Upaya Raja Ampat Menuju UGG

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 3 November 2017
Kategori: Opini
Dibaca: 150.035 Kali

hamidi 2Oleh: Hamidi Rahmat

Pesawat Batik Air yang kami tumpangi meninggalkan landasan pacu bandara Soekarno Hatta jam 1.35 WIB, 15 menit lebih awal dari jadwal yang tertera pada tiket. Keberangkatan dinihari ini dimaksudkan supaya dapat mendarat di kota Sorong di provinsi Papua Barat pada pagi hari. Setelah sekitar 4 jam mengarungi angkasa, roda pesawat dengan nomor penerbangan ID 7797 pun mendarat mulus di bandara Dominique Edward Osok Sorong, juga lebih cepat 15 menit dari jadwalnya.

Meskipun sudah terbang selama 4 jam, perjalanan grup kami masih jauh. Dari bandara DEO, nama populer bandara Dominique Edward Osok Sorong, kami teruskan perjalanan dengan mobil menuju pelabuhan dimana speedboat atau kapal cepat telah menunggu yang akan membawa kami ke pulau Waigeo.

Sekitar 2 jam menikmati sinar mentari pagi dan laut yang relatif tenang, karena hanya riak dan gelombang kecil yang menemani kami selama perjalanan, maka sampailah kami di resort Waiwa di pantai timur pulau Waigeo. Perjalanan ke Raja Ampat dengan kapal cepat biasanya ditempuh dalam 90 menit. Tetapi perjalanan kami dapat bonus 30 menit sehingga menjadi 2 jam. Penyebabnya adalah baling-baling speedboad sering tersangkut sampah, dan BBM yang dipakai sepertinya tercampur air yang mengakibatkan mesinnya mati.

Villa di resort Waiwa cukup bagus, dan di setiap bungalow terdapat dua tempat tidur dan kamar mandi serta kursi santai di depannya yang sangat cocok untuk minum kopi sore sambil memandangi laut. Salah satu bungalow dipergunakan sebagai kantor dan dapur, sementara di depannya berjajar meja dan bangku panjang untuk para tamu  sarapan pagi, makan siang dan malam.

Sehabis shalat zuhur, rombongan kami diterima Pemda kabupaten Raja Ampat di ruang rapat Kantor Bupati yang terletak di tangah kota Waisai. Dalam acara tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat mempresentasi upaya Pemda meningkatkan status geopark Raja Ampat. Mungkin diatara kita masih banyak yang belum familiar dengan geopark. Kata geopark masih asing ditelinga sebagian dari kita, meskipun sebenarnya kita sudah sering mengunjungi tempat-tempat tersebut. Bahkan mungkin ada diantara kita yang menghabiskan waktu liburannya secara rutin di daerah yang disebut geopark tersebut.

Apa itu Geopark ?

Menurut Wikipedia, Geopark atau Taman Bumi adalah wilayah terpadu yang terdepan dalam perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara yang berkelanjutan, dan mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sana.

Lebih jauh Wikipedia menjalaskan bahwa sebuah Taman Bumi Global (Global Geopark) adalah area terpadu dengan warisan geologi yang sangat signifikan di dunia. Geopark menggunakan warisan tersebut untuk mempromosikan kepedulian pada isu-isu kunci yang dihadapi oleh masyarakat dalam konteks dinamika planet yang kita tinggali. Banyak geopark yang mempromosikan (mensosialisasikan) kepedulian akan bahaya geologi, termasuk gunungapi, gempa bumi, dan tsunami serta banyak juga yang mempersiapkan strategi mitigasi bencana bagi masyarakat lokal. Geopark menyimpan rekaman perubahan iklim terakhir dan menjadi sumber pembelajaran mengenai perubahan iklim. Selain itu, geopark mengadopsi praktik pendekatan terbaik dalam memanfaatkan energi terbarukan dan menggunakan standar terbaik dalam “Wisata Hijau“. Promosi industri wisata geopark, berperan untuk menjaga atau bahkan meningkatkan karakter geografi suatu tempat.

