Terima Syekh Al-Azhar, Presiden Jokowi Bahas Kerja Sama Syiarkan ‘Wasathiyah Islam’

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 April 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 22.621 Kali
Presiden Jokowi menerima kunjungan kehormatan Imam Besar dan Grand Syekh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Muhammad Ath-Thayeb, di Istana Negara, Jakarta, Senin (30/4). (Foto: Humas/Rahmat).

Presiden Jokowi menerima kunjungan kehormatan Imam Besar dan Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Muhammad Ath-Thayeb, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/4). (Foto: Humas/Rahmat).

Kunjungan kehormatan Syekh Al-Azhar kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait rangkaian pertemuan High Level Consultation mengenai masalah Wasathiyah Islam.

“Pak Prof. Dr. Din Syamsuddin yang menginisiasi dan juga berkolaborasi baik dengan Kementerian Agama dan Kementerian Luar Negeri,” ujar Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, usai mendampingi Presiden Jokowi menerima kunjungan kehormatan Imam Besar dan Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Muhammad Ath-Thayeb, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/4). 

Pembahasan tadi, lanjut Menlu, prinsipnya adalah bagaimana pemerintah Indonesia bekerja sama untuk mensyiarkan Wasathiyah Islam.

Sementara itu, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin menyampaikan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bogor tentang Wasathiyah Islam ini akan dihadiri oleh sekitar 100 tokoh ulama dan cendekiawan muslim.

“50 diantaranya dari luar negeri, mancanegara dan 50 dari dalam negeri. Kita akan membahas konsepsi Wasathiyah Islam dan bagaimana implementasinya khususnya dalam konteks tantangan dan peluang dari peradaban global dewasa ini,” ujar Din.

Bagi Indonesia, tambah Din, juga ingin menampilkan bahwa Wasathiyah Islam telah menjadi bagian dari kehidupan umat Islam Indonesia.

Lebih dari itu, menurut Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, dapat dipandang rancang bangun NKRI yang berdasarkan Pancasila merupakan manifestasi Wasathiyah Islam. Hal itu, lanjut Din, yang tadi oleh Grand Syekh ikut diapresiasi karena Indonesia relatif berhasil di dalam menampilkan Wasathiyah Islam secara nyata.

Jika diterjemahkan, menurut Din, Wasathiyah Islam tidak sekadar moderat. Menurut Din, kalau harus diterjemahkan dalam satu-dua kosakata mungkin yang agak dekat itu adalah the middle path Islam, jalan tengah Islam.

“Yang intinya yaitu wawasan keislaman yang menegakkan keseimbangan, penuh dengan toleransi, mengambil jalan tengah, cenderung menyelesaikan masalah dengan kompromi, dengan musyawarah tidak main pokoke dan tidak menjelekkan apalagi mengkafirkan pihak lain,” jelas Din menjelaskan konsepsi Wasathiyah Islam.

Bagi Bangsa Indonesia, menurut Din, patut untuk disyukuri karena kalau ada masalah-masalah dapat diselesaikan dengan baik yang mungkin di tempat lain justru dengan bunuh-bunuhan, dan itu bukan Wasathiyah Islam.

Tantangan Dunia Islam

Dalam wawancara dengan wartawan tersebut, Menlu menambahkan bahwa Syekh Al-Alzhar juga menyampaikan bahwa tantangan-tantangan dunia banyak sekali, termasuk tantangan yang dihadapi oleh dunia muslim maupun negara-negara berpenduduk muslim.

“Beliau juga menyampaikan bahwa tantangan tersebut tidak akan dapat diselesaikan apabila kita tidak, satu, mensyiarkan Wasathiyah Islam itu sendiri dan yang paling penting adalah bagaimana kita mengimplementasikan Wasathiyah Islam,” kata Retno.

Saat berdiskusi dengan Syekh Al-Azhar, Retno mengaku tidak dibicarakan mengenai isu Palestina karena Palestina adalah isu Indonesia dan dunia. Untuk itu, menurut Menlu, Indonesia harus terus membantu perjuangan rakyat Palestina.

Mengenai kepesertaan, Din Syamsuddin menjelaskan bahwa forum KTT Bogor akan diikuti oleh banyak negara, tidak hanya negara-negara Islam anggota OKI, namun ada juga dari Inggris, Amerika, Kanada, dan Australia.

“Bahkan Presiden dari komunitas muslim Jepang (Japanese Moslem Association), Presiden dari Korean Moslem Federation dan bahkan Presiden CIA (China Islamic Association), dan juga mufti dari Asia Timur, seperti grand mufti atau mantan grand mufti dari Bosnia, dan mufti-mufti termasuk juga dari Afrika,” kata Din seraya menyampaikan bahwa kehadiran peserta cukup lengkap, tidak luas karena ini sifatnya high ranking, jadi ulama dan cendekiawan muslim tingkat tinggi.

Soal tujuan pelaksanaan KTT, Din menjelaskan adalah agar dunia Islam merevitalisasi wawasan Wasathiyah Islam. Ia menambahkan bahwa solusi dari Syekh Al-Azhar dalam pertemuan dengan Presiden yakni tidak ada solusi bagi masalah peradaban dunia kecuali dengan Wasathiyah Islam.

“Oleh karena itu kita berharap nanti pada KTT Bogor ini akan disepakati dan kita keluar dengan satu pesan. Kita sebut Bogor Message, Risalatul Bogor, Pesan Bogor,” tambah Din.

Ke dalam diri umat Islam di dunia, Din menyampaikan agar janganlah lari jauh dari Wasathiyah Islam dan terjebak radikalisme, fundamentalisme, apalagi ekstremisme.

“Tapi marilah kita kembali ke sebuah wawasan yang sentral dalam Islam dan keluar kita ingin usulkan kepada dunia Wasathiyah Islam bisa dipertimbangkan untuk menjadi solusi bagi krisis peradaban dunia dewasa ini,” pungkas Din. (MAY/EN)

Berita Terbaru