BOS Tuntaskan Wajib Belajar di Jember
Pendidikan merupakan program prioritas pemerintah untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul. Anggaran 20 persen sesuai dengan amanat undang-undang pendidikan telah dilaksanakan. Perhatian pemerintah tidak hanya membuka kesempatan bagi seluruh masyarakat usia sekolah untuk menikmati pendidikan melalui program wajib belajar 9 tahun. Program bantuan operasional sekolah (BOS) merupakan wujud nyata upaya pemerintah untuk menyiapkan daya saing SDM bangsa. Biaya sekolah menjadi terjangkau dari SD sampai tingkat SMA/SMK sederajat. Dampak dari biaya sekolah yang terjangkau hingga tanpa dipungut biaya memiliki dampak positif kepada daerah. Tidak ada alasan anak usia sekolah tidak bisa sekolah dengan alasan biaya. Selain itu pemerintah juga memberikan bantuan bagi siswa kurang mampu dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Angka putus sekolah terus mengalami penurunan secara drastis setiap tahun. Pemerintah juga memperhatikan mutu pendidikan dan sarana penunjang pendidikan seperti kelayakan gedung sekolah. Pemerintah bertekad pada tahun 2014 ini seluruh sekolah memiliki ruang kelas yang layak untuk kenyamanan belajar siswa.
Perbaikan mutu pendidikan juga ditingkatkan dengan memberlakukan kurikulum 2013. Kurikulum (KUR) 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana dalam implementasi kurikulum 2013. Mulai dari pelatihan guru utama, guru pendamping hingga buku pegangan sesuai dengan jumlah siswa. Siswa-siswi lebih nyaman dengan sistem kurikulum 2013 karena tidak membosankan.
Kondisi tersebut bisa disaksikan di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur ketika tim Bertindak untuk Rakyat meninjau kesana. Bangunan ruang kelas sekolah mayoritas sudah layak untuk belajar siswa. Kondisi kelas yang bersih dengan keramik, meubeler yang baru serta kipas angin membuat siswa nyaman belajar. Arsitek ruang kelas dengan ventilasi yang memadai mendukung sirkulasi udara dalam kelas.
Kondisi kenyamanan siswa dalam belajar didukung dengan peningkatan kualitas pendidikan melalui kurikulum 2013. KUR 2013 membuat siswa memiliki banyak waktu untuk mengeksplorasi kemampuan dirinya. Porsi siswa dalam belajar mencapai 60 persen sedangkan guru 40 persen. Sekarang di dalam kelas guru hanya berfungsi sebagai pengarah atau moderator dalam diskusi bukan pelaku tunggal dalam berpendapat. Siswa yang aktif dalam mencari jawaban sebelum guru memberikan arahan. Dalam hal penilaian semua aspek siswa menjadi bahan penilaian. Mulai dari keaktifan dalam berdiskusi, bekerjasama dengan teman hingga pemberian solusi bukan hanya nilai akademik. Dengan demikian siswa tidak lagi mengalami kebosanan dalam belajar di sekolah. Guru hanya mendampingi sebagai fasilitator pelajaran di kelas sehingga siswa tidak bosan karena bukan metode ceramah tunggal. Siswa yang menggali pelajaran di kelas sebagai subjek aktif dengan menggali dari banyak referensi diluar buku pegangan.
Pemerintah menyiapkan kebutuhan pendidikan dengan tahap demi tahap untuk menghasilkan generasi unggulan. Tahap pembenahan kelas yang layak melengkapi usaha pemerintah sebelumnya yakni bantuan operasional sekolah, untuk mewujudkan wajib belajar 9 tahun yang meningkat menjadi 12 tahun. Semua anak usia sekolah tidak ada lagi yang putus sekolah dengan alasan biaya. Peran serta keluarga diharapkan bisa membantu pemerintah dalam mewujudkan visi tersebut. Sehingga akses pendidikan yang diberikan pemerintah mulai dari SD, SMP, SMA bahkan hingga perguruan tinggi (PT) dengan beasiswa bidik misi tidak sia-sia. Hal ini juga bisa dilihat di Kabupaten Jember dimana sudah tidak ada lagi anak usia sekolah putus sekolah.
Tahun 2013 tercatat Pemkab Jember mendapat anggaran BOS sebesar Rp 15,8 miliar dengan rincian Rp 163,5 miliar untuk 282.494 siswa SD, Rp 98,6 miliar untuk 125.831 siswa SMP dan Rp 1,4 miliar untuk 77.960 siswa SMA/SMK. Selain itu Pemkab Jember mengalokasikan anggaran pendidikan Rp 140 miliar untuk pembangunan, rehab dan kebutuhan lainnya. Kabupaten Jember juga mendapatkan dana alokasi khusus (DAK) rehab ringan sampai berat sebesar Rp 21,6 miliar.
Kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang memadai membuat semangat siswa untuk belajar. Sekolah mulai SD, SMP dan SMA mayoritas ruang kegiatan belajar sudah layak. Lantai kelas keramik, halaman sekolah paving dan kelengkapan sarana pendukung yang memadai sudah tersedia dengan baik di Jember. Mulai dari LCD disetiap kelas, bahan ajar yang disediakan bagi siswa dan guru serta setiap laptop membuat suasana kelas menjadi dinamis.
Salah satu sekolah yang menerima dana BOS adalah SDN 01 Kecamatan Ambulu. Dana BOS yang diterima sebesar Rp 361.340.000 untuk membiayai 623 siswa. Dana BOS diberikan setiap triwulan yang besarnya sekitar Rp 90,3 juta. Tahun anggaran 2013 realisasi BOS 100% di sekolah ini. Dana BOS diperuntukkan penambahan rehabilitasi ruang kelas, pembelian buku pelajaran, lemari, dana alat pendukung belajar mengajar di kelas. Siswa di sekolah ini juga ada yang menerima beasiswa miskin yang besarnya Rp 450 ribu per siswa/tahun. Sekolah SDN 01 Ambulu ini didukung oleh tenaga pengajar sebanyak 18 guru PNS dan 15 tenaga honorer. Gaji yang diterima paling rendah sebesar Rp 3,5 juta per bulan dan tertinggi sebesar Rp 6 juta per bulan. Sedangkan honorer menerima gaji sebesar Rp 300-500 ribu per bulan dilihat masa pengabdian. Tenaga guru PNS sudah menjalani sertifikasi berjumlah 17 orang dan 1 orang sedang PLPG.
Sekolah yang terkenal dengan prestasi yang diraih ini membuat banyak warga ramai mendaftarkan anak untuk sekolah di SDN 01 Ambulu ini. Namun karena batas kelas yang ada hampir setiap tahun sekolah menolak dan membuat tes untuk bisa masuk ke sekolah ini.
Ruangan telah dilengkapi dengan LCD sehingga lebih mudah memahami pelajaran. Sekolah tidak bayar, buku juga diberi pinjam. Saya dapat beasiswa Rp 450 ribu dibuat beli sepatu, seragam dan tas, ujar M. Hasyim, siswa kelas VI B. Ia memilih sekolah ini dikarenakan unggulan di Kecamatan Ambulu. Ia bercita-cita menjadi dokter untuk membanggakan orang tua. Hal yang sama dikemukakan Nabila, siswa kelas VI A yang bercita-cita menjadi dokter. Anak dari seorang buruh bangunan ini bersemangat untuk sekolah. Ruang kelas jadi bersih dan rapi. Sekolah tidak bayar. Buku dikasih pinjam, ada buku IPA, Bahasa Indonesia, PPKN, kesenian dan lainnya, jelasnya.
Sementara di tingkat SMP, tim bertindak untuk rakyat mengunjungi SMPN 5 Jember yang terletak di Tegal Besar, Kaliwates, Jember. Proses belajar-mengajar di sekolah ini dilaksanakan dengan dukungan dana BOS tahun 2014 sebesar Rp 514.020.000 untuk 659 siswa. Dana tersebut disalurkan setiap tiga bulan yang besarnya Rp 128.505.000. Realisasi BOS tahun 2013 telah terealisasi 100%. Dana BOS tersebut dipergunakan untuk biaya operasional sekolah meliputi pembelian alat tulis kantor, membayar tagihan listrik, air, pembayaran gaji guru tidak tetap (GTT), buku pelajaran serta kegiatan ulangan harian/ ujian akhir semester dan ujian sekolah. Selain itu, dana BOS juga dipergunakan untuk pemberian bantuan beasiswa berprestasi. Sekolah dengan fasilitas 18 ruang kelas dan didukung oleh 18 guru dan 6 honorer. Ada sekitar 18 guru yang telah mengikuti sertifikasi dan 1 guru lulus K2 seleksi CPNS 2013.
