Kedelai Jember Tembus Pasar Internasional

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 12 November 2014
Kategori: Pro Rakyat
Dibaca: 666.384 Kali

Edamame komoditas unggulan Jember (1)Provinsi Jawa Timur (Jatim) merupakan lumbung kedelai terbesar di Indonesia yang menyumbang sekitar 42% produksi  kedelai nasional. Produksi kedelai Jatim tahun 2013 tercatat 329.461 ton atau 42,23% dari produksi kedelai nasional yang mencapai 779.992 ton, sementara pada tahun 2014 produksi kedelai Jatim diperkirakan mencapai 326.154 ton atau 36,37% dari angka ramalan kedelai nasional yang diperkirakan mencapai 896.602 ton.

Penghasil kedelai di Jatim menyebar di berbagai kabupaten terutama Banyuwangi, Bojonegoro, Pasuruan, Lamongan, Sampang dan Jember. Saat ini kabupaten penghasil kedelai tertinggi diduduki Banyuwangi yang menyumbang sekitar 17,28% dari total produksi kedelai Jatim.

Khusus kabupaten Jember, produksi kedelai tahun 2013 tercatat 27.732 ton dengan kebutuhan konsumsi 25.473 ton sehingga mengalami surplus 2.259 ton. Selain surplus, kedelai yang dihasilkan Kabupaten Jember memiliki keunggulan tersendiri karena berhasil menembus pasar internasional alias ekspor ke mancanegara. Adapun negara tujuan ekspor adalah Jepang, Taiwan, Malaysia, Singapura, Eropa dan Amerika Serikat. Setiap tahun sekitar 4.500 – 5.000 ton kedelai berhasil diekspor dengan menghasilkan devisa USD 10  juta.

Kedelai yang diekspor adalah jenis edamame yang dikenal dengan kedelai jenis sayur atau soybean vegetable.  Karena termasuk jenis sayur, maka edamame harus langsung diolah dalam bentuk beku dan siap santap atau frozen ready to eat. Artinya, edamame yang dipanen dari sawah harus langsung diolah pada hari itu juga, untuk diolah, dimasak dan dibekukan hingga siap ekspor.

Kedelai jenis edamame merupakan produk unggulan Jember karena memiliki berbagai keunggulan. Pertama, produktivitas  yang tinggi di mana satu hektar bisa menghasilkan 10 – 12 ton bahkan bisa lebih. Hal ini tentu saja jauh di atas rata-rata jenis kedelai lainnya yang berkisar 1,5 ton – 3 ton per hektar.

Kedua, kedelai jenis edamame memiliki keunggulan kandungan protein tinggi dan lengkap, di mana kandungan protein edamame mencapai 36%, lebih tinggi dibanding kedelai lain. Edamame juga mengandung sembilan asam amino esensial yang diperlukan tubuh. Edamame juga tidak mengandung kolesterol dan sedikit lemak jenuh, plus kaya serat, vitamin C dan B, serta kalsium, zat besi atau magnesium, dan asam folat. Karena itulah, edamame sangat cocok bagi yang menginginkan camilan rendah lemak, tetapi tinggi protein. Masyarakat yang vegetarian dan ingin mendapatkan sumber protein bisa mengonsumsi edamame karena kandungan proteinnya lengkap.

Ketiga, cepat panen, karena waktu tanam edamame cukup pendek berkisar 68 – 70 hari. Para petani yang menanam edamame bisa lebih cepat panen, sehingga lebih cepat menikmati hasilnya. Hal ini lebih cepat dibanding umur kedelai pada umumnya yang mencapai 80 – 90  hari.

Edamame komoditas unggulan Jember (2)Keempat, pasar ekspor edamame masih terbuka luas, sementara pengembangan edamame saat ini baru dilakukan di Kabupaten  Jember. Untuk pangsa pasar Jepang saja mencapai 70.000 ton. Dari kebutuhan sebanyak itu, sebagian dipasok dari Cina yang menguasai 50%, Taiwan 35% sisanya disuplai Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Belum lagi pasar Asia lainnya, Eropa dan Amerika Serikat, sehingga banyak peluang untuk pengembangan edameme di kabupaten lain di Jatim yang selama ini menjadi sentra kedelai, bahkan di seluruh wilayah di tanah air.

Kelima, harga edamame di pasar ekspor cukup tinggi sekitar USD 1,9 atau Rp 20 ribu – Rp 22 ribu per kilogram. Hal ini tentu cukup menggiurkan, karena bisa menghasilkan devisa besar serta sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kedelai.

Pengembangan edamame di Jember dilakukan PT Mitratani Dua Tujuh, yang merupakan anak perusahaan BUMN PTPN X bekerjasama dengan PT Kelola Mina Laut (KML), sebuah perusahaan produk pertanian yang memiliki jaringan ekspor cukup luas di Asia dan Eropa. Kepemilikan saham mayoritas dimiliki BUMN PTPN X sebesar 65% sementara PT KML sebesar 35%.

