Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Penutupan Rembuk Nasional Aktivis ‘98, 7 Juli 2018, di Hall Tengah JI-Expo Kemayoran, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 7 Juli 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 3.555 Kali

Logo-Pidato2Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan,

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, yang saya cintai, yang saya banggakan, terutamanya seluruh aktivis ‘98 yang pada sore hari ini berkumpul di Kemayoran dalam suasana yang sangat sejuk.

Alhamdulillah, pertama-tama saya ingin menyampaikan kepada Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian bahwa bangsa kita, bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang besar. Negara kita, negara Indonesia ini adalah negara yang besar. Ini yang harus kita sadari bersama-sama.

Kita memiliki 17 ribu pulau dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Kita memiliki 714 suku yang berbeda-beda adat, berbeda-beda tradisi, berbeda-beda agama. Inilah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita, anugerah yang diberikan Allah kepada kita, bangsa Indonesia. Kita juga memiliki 1.100 lebih bahasa daerah yang berbeda-beda. Inilah kita, anugerah yang diberikan Allah kepada bangsa kita Indonesia.

Oleh sebab itu, kita harus menyadari bahwa bangsa ini adalah bangsa besar dan negara ini adalah negara besar. Penduduk kita sekarang ini sudah 263 juta.

Oleh sebab itu, kita harus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada gerakan aktivis ‘98 yang pada tahun itu memperjuangkan hadirnya kebebasan berekspresi di Republik ini, hadirnya kebebasan berpendapat di negara yang kita cintai ini, hadirnya kebebasan pers yang ada di negara kita. Tetapi, sekali lagi, kebebasan itu bukan kebebasan yang semau-maunya, kebebasan itu bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya karena kita diikat oleh aturan-aturan, kita diikat oleh konstitusi kita. Kebebasan itu bukan memberikan ruang untuk sebebas-bebasnya berbicara untuk mengadu domba masyarakat. Kebebasan itu juga bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya untuk saling mencela, untuk saling mencemooh di antara kita, sesama saudara sebangsa dan setanah air.

Karena aset besar bangsa Indonesia adalah persatuan. Aset besar bangsa Indonesia adalah persaudaraan di antara suku-suku, di antara daerah-daerah yang berbeda-beda tradisi, berbeda adat, berbeda-beda bahasa. Inilah yang harus kita sadari bersama-sama.

Dan, untuk menjadi negara besar, untuk menjadi negara yang kuat, pasti kita diuji, pasti ada cobaan, pasti kita harus kuat menghadapi rintangan, kuat menghadapi cobaan, kuat menghadapi hambatan. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan, marilah kita bersama-sama terus menjaga persatuan. Silakan, berbeda pendapat itu silakan, berbeda pilihan politik itu juga silakan karena yang dibangun oleh gerakan aktivis ‘98 adalah masyarakat yang demokratis. Silakan beda pilihan, beda pilihan untuk calon wali kota, bupati, gubernur, presiden, silakan, tetapi ingat bahwa kita adalah saudara sebangsa dan setanah air. Jangan karena berbeda politik, berbeda pilihan politik, saling mencela, saling mencemooh, saling menjelekkan. Itu bukan etika dan budaya bangsa kita Indonesia.

Oleh sebab itu, saya menyambut baik pertemuan pada sore hari ini. Tadi sudah disampaikan beberapa rekomendasi dan usulan-usulan, terutama marilah kita bersama-sama merapatkan barisan, menggalang kekuatan untuk melawan intoleransi, melawan radikalisme, dan melawan terorisme.

Inilah pekerjaan besar kita untuk membangun kembali aset besar kita yaitu persatuan dan persaudaraan di antara kita sebagai saudara sebangsa dan setanah air.

Mengenai usulan gelar pahlawan nasional untuk korban ‘98, saya akan tindak lanjuti dengan kajian-kajian sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Secepat-cepatnya akan kami sampaikan dan nanti akan kita putuskan. Dan juga yang kedua mengenai usulan tanggal 7 Juli sebagai hari Bhinneka Tunggal Ika juga akan kita kaji. Juga nantinya segera akan kita sampaikan kalau sudah selesai kita putuskan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, marilah kita menggalang rasa persatuan kita sebagai aset besar bangsa kita Indonesia.

Hidup rakyat!
Hidup rakyat!

Saya tadi mendapatkan informasi bahwa keluarga korban ‘98 hadir di sini, saya mohon untuk naik ke panggung.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap alhamdulillahirrabbilalamin, saya tutup secara resmi Rembuk Nasional Aktivis ‘98.

Sekali lagi,
Hidup rakyat!
Hidup rakyat!
Hidup rakyat!
Hidup rakyat!

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru