Transkrip Sambutan Presiden Joko Widodo saat menghadiri Jambore Peternakan Nasional Tahun 2017 di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur, Jakarta Timur, Minggu, 24 September 2017

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 24 September 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 5.781 Kali
Logo-Pidato2Bismillahirahmanirahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya.
 
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja. Yang saya hormati Gubernur Bank Indonesia, Gubernur DKI Jakarta, seluruh Dirut BUMN yang hadir. Yang saya hormati Pak Kapolri. Yang saya hormati yang saya banggakan para peternak serta pelaku usaha industri peternakan dari seluruh Indonesia.

 
Hadirin yang berbahagia, 
Sepuluh bulan yang lalu saya beli 5 ekor kambing. 10 bulan yang lalu, 5 ekor kambing, 3 betina dan 2 jantan. Setelah 10 bulan, sekarang menjadi 11 kambing, artinya beranaknya 6.
 
Saya hitung-hitung dengan kalkulasi hitung-hitungan ekonomi, untungnya gede juga. Tapi baru saya baru melihara kambing, sapinya belum. Saya mau belajar lagi. Inikan masih belajar, belajar melihara kambing, mencoba problem-problemnya apa, masalahnya apa. Nanti mungkin kalau sudah agak mengerti betul, belajar beternak sapi. Problem-problemnya apa. 
Tetapi memang juga  saya  harus ngomong apa adanya juga. Tidak gampang, tidak mudah.
 
Oleh sebab itu, saya nanti akan meminta Bapak, Ibu dan saudara-saudara semuanya yang sudah beternak kambing lebih dari 100, mohon untuk tunjuk jari yang lebih dari 100. Enggak ada? Ada? Oh banyak ya, ooo sudah banyak berarti.
Ya udah, nanti, sebentar.
 
Ini saya mau lihat kambing saya dulu, saya apa sih. Domba, domba,domba, bukan kambing, domba. Domba saya ini. Jangan bandingkan dengan domba yang tadi. Jauh, ini masih yang satu masih anakan, nih.
 
Coba dinaikkan ke panggung sini, mau enggak. Kalau mau naikkan ke panggung, kalau enggak mau ya sudah, ooo mau,  sini.
 
Ya ini domba saya kira lumayan gemuk dan tidak kurus-kurus amat kaya saya. Yang ini baru lahir 2 bulan yang lalu, ya 2 bulan yang lalu. Saya kira juga cukup lumayan gemuk.
 
Jadi ini silakan kalau mau kritik domba saya, enggak apa apa.
Pak kurang gemuk, cara gemukkannya seperti ini, enggak apa-apa. Enggak masalah. Silakan.
Tapi kalau saya lihat ya cukup bersih, gemuk juga tidak tapi kurus juga tidak, terpelihara lah ya. Ya silakan.
 
Silakan tadi yang ternak domba yang ternak kambing yang lebih dari 100 tadi.
 
Ini bener ya, lebih dari 100. Sini maju.
 
 

Kita, saya masih terus  melihat bagaimana membangun sebuah industri peternakan yang betul-betul seperti  sebuah korporasi yang besar, yang jumlahnya banyak yang besar tapi yang memiliki adalah rakyat, yang memiliki adalah peternak-peternak yang bergabung, terkonsolidasi dalam sebuah organisasi, entah bentuk PT, atau dalam bentuk koperasi, entah dalam bentuk gabungan peternakan dalam jumlah yang banyak. Sehingga menurut saya, hitung-hitungan dari sisi bisnis, dari sisi ekonomi itu dihitung betul-betul menguntungkan dan memberikan manfaat yang tinggi kepada masyarakat semuanya.
 
Sialakn dikenalkan dulu, Pak.
 
(Dialog dengan Pak Sugiarto dari Purworejo ternak kambing berjumlah 2006, dikandang dengan dulunya punya 6 kambing).
 
6 kambing? Sama dengan saya dong. Mula-mula 5, ini pak Sugiarto mula-mula 6. Sekarang sudah berapa tahun menjadi 206 itu? 10 tahun.
 
Ya dijual juga enggak apa-apa. 206 itu kalau kambing berapa sih 1 sekarang? 1 kambing berapa kira-kira? 1 juta, kita hitung saja 1 juta. 1 juta berarti sudah 200 juta, sudah jutawan, gede banget, cepet banget. Memang usahanya hanya kaambing saja atau ada usaha yang lain?


Dulu bekerja, keluar, sekarang beternak kambing.
Dulu bekerja di mana? Enak mana jadi peternak atau? 
Itu, berarti yang pekerja-pekerja itu keluar jadi peternak lebih enak ya? Bener? Dulu gak punya mobil, jadi peternak jadi punya mobil. Ya jelas, kambingnya 200,  punya mobil ya kebangetan.
 
Punya kambing 200 sampai enggak punya mobil ya kebangeten.
 
Sekarang enggak punya gaji, tapi bisa menggaji orang. 
Kalau 200 berapa operator kandang? 3 orang? Cukup? 3 orang mengerjakan 200 kambing, cukup? Itu operatornya tugasnya apa itu? Membersihkan kandang, memberi makan, membuat pakan, ooo 3 cukup ya. Berarti di tempat saya kebanyakan itu.
 
