Terima Ibu Rula Ghani, Presiden Tawarkan Bantuan Indonesia untuk Perdamaian Afghanistan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 5 Desember 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 17.676 Kali
Presiden Jokowi saat menerima kunjungan First Lady Afghanistan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/12). (Foto: Humas/Agung)

Presiden Jokowi saat menerima kunjungan Ibu Negara Afghanistan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/12). (Foto: Humas/Agung)

Ibu Negara Afghanistan, Rula Ghani, selama 2 (dua) hari di Indonesia menjadi keynote speaker simposium nasional mengenai peran perempuan di dalam perdamaian dan juga melakukan pertemuan dengan beberapa kelompok perempuan, antara lain dengan anggota parlemen, pemimpin agama, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi usai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan First Lady Afghanistan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/12) sore.

“Dan beliau menceritakan kekagumannya terhadap apa yang dilakukan atau kemajuan yang dialami para perempuan Indonesia. Di salah satu statement beliau kepada Bapak Presiden adalah di Indonesia, kelompok-kelompok organisasi perempuan ini banyak sekali berkontribusi untuk membantu perempuan,” ujar Menlu.

Lebih lanjut, Menlu menyampaikan bahwa Ibu Negara Afghanistan juga mengatakan ingin kembali ke Indonesia lagi untuk memperdalam beberapa hal yang sifatnya lebih teknis. Misalnya, sambung Menlu, ingin melihat bagaimana pemberdayaan perempuan dijalankan pada level desa.

“Karena kita memiliki kerja sama yang sangat maju dengan untuk pemberdayaan perempuan pada grassroot level. Itu hal-hal yang beliau ingin dalami lagi,” kata Menlu.

Di dalam konteks yang lebih jauh, Menlu menyampaikan bahwa dirinya sempat diutus Presiden Jokowi ke Afghanistan untuk menanyakan apa yang dapat dibantu Indonesia dalam perdamaian di Afghanistan karena perang atau konflik yang sudah berjalan selama hampir 40 tahun.

“Intinya adalah begini, atas permintaan Afghanistan tentunya, Indonesia commited atau memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kerja sama di dalam konteks peace building. Dalam hal peace building ini kita berbagi pengalaman mengenai bagaimana Indonesia menangani konflik yang pernah ada di Indonesia,” ujar Menlu.

Pelajaran yang ingin diambil, lanjut Menlu, bagaimana Indonesia merangkai 17.000 pulau ini menjadi satu karena meski banyak sekali suku, etnis, agama. Ia menambahkan tadi Ibu Negara Afghanistan menyampaikan mengenai Pancasila sebagai perekat dan sebagainya.

“Terus kemudian juga bagaimana pertukaran ulama-ulama antara kedua belah pihak. Teman-teman tahu bahwa di Afghanistan kita memiliki Indonesian Islamic Centre, masjidnya sudah berdiri, kita sekarang mulai pembangunan klinik/health clinic dan lain sebagainya. Dan tentunya, satu elemen di dalam konteks peace building ini adalah untuk pemberdayaan perempuan,” kata Menlu Retno.

Pemberdayaan perempuan ini, menurut Menlu, baik untuk perdamaian maupunĀ economic empowerment karena bisa juga memberdayakan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi. Bukan berarti perempuan harus bekerja di luar rumah, sambung Menlu, karena banyak sekali contoh ibu-ibu tetap di rumah tetapi diberdayakan secara ekonomi.

“Jadi itulah kira-kira yang dibahas dalam pertemuan kunjungan kehormatan Ibu Negara Afghanistan kepada Presiden Republik Indonesia,” papar Menlu.

Saat diskusi, Menlu menyampaikan bahwa Presiden Jokowi menceritakan bagaimana majemuknya Indonesia dan lain sebagainya. Ia juga menyampaikan bahwa Presiden Jokowi sangat menyambut baik dan akan mengundang Ibu Negara Afghanistan untuk datang kembali ke Indonesia bila masih ada hal-hal yang diperlukan untuk diketahui.

“Karena kunjungan beliau, sekali lagi, hanya 2 hari sehingga belum bisa sampai melihat yang lebih detail bagaimana economic empowerment, bagaimana pesantren kita. Beliau sangat tertarik melihat bagaimana pesantren di Indonesia,” pungkas Menlu di akhir pernyataan kepada pers. |

Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam agenda tersebut diantaranya, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri PPPA Yohanna Yembise. (FID/AGG/EN)

Berita Terbaru