Seskab: Keyakinan Presiden Jokowi Bangkitkan Optimisme Hadapi Turbulensi Ekonomi

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 1 September 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 25.164 Kali
Seskab Pramono Anung berdialog dengan Tim Redaksi Tempo, di ruang kerjanya, Selasa (1/9)

Seskab Pramono Anung berdialog dengan Tim Redaksi Tempo, di ruang kerjanya, Selasa (1/9)

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung Wibowo mengemukakan, sekarang ini ada kesadaran kolektif bahwa melesatnya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah menjadi seperti sekarang ini bukan semata-mata karena persoalan policy dalam negeri, tapi sudah menjadi persoalan dunia.

Kalau lihat konstruksinya negara kita dibandingkan dengan negara lain, menurut Pramono, Indonesia relatif lebih stabil. Di kawasan ASEAN, dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, menurut Pramono, Indonesia itulebih stabil, karena memang pondasi ekonomi kita cukup baik.

“Tetapi ini kan dampak ini  dirasakan juga oleh dunia, apalagi ketika harga komoditas turun, harga natural resources turun, kemudian ada seperti ini, kita memang mengalami pelambatan dengan pertumbuhan terakhir 4,7%,” papar Pramono Anung menjawab pertanyaan wartawan Tempo dalam wawancara khusus di ruang kerjanya, Jakarta, Selasa (1/9).

Namun Seskab mensyukuri karena dalam seminggu terakhir dibandingkan sebelumnya, sekarang ini ada trend stabilitas, kurs mata uang rupiah terjaga, pasar sahamnya juga mengalami kenaikan. “Mudah-mudahan trend warna hijau ini bisa dipertahankan,” ujarnya.

Yang paling penting, menurut Seskab, dalam kondisi ini ketika pemerintah terutama Presiden, Wakil Presiden yakin dengan langkah-langkah yang diambil, termasuk dengan paket kebijakan yang akan dikeluarkan, maka akan membangkitkan optimisme, karena persoalan yang dihadapi saat ini lebih pada masalah persepsi.

Saat ditanya mengenai kebijakan baru yang akan diambil pemerintah, Seskab Pramono Anung menjelaskan, bahwa kebijakan itu saat ini lagi dipersiapkan oleh Presiden. Tidak tepat jika ia yang menyampaikannyaya kebijakan baru itu.

Tetapi intinya, lanjut Seskab, kebijakan baru itu adalah menghilangkan barrier dan memberikan stimulus.  “Stimulusnya apa nanti Menko Perekonomian dan menteri terkait yang menyampaikan,” ujarnya.

Mengenai masalah dwelling time (waktu bongkar muat di pelabuhan), menurut Seskab, Presiden dalam rapat paripurna terakhir sudah menyampaikan, target beliau pada akhir Oktober itu menjadi 3-4 hari.

“Nah kalau itu kan terjadi pemotongan yang cukup signifikan, dari sebelumnya 7 hari sekarang menjadi 4 hari, mudah-mudahan ini bisa terwujud. Jadi costnya lebih murah, efisiensi terjadi, bisa meningkatkan produktivitas,” terang Pramono.

Infrastruktur

Dalam kesempatan itu Seskab Pramono Anung juga menyampaikan keseriusan Presiden Jokowi dalam mendongkrak bottlenecking (sumbatan) berbagai persoalan, terutama masalah infrastruktur.

Ia menunjuk contoh rencana Presiden Jokowi yang mengharapkan dalam waktu dekat ini ada 49 waduk baru yang dibangun, sekarang ini di NTT misalnya ada 7 (tujuh), bendungan juga benar-benar dijalankan Presiden Jokowi, termasuk Waduk Jatigede yang sudah mangkrak selama 40 tahun sudah mulai diairi.

“Memang ada berbagai persoalan, tetapi kalau kemudian kepentingan masyarakat yang lebih besar terkalahkan dengan berbagai hal, apalagi Peraturan Presiden sudah dipersiapkan, kalau begitu-begitu Presiden sangat firm, termasuk pembuatan infrastruktur jalan tol,” kata Pramono.

Terkait dengan masalah turbulensi ekonomi, menurut Seskab, sudah menjadi salah satu pilihan Presiden Jokowi adalah membangun infrastruktur. Ia meyakinkan, pada akhir ini dan akhir tahun depan, seluruh wilayah Jawa akan terkoneksi dengan jalan tol dari ujung ke ujung. Kemudian Sumatera jalan tolnya sekarang ini juga cukup cepat, lebih cepat dari perkiraan. Kita juga akan mempunyai kereta di Sulawesi, dan di Kalimantan.

“Memang seperti yang beliau sampaikan di dalam Nota Anggaran kemarin, pilihan untuk mengurangi atau menghilangkan subsidi kemudian ini didorong infrastruktur itu bukan pilihan yang gampang. Pil pahit dirasakan oleh semuanya tetapi dalam jangka panjang, kalau ini tertata dengan baik maka akan jauh lebih efisian bagi bangsa kita,” terang Pramono.

Mas Pram, panggilan akrab Pramono Anung juga menyampaikan, bahwa Presiden Jokowi sangat memberkan perhatian terhadap proyek-proyek infrastruktur. Ia menunjuk contoh persoalan kemacetan di Jakarta, misalnya persoalan MRT, menurut Pramono, Presiden Jokowi bisa sehari dua-tiga kali menanyakan, bagaimana ini, hambatannya dimana, kapan bisa groundbreaking, dan kalau sudah groundbreaking betul-betul akan dicek kembali lho.

“Jadi bukan hanya groundbreaking kemudian selesai, beliau itu 2 bulan pasti akan dicek kembali progressnya. Memang di lapangan sering ada persoalan ya, persoalan utama misalnya masalah pembangkit listrik, masalahnya perijinan dan pembebasan lahan,” terang Pramono seraya menunjuk contoh PLTU di Batang, Jateng, dimana dia ikut saat kick off proyek tersebut, Jumat (28/8) lalu.

(SM/AS/AGG/ES)

Berita Terbaru