171 Daerah Gelar Pilkada Serentak, Presiden Jokowi: Jangan Saling Mencela dan Menjelekkan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 8 Januari 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 13.985 Kali
Presiden Jokowi saat memberikan kuliah umum, di Gedung B Aula Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (8/1) siang. (Foto: Humas/Agung)

Presiden Jokowi saat memberikan kuliah umum, di Gedung B Aula Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (8/1) siang. (Foto: Humas/Agung)

Terkait dengan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di 171 daerah seluruh Indonesia pada 2018 ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan, jangan sampai karena perbedaan pilihan politik antar teman menjadi pecah.

“Enggak boleh. Antar tetangga menjadi tidak berbicara tidak boleh, antar kampung menjadi terbelah juga tidak boleh,” kata Presiden Jokowi saat memberikan kuliah umum, di Gedung B Aula Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (8/1) siang.

Kepala Negara menegaskan, inilah demokrasi yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia. Ia mempersilakan memilih pemimpin yang paling baik yang ada di kabupaten, kota, provinsi, atau yang lebih tinggi lagi juga memilih presiden yang paling baik. Namun ia mengingatkan, setelah pencoblosan harus bersaudara lagi.

“Jangan sampai kita memelihara kebencian atau mencela satu dengan yang lain, saling menjelekkan satu dengan yang lain. Kita tidak menyadari bahwa kita semuanya adalah saudara setanah air. Hanya gara-gara pilihan politik menjadi terpecah, terbelah, tidak boleh,” tegas Presiden Jokowi.

Bangsa Besar
Pada awal kuliah umumnya, Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa Indonesia adalah negara besar, yang memiliki 17 ribu pulau, 714 suku, dan 1.100 lebih bahasa daerah yang berbeda-beda. Ia meminta semua elemen bangsa menyadari betapa sangat besarnya Indonesia itu.

“Itulah kebinekaan yang dianugerahkan Allah pada kita yang patut dan perlu kita syukuri atas kodrat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multikultural, berbeda-beda budayanya, berbeda adat istiadat, berbeda-beda tradisi-tradisi,”ujar Presiden.

Oleh sebab itu, Kepala Negara mengingatkan, agar bangsa Indonesia harus mampu mengelola kebinekaan dan menjadikan perbedaan-perbedaan menjadi sebuah kekuatan.

Kalau perbedaan-perbedaan tersebut bisa dikelola, Kepala Negara meyakini, Indonesia akan menjadi kekuatan besar. “Dengan apa kita mengelola ini? Dengan apa kita mengikatnya? Dengan politik kebangsaan,” terangnya.

Presiden Jokowi meminta semua pihak harus menyadari bahwa meskipun berbeda-beda, semua yang ada di Republik Indonesia ini adalah saudara, saudara sebangsa dan setanah air.

“Walaupun berbeda-beda kita tetap bersatu untuk mencapai cita-cita kemerdekaan kita, walaupun berbeda-beda kita mempunyai tekad yang sama, memiliki tekad yang sama untuk mewujudkan Indonesia yang maju, Indonesia yang berkemajuan,” tegas Presiden Jokowi.

Saat menyampaikan kuliah umum yang dihadiri oleh civitas akademika Universitas Muhammadiyah Kupang itu, Presiden Jokowi didampingi oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. (FID/ES)

 

 

Berita Terbaru