Sambutan Presiden Jokowi pada Acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di Pusdiklat Kemendikbud, Bojongsari, Depok, Selasa, 6 Februari 2018

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 6 Februari 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 7.686 Kali

Logo-Pidato2

Bismillaahirrahmaanirrahim,
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu namo buddhaya salam kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Para pejabat eselon 1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Para Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi, Kabupaten, dan Kota dari seluruh tanah air yang hadir pada sore hari ini,
Serta seluruh perwakilan organisasi provinsi keagamaan pendidikan,
Hadirin dan undangan yang berbahagia.

Saya ingin menegaskan di sini bahwa kekayaan sumber daya alam tidak bisa menjamin kesejahteraan dan kesuksesan sebuah bangsa. Ini perlu saya tekankan di awal karena kita sering terlalu mengagung-agungkan masalah sumber daya alam kita. Kita syukuri anugerah Allah ini ya harus tetapi bahwa ini menjamin kesejahteraan dan kesuksesan sebuah bangsa itu hati-hati dengan pernyataan-pernyataan yang sudah-sudah.

Kita lihat saja, banyak negara yang maju yang justru alamnya keras dan tidak subur, yang tidak punya tambang, tidak punya minyak, dan tidak punya gas.  Saya tidak usah berikan contoh negara mana. Sebaliknya, banyak sekali dan lihat saja beberapa negara yang alamnya kaya raya, kaya tambang, kaya minyak, kaya gas justru didera kemiskinan bahkan konflik dan perang saudara. Ini hati hati.

Bahkan, sumber daya alam yang melimpah sering kali justru memanjakan dan membuat kita malas, melemahkan daya juang, membuat kita lengah dan tidak mendorong kita semuanya untuk berinovasi dan berkreativitas. Ini juga hati-hati karena sekali lagi negara kita Indonesia dianugerahi oleh sumber daya alam yang melimpah.

Pada intinya yang memajukan sebuah negara adalah SDM-nya, sumber daya manusianya dan ini berada pada tanggung jawab yang besar sekali di pundak Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang hadir di sini. Sekali lagi, sumber daya manusia. Kemudian, stabilitas sosial dan politiknya. Kemudian, manajemen pemerintahan dan kepemimpinannya. Kemudian penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologinya serta kreativitas dan inovasinya.

Jadi negara yang memenangkan persaingan, negara yang maju memenangkan kompetisi ini berada pada titik-titik yang tadi saya sampaikan.

Di sinilah posisi penting pendidikan yang membangun watak kita, watak Pancasila kita, yang mengutamakan kepentingan bersama dan solidaritas sosial kita, yang mengajarkan kejujuran, yang mengajarkan kebersamaan, yang mengajarkan kesantunan, yang mengajarkan nilai-nilai dan budi pekerti pada anak-anak kita. Di sinilah posisi pentingnya pendidikan. Pendidikan yang mengajarkan daya juang, pendidikan yang membangun watak pembelajar, pendidikan yang selalu memberikan pengajaran belajar tanpa menunggu digurui, yang selalu berinovasi tanpa menunggu diajari. Itulah modal kita sebagai bangsa besar yang mampu memecahkan masalah-masalah di masyarakat di daerah dan masalah-masalah kita semuanya. Masalah apapun yang ada di daerah dan sekaligus mampu memenangkan kompetisi global nantinya.

Hadirin yang berbahagia,
Kita semuanya, pemerintah telah bekerja keras, berusaha keras sekuat tenaga untuk meningkatkan pelayanan pendidikan kita, baik pusat, provinsi, kabupaten, dan kota. Melalui Program Kartu Indonesia Pintar kita ingin berusaha menjamin akses pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu. Dukungan anggaran dari pusat ke daerah juga terus ditingkatkan dan tentu saja upaya kita semuanya untuk meningkatkan kualitas guru dan infrastruktur-infrastruktur pendidikan kita.

Sekali lagi, saya ingin mengajak kita semuanya untuk tidak terjebak pada rutinitas. Sudah bertahun-tahun kita berjalan rutin tanpa ada sebuah pembaruan, tanpa ada sebuah inovasi besar di dalam dunia pendidikan dan kebudayaan kita. Keberanian kita untuk membuat terobosan karena sekali lagi perubahan dunia sekarang ini sangat berjalan begitu sangat cepatnya. Begitu sangat cepatnya.

Saya tahu bahwa banyak prestasi yang telah dicapai oleh anak didik kita. Saya bangga anak kita, pelajar-pelajar Indonesia mampu bersaing dalam ajang-ajang kompetisi nasional maupun internasional meskipun mereka berasal dari daerah-daerah yang relatif tidak maju. Bukan dari Jakarta atau bukan dari Bandung.

Misalnya Made Radikia Prasanta dan Bagus Putu Satria Suarima, siswa SMA Negeri di Provinsi Bali dari keluarga sederhana, yang meraih penghargaan khusus dari American Meteorological Society tentang alat prediksi cuaca. Kemudian M. Naufal Giffary, siswa SMA Negeri 1 Mataram, NTB. Ini peraih emas dalam International Foundation of Art and Culture di Jepang 2017 yang lalu. Kemudian Ahnaf Fauzy Zulkarnain siswa Sekolah Dasar Negeri Karangrejek 2 Kabupaten Gunungkidul yang menemukan teknologi sederhana perontok jagung. Ini menjadi peneliti cilik terunggul dalam ajang Kalbe Junior Scientist Award di 2016. Ini saya kira prestasi-prestasi seperti ini memang harus dimunculkan dan diangkat agar anak-anak kita juga terpacu, termotivasi untuk mengikuti teman-temannya yang memiliki prestasi-prestasi yang tadi saya sampaikan.

Tetapi saya juga masih menemukan hal-hal yang menyedihkan. Infrastruktur pendidikan kita banyak yang perlu dibenahi. Saya sering ke daerah, saya sering turun di kecamatan atau di desa, anak-anak yang putus sekolah masih ada di beberapa daerah. Ini harus kita buka apa adanya, masih ada. Ini saya kira tugas dari kanwil, dari kepala dinas untuk menyelesaikan hal-hal seperti ini. Sedikit-sedikit tapi masih ada.

Kemudian akses ke fasilitas-fasilitas pendidikan di daerah-daerah pedalaman terutama ini masih buruk dan ini yang perlu kita perbaiki. Kita lihat di daerah masih banyak. Sekarang hampir setiap minggu, setiap hari gambar-gambar dari daerah itu masuk ke saya. Di sini, di sini, di sini gampang banget sekarang itu orang mengirimkan, baik lewat instagram, twitter, lewat facebook.

Dan akhir-akhir ini kita menyaksikan betapa pendidikan karakter, budi pekerti masih menjadi PR besar dalam proses pendidikan kita. Baru saja kita lihat meninggalnya guru SMK di Kabupaten Sampang Bapak Ahmad Budi Cahyono ini harus menjadi catatan besar kita. Ada apa ini, kenapa ini terjadi. Kemudian aksi bullying antarpelajar di beberapa daerah, termasuk di Jakarta, yang juga banyak sekali terjadi. Ini harus juga menjadi catatan kita. Tawuran antargeng sekolah di beberapa kota masih juga sering terjadi. Ini harus menjadi perhatian juga kita semuanya.

Hadirin sekalian yang berbahagia,
Saya juga ingin menegaskan bahwa anak-anak kita tidak boleh ketinggalan perkembangan ilmu dan teknologi. Teknologi harus kita gunakan untuk memperkaya kebudayaan kita, memperkuat kearifan lokal kita. Hati-hati akar budaya kita, hati-hati akar peradaban kita. Jangan sampai kita kehilangan akar budaya kita dan justru anak-anak kita belajar lewat media sosial, lewat internet hal-hal yang bukan budaya negara kita Indonesia.

Oleh sebab itu, kita ingin agar kebudayaan menjadi nafas dari kelangsungan hidup bangsa, menjadi darah kepribadian, menjadi mentalitas dan nilai-nilai kebangsaan anak didik kita. Sistem pendidikan kita di sekolah, sistem pendidikan kita di masyarakat terus menjadi jantung dalam kebudayaan kita. Ekspresi seni dan budaya Indonesia  jangan sampai tergeser dengan budaya-budaya asing yang belum tentu cocok dengan jati diri anak didik kita, jati diri bangsa kita Indonesia. Ini hati-hati. Anak-anak kita sekarang belajar tidak hanya di sekolah, tidak hanya di rumah, tidak hanya dari orangtua, tidak hanya dari teman-temannya tetapi sekarang lebih banyak belajar dari media sosial. Hati-hati dengan ini.

Kita harus bisa memastikan agar kebudayaan Indonesia menjadi sumber kekuatan, sumber persatuan, sumber energi bangsa Indonesia dalam memenangkan kompetisi global, memenangkan persaingan global. Itulah jalan kebudayaan kita.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan yang berbahagia ini. Dengan mengucap bismillaahirrahmaanirrahim saya buka secara resmi Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2018.

Terima kasih.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

 

 

Transkrip Pidato Terbaru