Geopark juga menginformasikan tentang penggunaan berkelanjutan dan kebutuhan dari sumber daya alam, baik itu ditambang, digali, atau dimanfaatkan dari lingkungan sekitarnya dan di waktu yang sama mempromosikan penghormatan lingkungan dan integritas lanskap. Taman-taman ini  tidak memiliki pengesahan secara legislatif, namun kunci situs-situs warisan di dalam geopark sering dilindungi di bawah undang-undang lokal, regional, ataupun nasional. Sifat multi-disiplin dari konsep geopark dan promosi wisata di geopark membedakannya dengan model lain yang disebut wisata berkelanjutan. Bahkan, promosi wisata berkelanjutan di geopark sesungguhnya meliputi banyak wisata berkelanjutan termasuk geowisata, wisata berbasis komunitas, ekowisata, dan lain-lain.

Geopark mempunyai 3 tingkatan. Tingkat pertama disebut “Aspiring” yaitu geopark yang ditetapkan oleh Pemda karena dinilai memenuhi syarat untuk menjadi geopark. Geopark seperti ini banyak dijumpai di negara kita, lebih dari 30, dan salah satunya adalah Raja Ampat. Tingkat kedua disebut Geopark Nasional yaitu geopark yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dengan meningkatkan status Aspiring menjadi Geopark Nasional setelah berhasil melewati serangkaian proses evaluasi. Saat ini Indonesia memiliki 4 geopark nasional yakni Merangin (Jambi), Gunung Rinjani (NTB), Danau Toba (Sumut), dan Ciletuh (Jabar).

Di tingkat ketiga adalah UNESCO Global Geopark (UGG) yaitu geopark nasional yang telah diakui oleh UNESCO. Untuk mendapatkan pengakuan UNESCO ini tidaklah mudah. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Sampai saat ini Indonesia baru memiliki 2 buah UGG yaitu Geopark Batur di Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali dan Geopark Gunung Sewu yang terletak di 3 provinsi yaitu Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Diharapkan dalam waktu dekat kita akan mempunyai 2 UGG yang baru yaitu Ciletuh (Jabar) dan Rinjani (NTB).

Meskipun telah mendapat status UGG, kita tidak dapat berleha-leha. Kita harus mempertahankan status tersebut, karena UNESCO akan mengevaluasinya setiap 4 tahun. Apabila sudah tidak memenuhi syarat lagi, maka status UGG nya akan hilang. Turun lagi statusnya menjadi geopark nasional. Geopark yang sudah turun tahta ini, bisa saja kembali mendaftarkan diri untuk menjadi UGG dengan memenuhi semua dokumen dan persyaratan yang diminta UNESCO.

Raja Ampat

Presentasi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Yusdi Lamatenggo, menjelaskan bahwa di Kabupaten Raja Ampat terdapat 2.713 pulau dengan luas wilayah 46,108 km2  (87 % berupa laut) yang dihuni oleh 70,000 penduduk. Terdapat 1 pulau terdepan, yaitu pulau Fani yang berbatasan dengan Republik Palau di Samudera Pasific.

Pemkab Raja Ampat mengklaim bahwa Raja Ampat sebagai Jantung Segitiga Karang Dunia (Heart of The Coral Triangle) dan Pusat Keanekaragaman Hayati Laut Dunia. Klaim tersebut bukan tanpa alasan. Beberapa bukti yang dikemukakan adalah : (1) Terdapat 553 jenis karang, dan merupakan rumah dari 70% jenis karang yang ada didunia; (2) 1.456 jenis ikan karang, yang paling kaya di dunia; (3) 699 jenis molusca; (4) 5  jenis penyu; serta (5) 16 jenis mamalia laut (cetacean).

Potensi wisata burung di Raja Ampat juga menjanjikan karena terdapat 258 species (FFI 2015); 10 species papua endemic dimana 6 species sebagai endemic Raja Ampat. Diantara jenis burung yang dikagumi adalah wilson bop                          (cendrawasih botak), red bop (cendrawasih merah), waigeo brush turkey  (maleo waigeo), raja ampat pitohui, kofiau paradise kingfisher (cekakak pita kofiau), kofiau monarch (kehicap kofiau). Disamping itu, Raja Ampat memiliki banyak kekayaan sejarah dan seni budaya, antara lain sejarah peninggalan Perang Dunia II, tarian, lagu, alat musik dan kearifan lokal “sasi” (laut dan darat) dalam mengelola alam.

Upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan antara lain : (1) Sejak tahun 2010 sampai 2016 telah menfokuskan kegiatannya pada wisata bahari, khususnya diving. (2) Melakukan pembangunan infrastruktur untuk akses menuju lokasi wisata, dan amenitas (fasilitas penunjang) seperti rumah makan,  air bersih, sarana telekomunikasi, tempat parkir, toilet.  Dan yang tak kalah pentingnya acara atraksi yang menarik bagi wisatawan. (3) Melakukan edukasi kepada masyarakat lokal, termasuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap wisatawan dan alam sekitar.