Kambingnya 11 aja ada 3, kebanyakan dong. Waduh rugi, ini kalau hitung-hitungan anu  rugi ini.
 
Ini saya belajar seperti ini, memang harus belajar seperti ini.
 
Enggak efisien kebanyakan, berarti kalau kambingnya 11, apa dombanya 11 enggak usah pakai operator berarti ya, sendiri ya. Berarti saya sendiri ya itu.
 
206, 3 operator kandang. Kalau hitung-hitungannya bagaimana. Kalau hitung-hintungan secara bisnis, bagaimana itu?
 
(dialog)
 
Fungsinya Dinas Peternakan di situ ya?
Kalau sakit? Sekali suntik itu berapa bayarnya? Oo gratis? Bener hanya ganti bensin? Ooo untuk beli bensin, ya bagus. Ya terima kasih. Pak sugiarto. Nanti kalau kambingnya sudah lebih dari 500 ngomong saya, saya mau akan datang ke Purworejo.
 
Saya pengin memiliki sebuah sample, sebuah contoh bagaimana masyarakat entah 1 orang entah berkelompok itu membangun industri peternakannya, seperti itadi Pak Sugiarto tadi. Jumlahnya juga sudah 200 itu sudah jumlah yang banyak, tapi lebih bagus lagi kalau ada gabungan-gabungan gabungan-gabungan sehingga jumlahnya menjadi ribuan, itu akan menekan cost, akan menekan biaya.
Itulah industri peternakan yang terkonsolidasi yang sebetulnya memberikan kalau tadi disampaikan, memberikan keuntungan yang sangat besar sekali, 1 tahun bisa dari 100 kambing bisa dapat 120 juta kan bukan, itu bukan angka yang kecil. Bisnis apa yang bisa memberikan kembalian return sepeti itu.
 
Tapi memang kalau ternak, setahu saya memang orang yang menjadi peternak itu, betul-betul dari, yang berhasil itu memang dari kesenangan dan hati. Enggak bisa kaya bisnis-bisnis yang lain. Ada manajemen khusus dari sini. Kalau sakit kan dielus-elus dan lain-lain. Saya kira peternakan membutuhkan hal-hal seperti itu.
 
Ada ndak yang ternak yang lain? Yang diatas 500 ana ndak? Ada? Kambing atau domba? Domba, ya boleh yang di atas 500, silakan maju, 1.
 
 
Pak Didik dari Jogja, di kota Jogjanya? Sleman, Ketua Umum Perserikatan Kambing Domba Yogyakarta.
Sekarang ada berapa domba atau kambingnya? 10.000 ekor, itu 10.000 dengan pemilik berapa itu totalnya? 500 orang. Jadi itu terkonsolidasi dari 500 orang terkonsolidasi, dan memiliki kurang lebih 10.000 ekor.
 
(Dialog)
 
Sebentar, ini yang tadi di depan saya sampaikan, mengkorporasikan peternak ya seperti ini. Ada industri bibitnya, ada industri penggmukannya, ada industri pakan ternaknya, dari hulu sampai hilir konsolidasikan dalam sebuah organisasi, ini yang tadi saya sampaikan di depan.
 
Pertanian juga seperti itu. Kalau ini bisa terkonsolidasikan dengan baik, ada industri pakan, itu akan lebiih efisien.
Ceritakan lagi Pak Didik.
 
(Dialog)
 
Sebesar apa itu industri pakannya? 70 ton pakan ternak per bulan, berarti per hari bisa 2 ton, 2,5 ton. Gede banget. Luar biasa.
(Dialog)
Program kawin massal.
Program gemuk bareng.
Oke, pertanyaannya, tadi pak Giarto menyampaikan itung-itungan kalkulasi tadi, punya 100 kemudina beranak menjadi tambahan anaknya 200, dikurangi biaya kemudian keluarnya angka 120 juta. Menurut Pak Didik bagaimana itung-itungan itu? Benar?
Apa bedanya dari sisi bisnis kambing dengan domba?
Oke, sekarang hitung-hitungannya 100, 100 domba dalam setahun menjadi berapa, dikurangi biaya, untungnya berapa kalau domba.
(Dialog)
Hitung-hitungan tadi, kalau punya 100 domba pedaging? Beda ya, kalau penggemukkan? Untungnya berapa? Waduh, saya tak ganti penggemukan aja.
(Masih dialog)
Ya nanti kalau kambing saya sudah banyak, kalau belum banyak…..
 
