan-ilmuwan sosial harus mengantisipasi ini. Misalnya, ini masih misal-misalnya semuanya, karena masa transisi. Saya tanya ke kepala negara yang lain, “terus antisipasinya apa?” Mereka juga masih belum mengerti apa yang akan terjadi. Kalau mau tutup artinya berapa tenaga kerja yang akan tidak bekerja. Kalau toko tutup hanya 1-2 tidak apa-apa. Kalau semua sekarang? Saya saja kalau beli sate, beli gado-gado enggak pernah suruhan, sudah pakai Gofood tahu-tahu 30 menit sudah sampai ke saya. Itu nanti akan merambah ke semua sektor tidak hanya usulan urusan gado-gado dan sate. Urusan kecil-kecil nanti orang tidak berhubungan langsung (face to face). Kejadian apa yang akan kita hadapi, inilah yang perlu diantisipasi.

Lanskap politik juga akan berubah. Percaya saya. Kalau orang masih berbicara kayak yang lalu-lalu, bisa ditinggal, karena lanskap politik pun juga akan berubah.

Saya berikan contoh pada saat saya ke Inggris itu satu bulan sebelum ada referendum Brexit. Perdana Menteri saat itu menyampaikan kepada saya, sangat optimis sekali, “tidak ada masalah, Presiden Jokowi, beres.” Tapi perubahan-perubahan tadi, lanskap politik, lanskap ekonomi, perubahan ini yang sering sulit kita perkirakan. Tahu-tahu akhirnya ternyata hasilnya berbeda.

Termasuk pemilihan Presiden di Amerika Serikat juga sama. Perubahan-perubahan seperti ini yang akan mengubah nanti. Benda kecil yang namanya smartphone nanti, gawai itu, gadget itu yang akan mengubah semuanya. Di survei hari ini menang, besok coblosan bisa kalah. Gara-gara isu ini. Hati-hati. Inilah yang harus diantisipasi.

Di bisnis juga sama. Kalau cara marketing masih seperti yang lalu-lalu, ditinggal, ditinggal. Karena inovasi selalu ada, selalu ada. Dulu orang berbicara, baru saja, belum sampai ke kita kan, Paypal belum sampai ke kita, berbicara masalah Paypal, Elon Musk. Tapi karena dia tidak cepat, didahului oleh Jack Ma dengan Alipay, yang sudah merambah ke mana-mana. Nanti juga akan sampai di Indonesia sudah, sebentar lagi sampai. Tidak bisa kita cegah hal-hal seperti itu.

Inilah perkembangan yang mau tidak mau harus diantisipasi oleh kita semuanya. Karena memang cara berpikir yang berbeda dari generasi milenial, generasi Y itu memang sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Sehingga pendekatan politiknya mestinya juga harus berubah. Kalau pendekatan-pendekatan politiknya masih kita monoton, linier, rutinitas seperti yang kita lakukan seperti sekarang ini, tahu-tahu bisa berubah nanti.

Oleh sebab itu, sekarang ini harus mempunyai feeling yang berbeda, karena memang perubahannya itu sudah masuk, bukan akan, sudah.

Lanskap mediapun juga akan berubah. Media-media mainstream, cetak, elektronik, sekarang harus bersaing dengan munculnya media online, media sosial, yang selalu mendahului. Bahkan peristiwanya belum ada saja sudah mendahului sekarang. Ini yang terjadi. Sekarang isu-isu yang berkembang di media sosial seringkali menjadi rujukan, baik untuk media mainstream maupun untuk rujukan dalam agenda setting kebijakan. Karena isu-isu di media sosial yang viral, yang itu juga memang mau tidak mau itu harus kita dengar, itu suara masyarakat.

Oleh sebab itu, pola hubungan sosial, lanskap sosial kita juga harus kita siapkan antisipasinya. Jangan kita keliru nanti mengantisipasi ini sehingga tidak bisa mengejar perubahan yang ada. Dan akhirnya, yang kita takut, kita ini ditinggal. Itu yang kita tidak mau.

