Sambutan Presiden Joko Widodo pada Sidang Terbuka Institut Pertanian Bogor dalam rangka Dies Natalis Ke-54, 6 September 2017, di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 22 Desember 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 5.956 Kali

 

Logo-Pidato2-8Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati Rektor IPB beserta seluruh pimpinan senat, seluruh pimpinan dewan guru besar, keluarga besar IPB, seluruh mahasiswa yang hadir pada pagi hari ini,
Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja, Gubernur Jawa Barat serta seluruh Gubernur yang hadir, Bupati/Wali Kota yang hadir,
Bapak-Ibu sekalian, hadirin dan tamu undangan yang berbahagia.

Sangat berbahagia sekali pagi hari ini saya bisa hadir dalam sidang Dies Natalis  IPB yang ke-54. Saat saya masuk tadi di gerbang, di kampus Dramaga, suasana sejuk dengan pepohonan yang sangat rindang, sangat enak sekali kalau dipakai untuk kuliah. Karena saya senang pohon-pohon.

Yang kedua, saya ingin menyadarkan kepada kita semua bahwa perubahan global, perubahan dunia ini berjalan begitu sangat cepatnya, sangat cepat, sangat cepat sekali. Ini yang harus kita sadari. Jangan sampai kita terjebak  rutinitas keseharian kita dan kita enggak sadar bahwa dunia sudah berubah menjadi sangat cepatnya.

Marilah kita lihat Elon Musk yang berbicara mengenai hyperloop,  memindahkan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan begitu sangat cepatnya Dia berbicara mengenai SpaceX, pengelolaan  ruang angkasa. Berbicara masalah mobil fantastik masa depan  Tesla. Begitu perubahan-perubahan itu begitu sangat cepatnya.

Yang berkaitan dengan pembayaran. Dalam kehidupan sehari-hari kita saya kira masih 90 persen kita membayar segala sesuatu dengan uang cash. Mungkin ada 10 persen dari masyarakat kita yang sudah memakai kartu kredit. Meskipun, saya sampaikan apa ada, dari dulu sampai sekarang saya enggak pernah yang namanya pegang kartu kredit.  Tetapi ini sudah ketinggalan lagi. Kartu kredit sudah tidak dipakai, sudah ada paypal. Paypal dilindas lagi karena perubahan yang sangat cepat oleh yang namanya alipay. Sekarang kita kalau beli apa-apa sebentar lagi pasti datang ke kita karena ini tidak bisa kita hambat, tidak bisa kita tolak, membayar nanti dengan smartphone. Kita beli apa kita tunjukkan ke mereka, dengan tik tik tik tik tik tik tik duit kita di bank hilang.

Ini perubahan yang tidak bisa, sekali lagi, tidak bisa kita hambat. Tidak bisa. 5-10 tahun lagi landskap politik global, landskap politik nasional, landskap politik daerah juga akan berubah karena pengaruh generasi Y. Anak-anak muda nanti yang akan mempengaruhi semuanya. Landskap ekonomi global akan berubah, lanskap nasional akan berubah, landskap ekonomi lokal juga akan berubah semuanya karena perubahan-perubahan itu.

Sepuluh tahun lagi anak-anak muda mungkin sudah tidak akan mau buka koran lagi, sudah tidak akan mau lihat tv lagi. Mereka akan klik, sudah online di situ, mau minta apa sudah ada semuanya. Mau minta film apa, video apa semuanya, kayak netflix sekarang, semuanya ada di situ. Ini nanti yang akan mengubah landskap ekonom, mengubah landskap politik. Ini yang harus kita sadari semuanya bahwa perubahan itu begitu sangat cepatnya karena memang dunia sudah berubah begitu sangat cepat.

Terus apa yang harus kita lakukan untuk urusan pangan kita, pertanian kita, petani kita, peternak kita,  nelayan kita?

Saya sudah sering menegur kepada Menteri saya. Urusan nelayan misalnya, sudah berpuluh tahun kita mengurusi cantrang tidak selesai-selesai. Betul ndak? Cantrang, cantrang, cantrang, padahal dunia sudah berubah, sudah ada offshore aquaculture.

Kenapa kita tidak bisa mengikuti era perubahan yang sangat cepat ini? Didik nelayan kita bagaimana membangun sebuah offshore aquaculture. Tidak urusan, ini masalah cantrang yang tidak selesai-selesai. Harusnya cantrang sudah selesai, sudah cantrang stop selesai, tapi berikan sebuah edukasi yang baik mengenai offshore aquaculture.

