Tahun 2017 Kita Genjot Sektor Pariwisata
Oleh: M. Arief Khumaedy*)
Pariwisata menjadi prioritas nasional dalam RPJM 2015 2019. Secara bertahap dari tahun ke tahun dalam periode 5 tahun RPJM 2015-2019 pembangunan pariwisata di prioritaskan dan diberi target pencapaiannya.
Di tahun 2019 akhir RPJM periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo, target wisatawan asing berkunjung berjumlah 20 juta, wisatawan nusantara yaitu pengunjung dari dalam negeri berjumlah 275 juta orang.
Dari sektor pariwisata ini ditargetkan akan menghasilkan devisa 260 Trilyun. Di Tahun 2017 yang baru kita masuki ini sektor pariwisata secara konsisten menjadi program prioritas, yaitu pembangunan pariwisata Indonesia Wonderful Indonesia. Pariwisata merupakan salah satu dari 5 (lima) sektor prioritas pembangunan 2017, yaitu pangan, energi, maritim, pariwisata, kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), begitu yang tercantum dalam RKP 2017. Dalam KEK sendiri juga terdapat KEK Pariwisata, seperti KEK Tanjung Lesung, menunjukkan adanya upaya sungguh sungguh untuk mengembangkan pariwisata nasional.
Pariwisata sebagai sektor yang strategis dan menjadi media integrasi program dan kegiatan antar sektor pembangunan, sehingga pariwisata sangat masuk akal ditetapkan menjadi leading pembangunan. Maksud menjadi leading pembangunan adalah dapat menggerakkan perekonomian bangsa. Seperti yang disampaikan Menteri Pariwisata, Arief Yahya bahwa Pariwisata adalah kunci pembangunan, kesejahteraan dan kebahagiaan. Setidaknya terdapat beberapa alasan sektor pariwisata patut di dorong perkembangannya.
Pertama, dengan meningkatnya destinasi dan investasi pariwisata di Indonesia, menjadikan Pariwisata sebagai faktor kunci dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan infrastruktur. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB dalam lima tahun terakhir yaitu tahun 2010 sd 2015 selalu mengalami peningkatan. Menurut sumber BPS/Kementerian Pariwisata, tahun 2010 kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB sebesar 261,05 T menjadi 461,36 T rupiah. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Devisa sebesar 7.603,45 juta dollar pada tahun 2010 menjadi 12.225,89 juta dollar (2015) dan kontribusi terhadap Tenaga Kerja sebesar 4 juta orang tahun 2010 menjadi 12,1 juta orang atau 10,6% dari total tenaga kerja nasional.
Kedua, Pariwisata telah mengalami ekspansi dan diversifikasi secara berkelanjutan di dunia dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan mengalami pertumbuhan tercepat di dunia. Hal ini dibuktikan bahwa meskipun negara-negara di dunia mengalami krisis global beberapa kali, nanun jumlah orang yang melakukan perjalanan wisatawan di tingkat internasional menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Tahun 1950 terdapat 25 juta wisatawan wisatawan yang melakukan kunjungan di tingkat internasional. Tahun 1980 menjadi 278 juta orang, tahun 1995 menjadi 528 Juta orang, terus meningkat menjadi 1,14 Miliar orang (2014) dan 1,18 Miliar orang (2015). Data tersebut menunjukkan wisatawan di dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan tidak terpengaruh secara ekstrim ketika dunia mengalami pertumbuhan ekonomi dunia yang fluktuatif, sebaliknya dalam skala global sektor Pariwisata mampu mempertahankan pertumbuhan, antara lain ditunjukkan dengan pertumbuhan terhadap PDB 0,2%, Ekspor Dunia 2,3%, dan pertumbuhan jumlah wisatawan dunia mengalami kenaikan 0,4 Miliar.
Di sisi lain pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif, yang ke depan tahun 2019 diproyeksikan pariwisata menjadi kelompok 4 (empat) sektor penghasil devisa terbesar di Indonesia, yaitu sebesar US$ 24 Miliar, melampaui sektor Migas, Batubara dan Minyak Kelapa Sawit. Dampak devisa yang yang dihasilkan dari sektor pariwisata tersebut diharapkan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 2019 ini, Pariwisata Indonesia ditargetkan menjadi destinasi yang terbaik di kawasan regional dan mampu melampaui ASEAN. Kita ketahui bahwa pesaing utama pariwisata Indonesa saat ini adalah Thailand dengan perolehan devisa dari pariwisata lebih dari US$ 40 Miliar. Langkah-langkah untuk menjadi destinasi pariwisata tingkat dunia tersebut telah dilaksanakan antara lain melalui Country Branding Wonderful Indonesia. Country Branding Wonderful Indonesia yang semula tidak masuk ranking branding di dunia, namun pada tahun 2015 Country Branding Wonderful Indonesia melesat lebih dari 100 peringkat menjadi ranking 47, menyalip country branding Truly Asia Malaysia (ranking 96) dan country branding Amazing Thailand (ranking 83). Hal ini menunjukkan Country branding Wonderful Indonesia mencerminkan Positioning dan Differentiating Pariwisata Indonesia.