Saat ini edamame di Jember dikembangkan di area seluas kurang lebih 1.200 hektar yang merupakan milik perusahaan dan petani yang menjadi mitra. Dengan luasan tersebut, maka pengembangan edamame di Jember mampu menyerap sekitar 4.700 tenaga kerja. Perinciannya, sebanyak 3.200 pekerja yang terserap di lahan pertanian dan 1.500 pekerja terserap di pabrik pengolahan edamame.

Para petani di Jember bisa bermitra dengan perusahaan untuk pengembangan edamame dengan persyaratan memiliki lahan minimal 1,5 hektar, suplai air cukup dan stabil, pembuangan  air lancar dan bisa menghasilkan minimal 8 ton per hektar. Bagi petani yang mengajukan menjadi mitra akan disurvei terkait kondisi lahan, jika memang memenuhi persyaratan maka bisa menjadi mitra.

Keuntungan menjadi mitra adalah diberikan pinjaman bibit edamame, diberikan bimbingan dan konsultasi, hasil edamame langsung ditampung di pabrik serta harga jual yang stabil. Untuk harga edamame dari petani terdiri dari dua jenis, yakni pertama harga edameme kualitas super yakni Rp 5.500 per kilogram dan harga untuk kualitas di bawahnya Rp 3.000 per kilogram. Hasil panen edamame dari petani biasanya sekitar 50 – 60 merupakan kualitas super dan sisanya kualitas di bawahnya. Ciri edamame berkualitas super adalah jumlah polong per 500 gram maksimal 170 polong, warna hijau relatif seragam, besar polong seragam, kadar gula maksimal 8, tidak terdapat polong patah dan tidak terdapat ulat pada polong.

Para petani yang menjadi mitra juga diberikan buku petunjuk lengkap terkait pembudidayaan edamame. Mereka juga bisa bertanya dan berkonsultasi kapanpun dengan supervisor atau pengawas yang ditunjuk oleh perusahaan. Dengan bimbingan yang lengkap, maka hasil edamame pun cukup tinggi berkisar 10 – 12 ton per hektar. Hal lain yang hendaknya diperhatikan petani adalah terkait penggunaan pestisida yang diatur secara ketat dan pada 20 hari sebelum panen, penggunaan pestisida dihentikan. Hal ini untuk menekan residu sesuai dengan standar dari negara-negara yang menjadi importir edamame.

Standar yang tinggi juga diterapkan pada pengolahan edamame di pabrik mulai dari masuknya bahan baku hingga ke pengepakan. Bahan baku atau edamame yang masuk ke pabrik harus dari  hasil panen pada hari itu juga, karena standar edamame harus diolah maksimal 6 jam setelah dipanen.

Edamame yang masuk akan ditimbang dahulu untuk menentukan berat yang akan diolah, sekaligus menjadi catatan jumlah hasil panen yang didapat oleh petani mitra maupun dari lahan perusahaan. Pabrik pengolahan edamame di Jember saat ini telah mampu mengolah 50 ton edamame setiap harinya. Setelah ditimbang, edamame akan dibersihkan dan dicuci sebanyak dua kali dengan menggunakan konveyor. Dalam proses pencucian ini akan dipisahkan antara edamame dengan kotoran ringan seperti daun, gagang dan lain sebagainya. Pencucian dilakukan sebanyak dua kali untuk menjamin edamame dalam keadaan bersih.

Setelah dilakukan pencucian dan pembersihan, selanjutnya akan dilakukan pemilahan atau standarisasi (grading). Dalam tahap ini, edamame akan dibagi menjadi 4 jenis yakni pertama, Standar Quality (SQ) untuk ekspor, kedua Premium untuk pasar lokal, ketiga Bahan Baku Mukimame (BBM) yakni edamame yang dikupas diperuntukkan pasar ekspor dan keempat Edatsuki yakni edamame yang disertai dengan tangkainya dan juga untuk pasar ekspor.

Tahap berikutnya adalah tahap pemasakan (blencing) di mana edamame akan dimasak pada suhu 100 derajat selama 2 menit. Selama proses pemasakan suhu tersebut harus stabil, sehingga edamame bisa matang secara merata dalam waktu cepat. Hasilnya memang luar biasa, edamame matang masih dalam kondisi hijau dan segar hampir sama seperti habis dipetik dari sawah. Di sinilah salah satu kuncinya, kenapa protein edamame tinggi, karena dimasak sebentar tetapi matang sempurna.

Proses pemasakan ini dilengkapi alat pendeteksi suhu, agar stabil pada 100 derajat. Jika suhu pada mesin pemasak yang berkapasitas 2 ton per jam ini tidak stabil, maka konveyor yang membawa edamame akan otomatis berhenti sampai suhu kembali stabil 100 derajat.