Di bidang pertanian juga sama. Menurut saya nilai tukar petani itu merupakan hal yang sangat fundamental. Itu yang harus terus kita lihat. Nilai tukar petani itu penting.  Ini adalah sangat fundamental. Oleh sebab itu, petani harus mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari dia melakukan penanaman pertanian. Tetapi titiknya untuk mendapatkan keuntungan itu sebetulnya tidak ada di situ. Ini yang lama tidak kita sadari bahwa keuntungan yang besar itu ada di proses bisnisnya, proses agrobisnisnya.  Oleh sebab itu, itulah mestinya yang menjadi konsentrasi kita. Ini perlu, iya, itu harus segera rampung tetapi memberikan keuntungan sebesar-besarnya kepada petani kita, apalagi tanah mereka hanya kecil-kecil, hanya 0,3 hektar, hanya 0,25 hektar, kalau kita tidak mengonsentrasikan bagaimana menaikkan keuntungan petani dengan nilai tukar petani yang selalu harus kita lihat, tidak ada artinya yang namanya pupuk, enggak ada, benih menjadi tidak ada artinya.

Kita selalu masih berkutat kepada sektor budidaya onfarm. Sekali lagi, sementara sebetulnya nilai tambah yang besar itu pada proses bisnis, pada proses agrobisnisnya. Paradigma inilah yang harus kita ubah besar-besaran. Kuncinya menurut saya ada di bagaimana mengonsolidasikan petani agar memiliki skala yang besar, skala ekonomi yang besar, economic skill.

Artinya  apa? Kita harus mengkorporasikan petani, kita harus mengkorporasikan nelayan, kita harus mengkorporasikan peternak-peternak kita.  Mereka harus diajak kesana. Tidak bisa kita biarkan mereka bekerja satu per satu seperempat hektar, 0,3 hektar.  Enggak mungkin sampai kapan pun, percaya kepada saya.

Harus mulai ada pemikiran-pemikiran besar ke arah itu. Paradigma itu diubah total.  Petani harus memiliki dari hulu sampai hilir. Proses itu harus kita siapkan. korporasi itu harus kita siapkan.

Saya memiliki keyakinan, IPB memiliki kemampuan untuk menyiapkan petani-petani kita ke arah itu. Sejak awal bagaimana  industri benih itu disiapkan. Yang kedua, aplikasi-aplikasi modern untuk produksi itu harus disiapkan. Bagaimana menggunakan drone, bagaimana menggunakan googleearth, pakai semuanya. Bagaimana penggilingan ricemill yang modern, penggilingan padi yang modern disiapkan. Bagaimana industri pengolahan beras menjadi tepung disiapkan.

Siapa yang bisa melakukan ini?  Yang ada di sini, yang berada di atas ini semuanya. Mahasiswa-mahasiswa dengan pemikiran-pemikiran modern, yang mau terjun ke lapangan untuk bekerja di sawah, di pertanian.

Maaf Pak Rektor, tapi mahasiswa IPB  banyak yang bekerja di bank. Saya cek direksi-direksi perbankan BUMN itu yang banyak dari IPB.  Manajer-manajer tengah yang banyak berasal dari IPB. Terus yang ingin jadi petani siapa? Ini pertanyaan yang harus dijawab oleh mahasiswa-mahasiswa. Ya harus saya sampaikan apa adanya, karena itu data yang saya peroleh.

Inilah kunci bagaimana nilai tukar petani itu bisa bertambah Siapa yang bisa menyiapkan industri benih? Siapa yang bisa menyiapkan aplikasi-aplikasi modern untuk berproduksi? Siapa yang bisa menyiapkan manajemen ricemill penggilingan padi yang modern? Siapa yang bisa menyiapkan industri pengolahan beras yang modern dengan packaging, dengan kemasan yang baik? Selain saudara-saudara semuanya.

Arahnya semuanya harus kesana.  Ajari petani-petani kita untuk bisa  mengarah ke sana.  Tidak mungkin nilai tukar petani itu naik, nilai tukar  nelayan itu naik kalau tidak petani itu kita korporasikan. Peternak itu kita korporasikan, nelayan itu kita korporasikan. Dari hulu sampai hilir mereka punya.

Minggu yang  lalu saya ke Sukabumi, saya ingin mencari contoh-contoh apakah sudah ada yang namanya korporasi petani. Ternyata ada di Sukabumi yang namanya PT BUMR Pangan, koperasinya namanya Koperasi Arromah. Ini adalah korporasi petani. Yang dikorporasikan, yang digabungkan itu bukan tanah-tanah-tanah yang ada tapi petani-petani-petani yang ada.

