Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 1438 H

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 26 Mei 2017
Kategori: Opini
Dibaca: 110.870 Kali

MasjidOleh:  Arief Kh, Staf Sekretariat Kabinet RI

Selamat menjalankan puasa bapak dan ibu. Selamat melatih diri menuju pribadi yang mampu mengendalikan diri, menjadi pribadi yang bertakwa. Seperti yang diperintahkan Allah SWT dalam Al Quran, bahwa diwajibkan orang yang beriman untuk berpuasa, seperti juga diwajibkan kepada kaum-kaum sebelumnya untuk berpuasa, agar menjadi orang yang bertaqwa. (Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa. (QS al-Baqarah: 183).

Perintah berpuasa ini bermakna sangat dalam, untuk menjadi pribadi yang bertaqwa. Puasa merupakan latihan (tarbiyah), mengendalikan diri  selama sebulan penuh, agar di hari-hari berikutnya kita mampu  menjadi  pribadi lebih baik, pribadi yang bertaqwa. Ketika berpuasa kita dituntut harus mampu melewati segala godaan yang membatalkan puasa.

Maka berpuasa pada hakekatnya tidak semata-mata   menahan diri dari makan dan minum, tetapi  juga menahan diri  segala perkataan atau tindakan yang menjauhkan diri dari tujuan ideal menjadi orang yang bertaqwa tersebut. (Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya puasa itu bukan menahan dari makan dan minum saja, puasa yang sebenarnya adalah menahan dari laghwu (ucapan sia-sia) dan rafats (ucapan kotor), maka apabila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan kebodohan kepadamu katakanlah: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” (Shahih, HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).  Keyakinan hikmah puasa seperti tersebut di atas yang mesti kita pegang, kita tanam  dalam hati masing-masing  ketika menjalani ibadah shaum ramadhan tahun ini.

####

Sayangnya, menjelang bulan Ramadhan yang mulia ini, kita dikejutkan dengan adanya bom bunuh diri di beberapa tempat. Di Manchester, Inggris serangan teror menewaskan 22 remaja dan anak-anak ketika menyaksikan pertunjukan konser Ariana Grande di Manchester, Inggris, pada Selasa (23/5). Kemudian bom  bunuh diri kembali terjadi di Kampung Melayu  Jakarta Timur, Rabu malam (24/5).  Kelompok yang mengidentifikasi dirinya dengan agama tertentu mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Sebagai orang yang beriman (Islam) kita tidak bisa menerima tindakan pelaku itu.  Tindakan bunuh diri tersebut walaupun membawa lebel agama sekalipun tidak diterima oleh keyakinan agama kita.

Dari pengajaran keagamaan yang kita peroleh tidak diperkenankan menyakiti sesama mahluk hidup, apalagi membunuh manusia. Berjalan di muka bumi dengan angkuh apalagi kerusakan  terhadap di muka bumi dilarang oleh agama. Membunuh  hewan, merusak tanaman apalagi manusia tanpa alasan yang benar tidak dibenarkan oleh agama Islam.  “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Al Quran, Al Maidah: 32).

Membunuh satu nyawa tanpa dasar  yang hak adalah sama dengan membunuh semua manusia, menjaga satu nyawa agar tidak hilang sama nilainya dengan menjaga seluruh  manusia. Kita patut mengucapkan sedih dan berbela sungkawa atas korban dari peristiwa bom bunuh diri itu. Semoga Allah merahmati para korban. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Allahumma firlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu. Sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kepadaNyalah kita akan kembali. Ya Allah, ampunilah dosanya, berilah rahmatMu ke atasnya, sejahtera dan maafkanlah dia.   Amiin.

####

Tindakan teror seperti bom bunuh diri merupakan tindakan kontraproduktif dengan dakwah Islam.  Dakwah yang semestinya disampaikan adalah ajaran-ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamiin atau rahmat kepada semesta alam, namun dengan adanya bom yang terjadi adalah penyampaian yang sebaliknya.  Berita peristiwa teror bom  tersebut, disampaikan sebagai sebuah bencana ke seluruh dunia, yaitu kekerasan yang dilakukan oleh pelaku yang mengataskan agama tertentu. Kemudian pemberitaan tentang bencana tersebut dimuat di berbagai media baik media cetak, elektronik, internet dan berbagai media sosial.

Dari tindakan-tindakan sembrono tersebut, muncul opini bahwa orang beragama telah bertindak merusak kehidupan di bumi, bukan telah melakukan tindakan mulia seperti yang perintahkan agama sebagai rahmat bagi seluruh alam. Tindakan tersebut semakin memperparah kesalahpahaman terhadap Islam. Padahal dakwah yang seharusnya disampaikan adalah dakwah dengan membawa kedamaian rahmat bagi manusia, bukan sebaliknya diberitakan dengan kabar yang merusak dunia. Tindakan bom bunuh diri karenanya tidak sesuai dengan subtansi Islam.

Tindakan seperti itu adalah tindakan orang yang melampau batas, yaitu orang yang tidak mampu mengendalikan perilaku dirinya atau mengendalikan cara berfikirnya dan diperparah dengan merasa benar sendiri. Bahwa dia merasa benar membunuh orang, walaupun dalam nash dalam kitab suci sangat jelas dilarang keras membunuh orang tanpa hak. Tindakan tersebut  merupakan tindakan orang yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu.  Nafsu negatif yang terdapat dalam dirinyalah yang menjadi panglima dalam  menafsirkan kitab suci, ketika dirinya gagal (tidak sabar) berhadapan dengan realitas dunia saat ini.  “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Qur’an) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. [Al-Mu’minun:71]. Wallahualam bi showab.

####

Puasa itu adalah perisai dari segala macam anasir negatif/ jahat yang muncul dalam diri manusia. Puasa pada hakikatnya adalah menahan dari segala hawa nafsu,  bukan semata-mata menahan makan, minum, dan berhubungan seksual pada siang hari.  Puasa pada hakikatnya menahan diri dari segala godaan dari hal-hal yang memancing kejahatan. Apabila nafsu tidak dikendalikan akan menjerumuskan seseorang ke dalam kehinaan  dan kesengsaraan. Namun sebaliknya, apabila nafsu tersebut berhasil dikendalikan atau ditundukkan akan membawa seseorang menuju kedudukan yang mulia. “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (QS. An-Naazi’aat: 37-41).

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1438 H, mohon maaf lahir bathin.

 

 

Opini Terbaru