Juga fenomena yang menarik adalah inovasi teknologi juga, yang mau tidak mau ini juga harus mengubah lanskap dunia pendidikan kita. Ini mumpung ada Pak Rektor. Saya sering berbicara, kenapa universitas kita dari dulu sampai sekarang, di semua universitas yang ada paling Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Sospol, Fakultas Teknik. Kalau Fakultas Kehutanan enggak banyak. Padahal perubahannya sudah cepat sekali. Kenapa sih tidak ada Fakultas Retail Management? Kenapa tidak ada Fakultas Human Resources Management? Mengapa tidak ada Fakultas Logistik? Mengapa tidak ada Fakultas Green Building? Ini sudah berubah semuanya. Kita bertahun-tahun rutinitas seperti itu terus. Memang filosofi ekonomi itu sama, filosofi-filosofi politik itu sama, tetapi perubahan ini yang harus diantisipasi. Kenapa tidak ada Fakultas Animasi? Nanti jurusannya Meme. Lho, memang fakta di depan kita seperti itu, kenapa tidak? Kita boleh tertawa sekarang, tapi jangan kaget nanti di UNS ada Fakultas Animasi, misalnya. Bukan jurusan, fakultas, saya bicara fakultas.

Ini perubahan itu sudah di depan mata kita. Semakin saya melihat perubahan itu, saya masuk ke kantor pusatnya Alibaba Jack Ma, saya masuk ke sana. Melihat perubahan, waduh ngeri kita. Masuk ke Google, ngeri kita. Perubahan-perubahan seperti itu yang kita lihat. Masuk ke kantornya Facebook, inovasi-inovasi itu begitu…”Ini Pak yang akan kita lakukan, ini yang akan kita lakukan.” Itu sudah visi ke depan semuanya. Jadi kalau kita tidak menyiapkan masyarakat kita dengan antisipasi-antisipasi pola hubungan sosial, pola hubungan komunikasi kita, hati-hati. Tapi saya yakin ada HIPIIS, antisipasi itu akan bisa dilakukan.

Kemajuan teknologi juga memungkinkan terjadinya perubahan dalam pola penyebaran ideologi, termasuk ideologi radikal, ideologi terorisme yang sangat cepat sekali. Begitu mudahnya anak-anak muda kita sekarang ini menjadi radikal, mempelajari radikalisme. Bukan karena bergabung dengan sebuah organisasi, tidak, tapi hanya belajar sendiri lewat internet, media sosial. Termasuk yang berbahaya belajar membuat bom dari sana. Sekali lagi, banyak teroris yang belajar sendiri dari media sosial kemudian menjadi teroris lonewolf yang tidak bergabung ke dalam sebuah organisasi.

Sekali lagi, perubahan-perubahan teknologi informasi yang sangat cepat dan selanjutnya mempengaruhi struktur relasi sosial, perlu mendapatkan perhatian dari para ilmuwan sosial. Semuanya harus benar-benar dipikirkan dan kita antisipasi mulai dari sekarang. Kita harus menyiapkan kerangka kebijakan, baik di bidang ekonomi, baik di bidang politik, maupun di bidang sosial, yang bisa digunakan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang tadi saya sampaikan. Termasuk menyiapkan model pembangunan sosial yang tepat, sehingga perubahan-perubahan tersebut tidak merusak masyarakat kita. Sebaliknya, perubahan itu mampu kita kelola dengan baik dan memberikan dampak kemajuan yang baik bagi masyarakat Indonesia.

Untuk itu, saya mendorong agar para ilmuwan sosial untuk memperbanyak riset-riset kebijakan terkait bagaimana kita mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut. Perubahan itu sudah di depan kita, sudah masuk di negara kita. Dan sekali lagi, mata kuliah yang diajarkan juga jangan monoton, jangan linier, perlu kita sesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Misalnya, secara khusus mempelajari media sosial dan dampak pada relasi sosial kita seperti apa.

Begitu juga dengan metode pembelajaran di kelas juga harus berubah. Karena sumber informasi alternatif sekarang ini sangat banyak sekali, sangat berlimpah ruah, dan itu kita bisa cari sendiri. Dengan menyiapkan sejak dari awal antisipasinya berbagai perubahan itu, saya yakin ilmu-ilmu sosial akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan bangsa kita Indonesia.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Kongres X Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial pada siang hari ini saya nyatakan resmi dibuka.

Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

Transkrip Pidato Terbaru