Soal Eksekusi Terpidana Mati Narkoba, Presiden Jokowi Tegaskan Jangan Coba Intervensi

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 2 Maret 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 27.134 Kali
Presiden Jokowi memberikan pengarahan kepada siswa-siswi SMA Taruna Nusantara, di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/3)

Presiden Jokowi memberikan pengarahan kepada siswa-siswi SMA Taruna Nusantara, di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/3)

Meskipun mendapat protes dari sejumlah negara, termasuk sejumlah lembaga internasional, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, ia tidak akan memberikan pengampunan atau grasi untuk pengedar narkoba.

Saat menerima kunjungan sekitar 300 siswa SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3), Presiden Jokowi mengatakan, setiap hari ada kurang lebih 50 orang generasi muda yang meninggal karena narkoba. Kalau dikalikan per tahun ada 18.000 orang mati karena narkoba.

“Ada 4,5 juta yang harus direhabilitasi, 4,5 juta pada tahun-tahun kemarin kita hanya mampu merehabilitasi 18.000 orang. Tahun ini saya targetkan langsung 5 kali minimal 100.000 yang bisa direhabilitasi,” ungkap Presiden seraya mengakui, target tersebut kalah cepat dengan banyaknya generasi muda yang menjadi korban narkoba.

Namun Presiden Jokowi mengingatkan, kita harus yakin hal ini bisa diselesaikan. Karena itu, hukumnya harus tegas. Eksekusinya juga harus tegas. “Setuju anak-anak?” tanya Presiden, yang langsung dijawab, “Setuju” oleh para siswa SMA Taruna Nusantara itu.

Presiden menegaskan, tidak ada pengampunan untuk pengedar narkoba. Ia juga tidak akan memberikan grasi untuk pengedar narkoba. Demikian juga terhadap permintaan dari sejumlah negara maupun lembaga internasional.

“Tidak ada pengampunan-pengampunan seperti itu. Jangan ada yang coba-coba untuk mengintervensi kedaulatan hukum kita, kedaulatan politik kita dalam masalah eksekusi mati narkoba ini,” tegas Jokowi.

Harus Optimistis

Sebelumnya di awal pidatonya, Presiden Jokowi mengajak para siswa Sekolah Menengat Tingkat Atas (SMTA) di tanah air, terutama siswa-siswa SMA Taruna Nusantara, agar berpikir positif (positive thinking), dan bersikap optimistis terhadap masa depan.

“Negara ini, kalian harus yakin itu. Kita masih memiliki sumber daya manusia relatih jauh lebih baik,” kata Presiden Jokowi.

Presiden menyebutkan, ada dasar mengapa anak-anak Indonesia harus optimistis. Ia menyebutkan, dari sisi ekonomi, Indonesia berada di urutan 16 besar dunia, dengan skala 45 juta kelas menengah kita adalah 55 juta tenaga terampil, dan stabilitas makro ekonomi kita dan perkiraan ekonom, Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar ketujuh di dunia pada tahun 2030.

“Ini perkiraan dan ramalan ekonomi dan harus kita buktikan,” ujar Jokowi.

Karena itu, lanjut Kepala Negara, ketika 15 tahun para siswa SMA Taruna sudah menjadi ‘orang’, jadi pemimpin saat nanti bekerja, akan ada 135 juta kelas menengah dan kurang lebih 113 tenaga terampil. “Ini kekuatan untuk naik. Kita untuk tetap optimis meskipun sekarang ini ada tekanan dolar terhadap rupiah, tekanan dari global kemudian berkaitan dengan ekonomi dan lain-lain,” tuturnya.

Diakui Presiden Jokowi, masih banyak kekurangan dan tantangan di negara ini, seperti masih adanya 28 juta penduduk miskin, di samping 7,2 juta penduduk yang harus dicarikan lapangan pekerjaan. Namun, dengan perkembangan yang ada, termasuk target pertumbuhan dari 5,1% menjadi 5,7%, Presiden Jokowi mengajak anak-anak untuk tetap memandang masa depan dengan optimistis.

“Kalau target kita ini tercapai dari 5,1% menjadi 5,7% pertumbuhan ekonomi, kepercayaan itu akan timbul baik dari masyarakat maupun dari dunia luar bahwa ekonimi kita ini kokoh, bahwa ekonomi kita ini kuat. Ini juga sebagai suatu kesempatan, landasan yang akan kita pakai untuk ke depan agar Negara kita akan lebih baik lagi,” papar Jokowi.

Saat menerima siswa-siswi SMA Taruna Nusantara yang berasal dari berbagai daerah di tanah air itu, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno.

(Humas Setkab/ES)

 

Berita Terbaru