Selanjutnya yang ke (4) kegiatan di bidang perekonomian, seperti penyediaan paket tour, homestay, kuliner, handycraft, tourist guide, transport yang handal. (5) Mengintensifkan promosi bahwa Raja Ampat mempunyai ciri khas yaitu Marine geopark dan equator line. (6) Menyempurnakan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan, penataan destinasi geo wisata, menerbitkan produk hukum yang dibutuhkan, guna memenuhi persyaratan menjadi Geopark Nasional.

Melalui Peraturan Daerah nomor 27 tahun 2008 telah ditetapkan kawasan konservasi laut daerah, yaitu Selat Dampier, Kawe-Wayag, Teluk Mayalibit, Ayau-Asia, Kofiau, dan Misool Timur Selatan. Total luasnya 1,1 juta ha. Lokasi ini dijadikan perlindungan potensi kelautan dan pariwisata berkelanjutan. Kawasan Konservasi Darat juga sudah ditetapkan, yaitu : Cagar Alam Waigeo Barat, Cagar Alam Waigeo Timur, Cagar Alam Batanta Barat, Cagar Alam Salawati Utara, dan Cagar Alam Misool. Untuk mengelola aset-aset tersebut telah dibentuk Lembaga Pengelola Geopark Raja Ampat, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Raja Ampat nomor 263 tahun 2016.

Dalam rangka memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadikannya UGG, Pemda telah selesai membangun Etalase Geopark dengan bangunan khusus yang didirikan di pinggir pantai kota Waisasi. Juga telah dibuat Panel Interpretasi di 13 Geosites, dan akan dilengkapi dengan 16 Panel lainnya. Logo Geopark Raja Ampat juga sudah ditetapkan, dan brosur-brosur pariwisata, CD/DVD, websites dan mobile apps pariwisata juga telah tersedia untuk mendukung promosi pariwisata.

Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah membangun Jejaring Geopark. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan, antara lain : mengikuti geopark klinik, mengikuti studi banding luar dan dalam negeri, dan mengikuti pertemuan APGN 2017 di China. Program Partnership juga diintensifkan melalui meeting dan pertemuan dengan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), pembentukan Pokdarwis geopark, studi belajar Pokdarwis ke geopark gunung kidul, kemitraan dengan TNC, FFI, dan CI.

Menyadari bahwa salah satu syarat geopark adalah pemberdayaan perekonomian masyarakat lokal, maka Pemda melakukan berbagai kegiatan, antara lain : pembinaan 140 homestay masyarakat lokal (geo homestay), pembinaan handycraft khas raja ampat (geo handycraft), pembinaan industri rumah tangga khusunya sabun dan VCO, pembinaan industri olahan produk ikan, dan rumah kreatif BUMN.

hamidi raja ampat

Menyimak presentasi Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat dan melihat keindahan alam kabupaten terbarat dari provinsi Papua Barat ini seperti foto diatas, diyakini upaya Pemda untuk menjadikannya UGG akan berhasil. Meskipun baru wisata bawah laut yang sudah terkelola dengan baik, namun animo turis berkunjung ke Raja Ampat meningkat tajam dari tahun ke tahun, seperti digambarkan grafik di bawah.

 

grafik hamidi

Hal-hal yang Perlu Segera Dibenahi

 Meskipun diyakini Raja Ampat akan mampu menjadi UGG, tetapi UGG bukanlah tujuan akhir. Salah satu tujuan akhirnya adalah menarik pariwisata sebanyak-banyaknya untuk berkunjung ke Raja Ampat dengan waktu tinggal yang cukup lama. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pemda dan pihak-pihak terkait perlu berbenah diri dengan sangat serius dari sekarang. Selanjutnya, apabila sudah mampu dibenahi dengan baik, maka kondisi dan situasi tersebut perlu dipertahankan.

Pertama yang perlu dibenahi adalah transportasi. Pada saat ini baru Susi Air melayani rute Sorong-Waisai dua kali seminggu dengan menggunakan pesawat Cessna Grand Caravan berkapasitas 11 penumpang. Direncanakan pada akhir tahun ini, Bandara Marinda Waisai akan didarati oleh 3 maskapai penerbangan, yaitu Susi Air, Wings Air, dan NAM Air.