Indonesia memiliki potensi wisata untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata tingkat dunia. Bangsa kita memiliki keindangan alam, kekayaan budaya nan beragam dan penduduk yang watak dan moralitasnya mendukung kenyamanan wisatawan berkunjung. Kita memiliki Bali yang sudah berkembang, memiliki Raja Ampat yang telah di kenal dunia. Saat ini kita sedang mengembangkan 10 Destinasi Prioritas yang di harapkan menarik wisatawan asing berkunjung di Indonesia, yaitu Destinasi Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika Nusa Tenggara Barat , Bromo-Tengger-Semeru di Jawa Timur, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Tanjung Kelayang di Bangka dan Belitung, Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Tanjung Lesung di Jawa Barat, Moratai di Maluku Utara.
####
Upaya untuk menuju Wonderful Indonesia tersebut dilaksanakan melalui dukungan penataan anggaran money follow program. Program nasional pariwisata di keroyok atau didukung oleh program dan kegiatan-kegiatan Kementerian Lembaga (KL). Parwisata ditetapkan sebagai leading sektor. Semua Kementerian harus mendukung Pengembangan Pariwisata, melalui program dan kegiatan yang mendukung pengembangan pariwisata tersebut. Dengan ditetapkan sebagai leading sektor, sesungguhnya merupakan kabar gembira atau menguntungkan Kementerian dan lembaga. KL dapat lebih fokus dalam menyusun program dan kegiatan dan secara integratif menopang pembangunan program prioritas. Oleh karena KL perlu mencermati tiga kunci sukses pembangunan destinasi pariwisata, yaitu aksesibilitas, amenitas dan atraksi. Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, aksesibilitas pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata. Amenitas adalah fasilitas pariwisata, yaitu semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata. Amenitas didalamnya terdapat prasarana umum dan fasilitas umum. Maksud prasarana umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya. Pembangunan destinasi pariwisata juga memerlukan fasilitas umum yaitu sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian. Sedangkan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Pembangunan daya tarik wisata dilaksanakan berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan daya tarik wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya.
Untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia diperlukan dukungan seluruh pemerintah dan tentunya sinergi kerjasama dengan swasta dalam pembangunan infrastruktur, pemasaran dan industri pendukung lainnya. Hal ini diperlukan strategi kebijakan, perencanaan, dan pengalokasian anggaran yang sejalan dengan prioritas yang ditetapkan.
Beberapa tahun terakhir ini belanja KL mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan juga diikuti dengan peningkatan belanja infrastruktur rata-rata 20,8 persen per tahun. Tentu sangat ideal belanja KL ini dimanfaatkan untuk percepatan pembangunan pariwisata nasional. Untuk itu KL diharapkan lebih fokus dalam menyusun program dan kegiatan untuk mensukseskan program prioritas, yang antara lain untuk mensukseskan pariwisata. Memasuki tahun 2017 kegiatan-kegiatan perlu dilaksanakan lebih fokus, terarah dan subtansial. Melalui RKP 2017: pembangunan pariwisata yang terintegrasi (money follow program) mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan K/L untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan pariwisata. Kita harus lebih rasional, fokus dan subtansial dalam menyusun program dan kegiatan-kegiatan, terutama tahun 2018 yang akan datang, dengan memperhatikan program prioritas dan kegiatan prioritas yang mendukung target pariwisata tersebut. Fokus pelibatan K/L ini dimaksudkan untuk pengembangan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata nasional, pembangunan industri pariwisata dan pembangunan kelembagaan pariwisata. Masing-masing K/L sesuai fungsinya perlu pendukung keberhasilan pembangunan pariwisata tersebut.
Upaya pembangunan pariwisata perlu didukung K/L dan komponen bangsa lainnya. Begitu pentingnya sektor pariwisata ini, hingga Presiden Jokowi selalu mengingatkan untuk mengembangkan pariwisata, terutama 10 destinasi pariwisata. Presiden mengingatkan Pastikan kemajuan di lapangan pada 10 destinasi wisata nasional.