(Masih dialog)
Coba 1 yang dari Jawa Barat, ada ndak, yang kambingnya 100 boleh, domba boleh, coba Jawa Barat, maju. Silakan.
(Dialog)
Pak Asep dari Bandung, kandangnya ada di Malangbong, di Garut. Boleh. 150 indukan domba garut.
Sebentar, sebentar, 4 tahun menjadi berapa kali itu? Dari 150 indukan menjadi 1. 500 indukan, berarti beranak berapa itu?
Oke, sekarang hitung-hitungan bisnis, hitung-hitungan ekonomi. Belum selesai? Ya teruskan.
(Dialog)
Tadi kok ada 2 periode, maksudnya 1 periode itu gimana itu maksudnya. Kalau saya, 1 periode itu 5 tahun. Kalau ini enggak tahu gimana.
(Dialog)
Sekarang buka-buakan masalah keuntungan, urusan bisnis tadi, saya mau membanding-bandingkan tadi Pak Giarto, Pak Didik, sekarang Pak Asep gimana hitung-hitungannya.
 (Penggemukan domba) 1.300 ekor, wah banyak banget.
(Skala industri penggemukan dalam 3 bulan dengan pertambahan bobot 110-140 gram per hari itu diperolehan margin 25-30 persen)
25-30  dalam 3 bulan? Wah gede banget, (7 persen enggak gede, Pak), gede. Gede banget segitu gede.
(Penjelasan Pak Asep)
 
KUR. Kok respon bagus realisasi enggak belum itu maksudnya gimana, ya artinya enggak bagus.
Ooo ada CSR dari pihak lain.
(Dialog)
Oke, ini yang tadi saya awal juga sampaikan, ini yang membangun industri peternakan pada skala berapa ribu itu sudah, sebetulnya sudah banyak yang ada di hadapan saya, Bapak Ibu semuanya, sudah melakukan itu. Artinya  bahwa peternak itu tidak kaya yang dulu-dulu, ini jamannya sudah harusnya mengkonsolidasikan, mengindustrikan peternakan sehingga biaya akan semakin turun, akan semakin efisien kalau kita mau eksport entah yang namanya domba, entah yang namanya kambing, entah yang namanya ternak yang lain itu pada posisi bisa bersaing dengan negara-negara lain. Karena apa? Kita sudah industrikan peternakan ini.
Kalau kita masih harganya masih kalah bersaing dengan negara yang lain, artinya ada yang tidak efisien di industri peternakan kita.
Saya mau melihat nanti di lapangan, coba pas ke Bandung, pas ke mana tadi ke Jogja, pas ke Purworejo, nanti akan saya lihat betul, apakah yang namanya industri peternakan betul-betul sudah berjalan dengan baik.
Tentu saja kita dari sisi pemerintah hanya bisa memberikan apa? Policy, mungkin suntikan-suntikan yang tidak justru menina bobokan kita.
Ingat dulu banyak pemberian sapi dari pemerintah, diberikan, diberikan, diberikan tapi tidak memiliki hasil apa-apa. Saya kira lebih bagus kalau kita memberikan rangsangan agar peternak-peterak ini masuk ke banking system, masuk ke sistem perbankan Seperti tadi yang  disampaikan Pak Asep, ngambil KUR. Kalau 1 orang, katakanlah 25, 100 orang sudah miliarkan. Artinya itu akan menjadi sebuah industri besar. Kalau sudah miliar diolah lagi, pinjam, lebih gede lagi. Itu yang saya lihat di negara-negara lain seperti  itu.
Jadi bukan diekrjakan untuk kayak saya ini, saya kerjain sendiri, tapi betul-betul diindustrikan dengan operator-operator kandang yang banyak dan dengan manajemen-manajemen yang meoderen. Saya kira yang disampaikan Pak Asep itu sesuatu yang memang  kita tuju, yang akan kita tuju untuk seluruh peternak-peternak kita.
 
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih Pak Asep.
 
*Pak Asep menyampaikan lagi, ia meminta agar regulasi ekspor domba dilihat lagi, di mana domba yang bisa diekspor umur 2,5 tahun  sementara permintaan dari Singapura dan Malaysia inginnya domba muda bukan domba yang berumur tua karena tidak ada peminatnya di sisi eksport. Apakah aturan bisa diubah dengan membatasi berat/ bobot domba bukan pada umur domba. Sehingga peternak domba bisa naik kelas.*
Ini tadi ususlan terakhir tolong dicatet , Pak Menteri.  Saya kira regulasi-regulasi, hal yang, oo sudah di oke aturan tadi, sudah.
Regulasi-regulasi yang menghambat semuanya akan kita hilangkan. Agar apa, perkembangan disemua sektor usaha itu betul-betul ada karena memang kita ini terlalu banyak aturan. Dikit-dikit diatur, dikit-dikit diatur, malah pusing sendiri kita, terlalu banyak peraturan yang menghambat usaha-usaha kita.
Saya kira sudah muali banyak yang kita hapuskan, kita hilangkan dan kita harapkan dunia usaha, terutama di sektor peternakan ini betul-betul bisa memunculkan industri-industri peternakan dengan manajemen yang modern.
 
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan tadi yang maju 3 orang tadi saya beri sepeda. Wong sudah ngomong banyak banget enggak diberi sepeda nanti ada yang bisik-bisik saya nanti.
Saya tutup, terima kasih.
Wassalamualaikum warahamtullahi wabarakatuh.
Transkrip Pidato Terbaru