Armada lain yang bisa dimanfaatkan adalah kapal laut dan speedboat, terutama dari kota Sorong. Khusus speedboad biasanya hanya ada satu sampai dua jadwal keberangkatan tiap hari dengan durasi perjalanan 90 menit. Sedangkan untuk kapal laut ada empat operator dengan jadwal keberangkatan yang tentatif dengan durasi perjalanan empat jam. Keempat operator tersebut adalah KM Marina Express, KM Getsemani, KM Fajar Mulia, dan KM Sangiang (Pelni).

Untuk menarik banyak turis yang datang, jadwal penerbangan ke Waisai perlu ditambah. Antisipasi penambahan speedboat dan kapal laut juga perlu dilakukan. Begitu juga halnya dengan ketersediaan speedboat di Raja Ampat untuk mengantar turis ke tempat wisata.

Untuk meningkatkan jumlah penerbangan dan kapasitas pewasat yang lebih besar, diperlukan kemampuan bandar udara yang lebih besar pula. Pada saat ini bandara Marinda mempunyai runway sepanjang 1.200 meter yang hanya mampu didarati oleh pesawat kecil dengan 11 penumpang. Kedepannya panjang runway perlu ditambah menjadi 2.500 meter, dan kalau mungkin 3.000 meter sehingga mampu didarati oleh pesawat yang cukup besar. Upaya ini perlu terus diperjuangkan oleh Pemda Raja Ampat.

Kedua, ketersediaan akomodasi. Saat ini memang sudah banyak jenis dan jumlah akomodasi. Meskipun demikian, jumlahnya perlu terus ditingkatkan seiring dengan bertambahnya jumlah turis yang datang. Juga perlu disediakan tourist guide yang handal dan profesional.

Ketiga, menjaga keamanan dan kenyamanan turis. Hal ini sangat penting agar turis betah berlama-lama tinggal di Raja Ampat. Kebetahan turis tersebut juga ditentukan oleh keramahan masyarakat. Jangan sampai ada masyarakat yang tidak ramah kepada turis. Turis itu adalah pembeli keindahan alam Raja Ampat. Pembeli itu adalah raja. Sekali lagi, menurut hukum ekonomi, pembeli itu adalah raja. Maka layanilah mereka bak raja tanpa merendahkan martabat diri kita sendiri. Jangan sekali-kali, dan mudah-mudah tidak (akan) pernah terjadi ada oknum tertentu, baik oknum masyarakat maupun oknum pejabat yang melakukan pungutan liar. Semua harga harus resmi.

Keempat, menjaga kebersihan. Tempat-tempat yang kami kunjungi di Raja Ampat tetap bersih. Air laut di pantai juga cukup bersih tanpa sampah. Berbagai jenis ikan berenang dengan bebas tanpa rasa takut akan ditangkap manusia. Sesuatu yang patut kita tiru dari kebijakan pemerintah dan pemuka masyarakat untuk tidak menangkap ikan yang ada di pantai. Jika mau menangkap ikan, seseorang harus pergi ke tengah laut. Sampai saat ini, aturan tersebut selalu dipatuhi masyarakat Raja Ampat. Mudah-mudah tetap patuh sampai kapanpun.

Untuk menjaga kebersihan ini, kiranya perlu ditambah jumlah tempat sampah yang tersedia di berbagai tempat. Kadang-kadang orang terpaksa meletakkan sampahnya di suatu tempat yang bukan tong sampah karena ketiadaan tempat sampah.

Kebersihan di Raja Ampat agak berbeda dengan pelabuhan Sorong. Di pelabuhan speedboat Sorong, sampah bertebaran dimana-mana. Air laut di pinggir pantai penuh dengan sampah. Demikian juga halnya dengan air laut sepanjang perjalanan menuju Raja Ampat. Beberapa kali mesin speedboat mati karena tersangkut sampah.

Ini perlu menjadi perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Pemerintah Kota Sorong. Meskipun diluar wilayah kewenangannya, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat juga perlu membantu menyelesaikan persoalan ini. Hal ini sangat penting untuk menghindari kesan pertama turis adalah pelabuhan yang kotor dan banyak sampah sepanjang perjalanan ke Raja Ampat. Semoga pihak-pihak berwewenang mampu menyelesaikan permasalahan ini dalam waktu dekat. Good luck Raja Ampat. Semoga berhasil !

Opini Terbaru