Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Silaturahim Presiden RI bersama Kyai Sepuh, dengan tema “Indonesia dari Mata Batin Kyai” yang diselenggarakan oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Minggu (11/12), di Kantor Pimpinan Pusat GP Ansor, Jakarta Pusat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 11 Desember 2016
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 6.489 Kali

Logo-Pidato2Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu was salamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du,

Yang saya hormati Yang Mulia para ulama, kyai sepuh, para kyai yang hadir pada sore hari ini,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Pimpinan MPR RI yang hadir,
Yang saya hormati Ketua Pimpinan Pusat GP Ansor Gus Yaqut,
Tapi saya yang sering ingat kalau di GP Ansor itu Pak Sekjennya Gus Adung, karena sama kurusnya. Silakan berdiri, kurus kayak saya.
Dan yang saya hormati para pimpinan wilayah GP Ansor, para pengurus dan anggota GP Ansor,
Para Undangan yang berbahagia.

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dalam suasana sejuk, sehat walafiat, tak kurang satu apapun.
Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Tadi telah disampaikan oleh Bpk. Yahya Staquf banyak hal yang telah dirangkum dari pemikiran para kyai sepuh dan para kyai yang intinya mengajak kita semuanya bangsa Indonesia, pemerintah untuk meneguhkan, untuk mengimplementasikan keteladanan Rasulullah dalam segala aspek kehidupan utamanya di negara kita Indonesia terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini sangat penting terutama di tengah situasi kebangsaan kita yang dinamis dan juga semakin sengitnya kompetisi dan persaingan antarbangsa. Karena sebetulnya saat ini persaingan yang berat adalah persaingan antarnegara, persaingan antarbangsa. Sebab kalau kita lihat hampir semua kawasan sekarang ini mengalami kegonjangan politik, mengalami kegoncangan ekonomi. Saya berikan contoh di Uni Eropa, ekonominya goncang semuanya, pada posisi yang berat. Juga politiknya karena kebanjiran pengungsi jutaan. Kawasan Timur Tengah juga sama, ekonominya juga goncang karena harga minyak jatuh dari dulu 107 dolar, sekarang di bawah 50 US Dollar. Selain karena ekonomi itu juga kegoncangan politik karena peperangan di beberapa negara dan kawasan yang ada di situ. Kita Indonesia alhamdulillah masih diberkahi, masih diberikan karunia pertumbuhan ekonomi yang masih di atas 5 persen, ini patut kita syukuri. Sisi politik juga dapat dikatakan relatif sangat stabil, sangat adem ayem, sangat dingin tetapi agak panas karena 411 dan 212. Tapi alhamdulillah, alhamdulillah meskipun sedikit menghangat tetapi tidak sampai pada kondisi yang panas.

Kita harus sadar semuanya, itu kita diingatkan. Kita sekarang ini semuanya baru ingat bahwa negara ini memang negara yang majemuk, beragam. Ada 700 lebih suku, ada 1.100 lebih bahasa lokal yang berbeda-beda. Kalau Saudara-saudara tidak pergi dari ujung barat di Sabang sampai ujung timur di Merauke mungkin tidak merasakan. Tetapi saya yang hampir setiap minggu minimal 3 hari ke daerah itu merasakan betul betapa kita ini memang betul-betul berbeda-beda, betul-betul sangat majemuk, enggak ada negara di dunia ini yang semajemuk negara kita Indonesia. Ini anugerah yang diberikan Allah kepada kita. Kalau kita bisa menyatukan ini akan menjadi sebuah contoh besar bagi negara-negara yang lain, ada yang satu suku saja berantem, berantem enggak ada habisnya.Kita ini 700.

Satu provinsi saja, saya pergi ke Sumatera Utara, saya pergi ke bagian selatan ke pulau Nias salamnya sudah berbeda dengan yang di tengah, dengan yang di agak timur, dengan yang di utara, beda-beda semuanya. Yang di Nias ya’ahowu, ya’ahowu, saya kadang-kadang lupa, ya’ahowu. Nanti ke tengah itu sudah beda lagi mejuah-juah, nanti ke agak timur juah-juah, nanti ke utara lagi, horas. Beda-beda. Itu baru satu provinsi, kita memiliki 34 provinsi, memiliki 516 kabupaten dan kota yang berbeda-beda. Saya pindah tempat sudah lupa yang daerah baru saya kunjungi karena berbeda-beda. 700 suku, 1.100 bahasa lokal, bayangkan. Bapak/Ibu/Saudara-saudara bisa bayangkan betapa kita ini memang betul-betul sangat berbeda-beda, sangat majemuk, dan sangat beragam. Suku, ras, agama berbeda-beda. Inilah Indonesia.

Dan alhamdulillah ini berkat tausiyah yang sering disampaikan oleh para kyai sepuh, para kyai, bimbingan yang selalu diberikan kepada kita semuanya. Dari para kyai, dari para ulama mengingatkan kita betapa kita ini memang berbeda-beda. Dan salah satu cara meneladani Rasulullah adalah dengan menaati dan mengikuti ulama dan dawuh para kyai, para kyai sepuh. Karena ulama dan para kyai adalah pewaris Rasulullah dan menjadi kewajiban kita untuk selalu menjunjung tinggi dan mengikuti apa yang menjadi dawuh para ulama dan para kyai.

Seperti dalam praktik kebangsaan, para kyai selalu menuntun kita untuk cinta tanah air. Hubbul wathon minal iman, cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Cinta tanah air juga menunjukkan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin, Islam yang mengajarkan kedamaian, Islam yang menjadikan rahmat bagi sesama khususnya rahmat bagi bangsa dan negara kita Indonesia.

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia selama ini sudah menunjukkan bahwa Islam dan kehidupan berbangsa, berkebangsaan adalah selaras dan harmoni. Dan ini yang dilihat oleh negara lain.

Saya pernah satu meja berbicara dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Mahmoud Abbas. Beliau sangat kagum terhadap kemajemukan kita dan beliau melihat sendiri di gedung pertemuan, di mushala penuh pada saat pas jam salat, jam 12, jam 3, dia selalu melihat betapa mushala, masjid Indonesia ini selalu makmur. Beliau yang menyampaikan dan beliau paling berkesan adalah memang kehidupan berbangsa dan bernegara kita yang sangat majemuk. Sangat kagum sekali.

Sekjen OKI juga sama, beliau dari Arab Saudi juga menyampaikan hal yang sama, kagum dengan kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Padahal kalau kita dengar kemarin itu, bisa kekagumannya bisa kurang dikit. Oleh sebab itu, saya sangat berbahagia sekali saat ini di antara sahabat-sahabat Ansor yang berkumpul pada hari ini.

Siapa kita?
(Dijawab para hadirin: Ansor NU)
NKRI?
(Dijawab para hadirin: Harga mati)
Pancasila?
(Dijawab para hadirin: Jaya)
Nusantara?
(Dijawab para hadirin: Milik kita)
Aswaja?
)Dijawab para hadirin: Aqidah kita)

Saya sedikit-sedikit ngapalin setelah tadi Gus Yaqut menyampaikan di sana. Jangan kalah sama Gus Yaqut.

Terakhir saya sangat menghargai GP Ansor yang selama ini terus berperan aktif dalam membangun hubungan yang harmonis dan ukhuwah antar warga bangsa. Saya harap terus menjadi kader bangsa yang cerdas dan tangguh, berakhlak mulia, sehat beraktivitas dan beramal shaleh. Selain itu juga harus berani dan patriotik seperti digambarkan dalam surat Quran Al Adiyaat yaitu kuda perang yang berlari kencang dan tidak takut memasuki medan perang. Karena kita percaya bahwa masa depan sebuah bangsa ada di tangan generasi muda, khususnya Pemuda Ansor. Insya Allah ketika generasi muda kita kuat maka Indonesia akan menjadi bangsa pemenang dalam kompetisi di dalam persaingan global.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Terima kasih,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru