Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Pembukaan Muktamar Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam IX, 25 September 2018, di Pondok Pesantren Persis Ustman Bin Affan, Cipayung, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 25 September 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 3.783 Kali

Logo-Pidato2-8Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu was salamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati Ketua Umum PP Persis Bapak Kyai Haji Aceng Zakaria beserta seluruh jajaran pengurus PP Persis yang hadir.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja yang hadir,
Yang saya hormati Ketua Hima Persis Nizar Ahmad Samudra beserta seluruh jajaran pengurus Hima Persis,
Bapak-Ibu para peserta muktamar, hadirin dan undangan yang berbahagia.

Pertama-tama, perlu saya mengingatkan bahwa saya sudah dua kali bertemu dengan keluarga besar Persis. Yang pertama di Bandung, yang kedua di Jakarta Timur ini. Saya ingat, saat datang di Kantor PP Persis sudah malam. Ada diskusi, diskusinya ramai banget. Banyak yang ditanyakan, tajam-tajam, saya jawab juga tajam.

Kemudian yang kedua, ini titipan yang saya jawab sekarang mengenai rusun. Ada tiga rusun yang diajukan oleh Persis dan tadi sudah saya konfirmasi ke Bapak Seskab, semuanya kami setujui, insyaallah segera dibangun. Sebagian tahun ini dan sebagian tahun depan. Dan juga yang berkaitan dengan pendirian Universitas Persis, menterinya juga saya ajak, Pak Menteri Dikti, langsung saya tadi. Baru ketemu tadi ini juga, jawab, jawabannya, “segera diproses, Pak.” Jadi syarat-syaratnya segera disampaikan ke Dikti, saya bagian mengejar. Asal syaratnya segera, izinnya akan segera  dikeluarkan. Karena apapun yang namanya pendidikan, yang namanya pembangunan sumber daya manusia adalah sangat penting bagi bangsa ini untuk bisa bersaing, berkompetisi dengan negara-negara lain.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Saya ingin mengingatkan, menyadarkan kepada kita semuanya bahwa negara ini adalah negara besar. Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Saat ini kita telah memiliki penduduk 263 juta, 263 juta. Sebuah jumlah yang tidak sedikit. Semuanya pasti ingin hidup baik. Semuanya pasti ingin mendapatkan pekerjaan yang baik. Inilah tugas besar kita yang harus menyiapkan itu.

Penduduk 263 juta yang hidup di 17.000 pulau yang kita miliki. Jangan berpikir bahwa pulau di Indonesia ini hanya Jawa saja. Ada 17.000 pulau yang kita miliki, 514 kabupaten dan kota, 34 provinsi. Ini saya ingatkan terus di mana-mana karena kita kadang-kadang terjebak pada pemikiran Jawa-sentris, hanya Jawa saja. Padahal negara ini adalah negara besar, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Dan juga perlu saya ingatkan bahwa negara ini dianugerahi oleh Allah SWT keberagaman, berbeda-beda, berwarna-warni, bermacam-macam. Agama berbeda-beda, suku berbeda-beda, adat berbeda-beda, tradisi berbeda-beda, bahasa daerah berbeda-beda. Perlu saya sampaikan kita memiliki 714 suku, 1.100 lebih bahasa daerah, beda-beda semuanya. Adat, berbeda-beda semuanya. Tradisi budaya, berbeda-beda semuanya. Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita yang terus harus kita rawat dan kita jaga bersama-sama. Karena aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, aset terbesar bangsa ini ada kerukunan, persaudaraan.

Sehingga selalu sampaikan, marilah kita jaga bersama-sama ukhuwah islamiah kita, marilah kita jaga bersama-sama ukhuwah wathaniyah kita. Kita jaga bersama-sama. Jangan sampai, saya titip, harmoni yang telah berjalan lama, sinergi antaranak bangsa yang telah berjalan lama, kita menjadi kelihatan terpecah, terbelah gara-gara hanya pesta demokrasi setiap 5 tahun. Saya titip, ada pemilihan bupati, pemilihan wali kota, pemilihan gubernur, pemilihan presiden itu setiap lima tahun pasti ada. Jangan korbankan persatuan kita, persaudaraan kita gara-gara pesta demokrasi itu. Rugi besar bangsa ini. Pemilihan bupati menjadikan antartetangga tidak saling menyapa, ada. Pemilihan gubernur menjadikan antarteman tidak saling sapa, ada, banyak. Pemilihan presiden juga sama, antarkampung enggak saling menyapa, antartetangga, antarteman, antarsaudara tidak saling menyapa, ada. Sudah empat tahun pilpres, masih dibawa sampai sekarang, banyak. Inilah yang perlu saya ingatkan bahwa sinergi, harmoni di antara kita sesama anak bangsa sangat-sangat diperlukan bagi kita dalam menghadapi persaingan, menghadapi kompetisi antarnegara.

Sama seperti Tuan Hasan, Bapak Ahmad Hasan, yang selalu mengedepankan tidak konfrontasi fisik, tidak gesekan fisik. Beliau selalu menyampaikan adu argumen, adu ide, adu gagasan itu yang lebih dikedepankan.  Beliau pernah menyampaikan di dalam tulisannya, menghindari fisik dengan sesama anak bangsa karena, ini yang menjadi titik kita, yang dikejar tidak dapat, yang dikandung berceceran. Beliau yang menyampaikan, Tuan Hasan. Saya ulang, yang dikejar tidak dapat, yang dikandung berceceran. Jelas sekali.

Sekali lagi, marilah kita rawat, marilah kita jaga bersama-sama persatuan, persaudaraan, kerukunan di antara kita. Enggak apa-apa kok berbeda pilihan, enggak apa-apa. Berbeda pilihan bupati, boleh. Berbeda pilihan dalam memilih wali kota, juga boleh. Berbeda pilihan dalam memilih gubernur, juga boleh. Beda pilihan memilih presiden, juga boleh. Tidak ada yang melarang. Tapi jangan yang namanya ukhuwah islamiah kita, ukhuwah wathaniyah kita, kita korbankan gara-gara pesta demokrasi setiap lima tahun, akan rugi besar.

Karena kita ini dilihat, negara-negara lain melihat kita. Dalam Konferensi Islam Wasathiyah yang digagas oleh ulama-ulama kita, ulama-ulama besar dari negara lain datang ke sini, datang di Bogor. Mereka mengapresiasi kehidupan sehari-hari kita, mengapresiasi. Grand Syeikh Al Azhar datang. Beliau menyampaikan sambutan mengagumi Indonesia, betapa meskipun berbeda-beda kita masih bisa menjaga harmoni, menjaga kerukunan, dan menjaga persaudaraan.

Dr. Ashraf Ghani menyampaikan pada saya, ini Presiden Afghanistan, Dr. Ashraf Ghani, beliau menyampaikan kekagumannya setelah saya menyampaikan Indonesia ini memiliki 714 suku, tapi bisa hidup rukun alhamdulillah sampai saat ini dan kita berharap bisa lolos sampai di akhir zaman. Beliau menyampaikan kekagumannya terhadap persaudaraan kita, kerukunan kita. Karena di Afghanistan ada 7 suku, kita 714. Bandingkan, Afghanistan 7, kita 714. Berbeda-beda agama, adat, tradisi, bahasa daerah, berbeda-beda. Dua suku berkonflik di sana, satu membawa teman dari luar, satu membawa teman dari luar, 40 tahun enggak pernah rampung konflik itu. Enggak pernah, sudah 40 tahun.

Bahkan, Ibu Rula Ghani, istrinya Presiden Ashraf Ghani menyampaikan kepada saya, “Presiden Jokowi, dalam konflik, dalam perang yang paling dirugikan adalah dua, anak-anak dan wanita.”
Saya tanya, “kenapa Ibu menyampaikan itu?”
“Iya, karena saya ingat 40 tahun sebelum perang, sebelum konflik, saya naik mobil menyetir sendiri di Kabul dan sekitarnya enggak ada masalah. Anak-anak bermain setiap hari di jalan, di kampung-kampungnya, enggak ada masalah. Begitu konflik ada, kami naik sepeda saja enggak bisa sekarang ini, apa lagi naik mobil. Karena keamanan. Saya enggak bisa bertemu kayak di sini, bertemu dengan rakyat, dengan organisasi wanita.”
Karena beliau ke sini bertemu dengan organisasi-organisasi wanita yang ada di Indonesia.  “Sangat sulit mengembalikan kedamaian 40 tahun yang lalu,” Presiden Jokowi.
Beliau menyampaikan, “betapa kita tiap hari hanya di rumah tidak bisa keluar karena masalah keamanan yang tidak pernah menentu.”

Negara-negara Islam yang lainnya juga mengagumi kita hal yang berkaitan dengan kerukunan, harmonisasi di antara perbedaan-perbedaan, harmoni di antara perbedaan-perbedaan. Oleh sebab itu, sekali saya mengajak kita semuanya untuk terus merawat dan menjaga persatuan kita, persaudaraan kita, kerukunan kita, ukhuwah kita agar kita terus bisa membangun dan menyejahterakan rakyat.

Akhirnya, dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, pagi hari ini Pembukaan Muktamar IX Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis) saya nyatakan dibuka.

Terima kasih,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Transkrip Pidato Terbaru