Kondisi pembatasan 20 persen dana BOS diambil untuk gaji guru tidak tetap dirasakan kurang karena kebutuhan guru masih kurang. Kegelisahan para guru terutama kepala sekolah dalam mengatur rencana anggaran belanja (RAB) sekolah tidak perlu dikhawatirkan karena pemerintah akan menambah anggaran BOS tahun 2015 untuk SD sebesar Rp 780 ribu, SMP sebesar Rp 1 juta dan SMA sebesar Rp 1,5 juta. Kebanyakan lulusan siswa SMPN 5 Jember melanjutkan ke sekolah vokasi/ SMK dikarenakan mayoritas siswa dari kalangan menengah ke bawah. Kami mengarahkan agar siswa kelas IX untuk melanjutkan ke SMK dengan harapan bisa bekerja atau melanjutkan kuliah, tutur Sunarti, Kepala Sekolah SMPN 5 Jember.
Tahun 2014 penyaluran BOS tingkat SMA sudah dimulai. Seperti di SMAN Ambulu, SMA unggulan yang memiliki 720 siswa ini. Banyak prestasi yang ditorehkan sekolah ini baik tingkat provinsi maupun nasional. Mulai dari juara I bidang mata pelajaran Ekonomi, Kimia dan olimpiade sains di tingkat Jawa Timur. Tidak heran jika orang tua menitipkan anaknya untuk sekolah disini. Banyak faktor yang mendukung prestasi sekolah ini antara lain fasilitas ruang kelas yang bersih, lantai keramik, LCD, laboratorium hingga klinik yang dijaga tenaga kesehatan.
Dalam operasional sekolah, SMAN Ambulu mendapat dana BOS sebesar Rp 720.000.000 per tahun. Dana tersebut terutama dipergunakan untuk peningkatan kualitas siswa, guru dan untuk membantu membangun sarana dan prasarana. Dari sekolah ini ada sekitar 20 siswa lulusannya tahun 2013 berhasil meneruskan ke Perguruan Tinggi dengan beasiswa Bidik Misi yang tersebar di jawa mulai dari UI, ITB, Unesa, dan Unej. Sekolah ini masih menerapkan biaya sesuai dengan kesepakatan komite sekolah.
Penerapan sekolah gratis bisa terlaksana setelah pemerintah menerapkan pembebasan biaya sekolah melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana BOS terus ditingkatkan dari Rp 5,14 triliun pada tahun 2005, Rp 10,28 triliun (2006), Rp 9,84 triliun (2007), Rp 10,01 triliun (2008), Rp 16,4 triliun (2009), Rp 16,6 triliun (2010), Rp 19,86 triliun (2011), Rp 27,67 triliun (2012), Rp 27,48 triliun (2013) dan Rp 28,17 triliun (2014).
Dalam rangka membantu keluarga miskin, pemerintah menyediakan Bantuan Siswa Miskin (BSM) diganti dengan Kartu Indonesia Pitar (KIP) untuk jenjang SD SMA, dan sejak tahun 2009 memberikan Beasiswa Bidik Misi untuk mahasiswa. Jumlah siswa penerima KIP ditargetkan bias mencapai 24 juta siswa, dimana untuk tingakt pendidikan dasar (SD) akan mendapatkan bantuan sebesar Rp 225.000,-per semester, tingkat pendidikan SMP sebesar Rp 375.000,- persemester dan tingakt pendidikan SMA sebesar Rp 500.000,- persemester. Sementara jumlah penerima beasiswa Bidik Misi tahun 2009 2013 tercatat 91.412 mahasiswa dengan alokasi anggaran Rp 914,12 miliar. Adanya BSM/KIP dan beasiswa tersebut diharapkan semakin memudahkan siswa dari keluarga miskin untuk terus mengenyam pendidikan sehingga diharapkan akan memotong mata rantai kemiskinan.
Perkembangan sarana sekolah untuk jenjangSD-SMA menunjukkan peningkatan signifikan dalam satu dasawarsa terakhir. Pada periode 2004 2013 terdapat pembangunan gedung SD/sederajat sebanyak 24.030 unit, gedung SMP/sederajat 27.656 unit dan gedung SMA/ sederajat 15.221 unit serta perguruan tinggi sebanyak 1.387 unit. Dengan pembangunan gedung sekolah baru, maka jumlah gedung SD meningkat tajam dari 145.867 unit pada tahun 2004 menjadi 169.897 unit pada tahun 2013. Begitu juga jumlah gedung SMP/sederajat meningkat dari 21.256 unit pada tahun 2004 menjadi 48.912 unit pada tahun 2013 atau meningkat 100% lebih. Jumlah gedung SMA/sederajat juga meningkat dari 13.353 unit pada tahun 2004 menjadi 28.574 unit pada tahun 2013 atau meningkat dua kali lipat lebih alias 100% lebih. (Firman & Dhuha)