Setelah dimasak selama 2 menit, edamame akan didinginkan dalam konveyor yang berisi air dengan suhu sekitar 30 derajat, kemudian didinginkan kembali pada suhu antara 12 – 15 derajat. Setelah pendinginan, tahap  berikutnya adalah pembekuan edamame pada suhu minus 30 – 35 derajat yang berlangsung selama 7 menit. Hasilnya, edamame menjadi beku sehingga tahan lama kesegarannya dan kemudian disimpan pada gudang penyimpann (cold storage) dengan suhu minus 20 derajat. Di pabrik ini tersedia 11 unit cold storage dengan kapasitas masing-masing 150 – 200 ton. Dari gudang penyimpanan inilah kemudian dilanjutkan dengan pengemasan (packaging) untuk kemudian siap diekspor sesuai dengan negara tujuan.

Menyerap tenaga kerjaSetiap bulan sekitar 20 kontainer edamame berkapasitas masing-masing 22 ton yang diekspor ke mancanegara terutama Jepang. Artinya setiap bulan sekitar 4.000 hingga 4.500 ton edamame dari Jember berhasil menembus pasar internasional dan menjadi konsumsi masyarakat internasional. Hal ini sangat membanggakan, karena ekspor makanan memiliki aturan yang ketat terutama dari sisi kesehatan, kebersihan dan kandungan gizinya. Pasar internasional tidak pernah mentolerir sedikitpun jika ada kesalahan dalam produk makanan. Sebagai contoh, jika dalam  kemasan edamame, edamame yang terkelupas (hanya ada isi edamame), dan menurut logika umum hal itu wajar, maka akan dianggap sebagai “benda asing”, sehingga edamame akan dikembalikan ke Indonesia.

Dengan ketatnya aturan produk olahan makanan, maka mengekspor edamame bukan hanya menjual produk hasil pertanian yang memiliki gizi tinggi dan kelebihan lainnya, tetapi juga menjual “sistem” pengolahan yang memberikan jaminan semuanya diolah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Karena itulah, dalam pabrik pengolahan edamame, semua instruksi kerja dibuat dengan jelas dan tertulis dan harus dipatuhi oleh semua pekerja.

Kebersihan sangat dijaga sehingga semua pekerja maupun tamu, jika ingin memasuki ruang pengolahan harus memakai pakaian khusus, topi khusus, sepatu khusus dan masker. Setiap memasuki ruangan harus mencuci tangan terlebih dahulu dan diperiksa satu-persatu dari kotoran, rambut atau benda lainnya yang menempel di badan. Jika kita memasuki tiga ruangan berbeda, maka harus mencuci tangan tiga kali dan diperiksa atau dibersihkan tubuh kita sebanyak tiga kali juga. Tidak peduli siapapun, termasuk Presiden SBY ketika berkunjung ke pabrik ini pada tahun 2013 silam.

Kehadiran pabrik pengolahan edamame di Jember disambut positif oleh masyarakat, karena mereka bisa bekerja dan bermitra dengan perusahaan. Masyarakat merasa senang karena terbukanya lapangan pekerjaan. Tingkat kesejahteraan karyawan di pabrik cukup baik yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor yang di parkir di pabrik. Para pekerja di pabrik ini rata-rata memperoleh pendapatan 1,2 juta hingga 1,5 juta per bulan.

Salah satu pekerja bagian pengepakan Rois dan Istianah menyatakan senang bisa bekerja di pabrik pengolahan edamame. Rois yang merupakan warga Kecamatan Jenggawah dan sudah lima tahun  bekerja di pabrik menyatakan betah bekerja karena banyak temannya serta memperoleh penghasilan lumayan. Setiap minggu ia bisa memperoleh pendapatan sekitar 300 ribu – 350 ribu.

Respon positif juga disampaikan Dirman, petani edamame yang menjadi mitra perusahaan. Petani yang tinggal di Munigsari Lor, Kecamatan Panti ini memiliki lahan seluas 3,5 hektar yang ditanami edamame. Setiap hektar menghasilkan sekitar 12 ton edamame. “Saya senang menjadi mitra, karena dibimbing caranya menanam edamame, diberikan buku petunjuk lengkap dan bibit juga diberi pinjaman. Dengan bermitra, saya tidak bingung untuk menjual edamame, karena semuanya ditampung di pabrik,” ujarnya.

          Kehadiran edamame memang menjadikan Jember memiliki komoditas unggulan yang diakui dunia, berjejer mendampingi komoditas unggulan lainnya seperi tembakau dan kakao. Edamame bisa dikembangkan lebih luas baik di Jember, karena lahan persawahan yang luas di mana satu kali dalam setahun bisa ditanami edamame. Selain itu, edamame juga bisa dikembangkan di wilayah lain di Jatim dan bahkan di seluruh wilayah Indonesia. (Firmansyah; Dhuha)

Pro Rakyat Terbaru