Presiden Jokowi: Tinggalkan Kultur Yang Penuh Kepalsuan dan Kemunafikan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Desember 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 27.657 Kali
Presiden Jokowi dan Ibu Negara, Iriana, Hadiri Perayaan Natal Nasional di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT, Kupang, Senin (28/18) (Foto:Rusman/Setpres)

Presiden Jokowi dan Ibu Negara, Iriana, Hadiri Perayaan Natal Nasional di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT, Kupang, Senin (28/18) (Foto:Rusman/Setpres)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, sudah saatnya bagi Bangsa Indonesia untuk bergerak meninggalkan kultur yang penuh kepalsuan, semu, kemunafikan, hanya mementingkan diri sendiri, dan kurang berbagi dengan sesama.

Saat menghadiri peringatan Natal Nasional yang diselenggarakan di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT, Kupang, Senin (28/18), Presiden Jokowi menegaskan, merayakan Natal berarti menjalankan revolusi karakter, revolusi mental. Karena inti dari revolusi karakter dan mental adalah menjadi manusia baru yang lebih disiplin, lebih produktif, lebih optimis, dan lebih bekerja keras.

Presiden menyampaikan rasa syukurnya karena Natal kali ini bangsa Indonesia, khususnya umat Kristiani diingatkan akan pemahaman keluarga yang tidak terbatas pada keluarga inti. “Tetapi juga keluarga lain dalam satu kesatuan bangsa Indonesia, dalam satu kesatuan umat Tuhan,” ujar Presiden.

Untuk itu, menurut Presiden, kita mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan hidup bersama di bumi ini semakin baik, saling memberi api dan air, saling tolong-menolong, saling gotong royong. “Api ‘ata ‘ola hege, air ‘ata ‘ola neni,” kata Presiden seraya mengutip sepenggal pepatah masyarakat NTT.

Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa kita bersyukur merayakan Natal dalam keluarga Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika dimana leluhur bangsa Indonesia telah membuat ikrar satu nusa, satu bangsa, satu bahasa dan bukan satu agama.

Warisan asli Nusantara, spirit Bhinneka Tunggal Ika itu, menurut Presiden harus dirawat agar cita-cita bersama mewujudkan Indonesia sejahtera, adil, berdaulat terus menggema dalam sukma dan kalbu bangsa Indonesia.

“Pancasila harus menjadi habitus bangsa dalam menjalankan iman, harapan, dan kasih,” tegas Presiden.

Kepada umat Kristiani, Presiden Jokowi mengatakan, perayaan Natal harus membawa perubahan sikap mendasar dalam kehidupan bersama sebagai bangsa.

“Jangan sampai Natal hanyalah seremonial belaka tanpa perubahan sikap mendasar,” lanjut Presiden.

Mengutip pesan Paus Fransiskus, Presiden Jokowi mengatakan, Natal tanpa pembaharuan dan perubahan perilaku hanyalah sekadar Sandiwara. Natal harus membawa komitmen kepada bangsa dan negara.

“Kita harus kerja keras. Kita bagerik kita baeng pili. Kita bekerja, kita mendapat hasil. Indonesia harus semakin makmur, Indonesia harus sejahtera, Indonesia harus damai dan indonesia harus penuh suka cita,” ujar Presiden.

Presiden juga mengutip pernyataan Uskup Soegijopranoto yang mengatakan bahwa urusan Indonesia lebih jujur, lebih adil, dan lebih sejahtera adalah tugas kita semua termasuk Umat Kristiani Indonesia. (TKP/ES)

Berita Terbaru