Saya lihat di sana aplikasi untuk berproduksi itu sudah diatur. Sirkulasi setiap hari ada panen terus. Dengan penggunaan bibit yang berbeda-beda karena setiap musim benihnya berbeda. Setiap hari ada yang masuk ke ricemill, ricemill. Di situ ada juga pengeringan yang modern. Ricemill-nya juga modern. Keluar sudah di dalam packaging yang baik. PT ini memiliki online store, memiliki penjualan online. Tapi karena packaging-nya sudah baik, sangat gampang sekali untuk menjual online seperti itu.

Cara-cara seperti ini yang harus kita intervensi. Kalau tidak, petani kita sampai kapanpun, sekali lagi, nilai tukar petani sampai kapanpun juga akan stuck dan tidak bisa meloncat keuntungannya.

Begitu juga, bukan hanya urusan padi, bagaimana menanam nanas dengan skala yang besar, menanam hortikultura dengan skala yang besar.

Oleh sebab itu, saya juga titip Pak Rektor, kepada IPB, agar fakultas-fakultas, jurusan-jurusan itu juga mengikuti perubahan-perubahan global yang ada.  Misalnya, kenapa tidak ada Fakultas Penggilingan Padi, yang modern? Kenapa tidak ada Fakultas atau Jurusan Manajemen Logistik Pangan? Enggak ada saya lihat di Indonesia. Kenapa tidak ada Fakultas atau Jurusan Manajemen Retail Pangan.

Saya selalu melihat, kalau masuk ke universitas saya lihat, ke institut saya lihat, pasti ada Fakultas Ekonomi.  Jurusannya saya selalu hapal, pasti jurusannya Akuntansi, sudah berpuluh-puluh tahun itu. Jurusannya pasti Manajemen,  jurusannya pasti Ekonomi Pembangunan, itu-itu saja. Kenapa tidak pernah ada, sekali lagi manajemen, Fakultas Manajemen Retail, Fakultas Manajemen Logistik. Itu kebutuhannya sangat besar sekali negara ini. Sehingga sistem logistik nasional bisa kita tata kalau SDM-nya itu siap.

Inilah pekerjaan-pekerjaan besar yang kita miliki, yang harus kita ubah, yang harus kita perbaiki, yang harus kita benahi.

Dan saya sangat mengapresiasi benih padi tipe baru dari IPB, IPB 3S, yang hemat air, tahan banting karena sulit dimasuki hama. Jadi meskipun waktu panen di Karawang saya sudah tahu, satu hektar bisa mencapai sampai 11 Ton,  ini sebuah penemuan yang mestinya petani-petani kita bisa mendapatkan benih ini. Dan saya sangat senang sekali tadi benih sudah diberikan kepada Gubernur Jawa Barat, Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam,  Bupati Merauke, dan yang lain-lainnya.

Ini penting sekali karena memang benih juga diperlukan tetapi kita memang memerlukan sebuah industri benih yang besar sehingga petani memiliki benih-benih yang baik untuk dikembangkan di area-area mereka.

Sekali lagi, kedepan,  kita semuanya harus ingat bahwa seluruh negara di dunia ini akan berebut pangan, akan berebut energi, akan berebut air. Ini akan rebutan yang namanya air, yang namanya energi, yang namanya pangan. Tanpa ketersediaan logistik yang mencukupi, negara ini akan mudah dikalahkan, akan mudah ditundukkan. Karena kedepan, menurut saya, bukan politik lagi yang menjadi panglima,  mungkin bukan hukum lagi yang jadi panglima,  tetapi pangan bisa menjadi panglima nantinya. Siapa yang memiliki pangan, dia yang akan mengendalikan.  Oleh sebab itu, dalam rangka persiapan-persiapan kesana, paradigma-paradigma baru harus kita keluarkan, inovasi-inovasi baru harus kita ciptakan. Tanpa itu  sulit rasanya kita berkompetisi, sulit rasanya kita bersaing dengan negara-negara lain.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan terakhir, dalam rangka Dies Natalis ke-54 IPB, saya ajak IPB  untuk terus kerja sama dengan pemerintah, jangan berhenti melahirkan inovasi, jangan jadi menara gading, terus turun ke lapangan, membantu mewujudkan kemandirian pangan Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.
Selamat hari lahir yang ke-54.

Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru