50 Tahun Integrasi Ekonomi ASEAN, Indonesia Jadi Pendiri dan Barometer

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 Agustus 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 14.826 Kali
Acara Forum Bakohumas di Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian (PPSDK) Kemendag, Cimahi, Jawa Barat, Selasa (15/8) siang.

Acara Forum Bakohumas di Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian (PPSDK) Kemendag, Cimahi, Jawa Barat, Selasa (15/8) siang.

Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum Prof. Dr. Henri Subiakto mengatakan, Indonesia bukan hanya pendiri Association of South East Asian Nation (ASEAN) tapi Indonesia adalah barometernya ASEAN. Maka, ketika ekonomi Indonesia berkembang pesat ASEAN juga akan ikut berkembang pesat.

“Karena memang Indonesia adalah negara besar, negara paling kuat di Asia, baik secara sisi geografis maupun penduduk, dan jumlah ekonomi,” kata Henri pada sosialisasi dan publikasi kebijakan perdagangan pada forum tematik Bakohumas dengan tema “50 Tahun Integrasi Ekonomi ASEAN: Manfaatnya Bagi Perekonomian Indonesia,” di Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian (PPSDK) Kemendag, Cimahi, Jawa Barat, Selasa (15/8) siang.

Diakui Henri, bisa jadi negara lain seperti Singapura dan Malaysia perdagangannya atau perekonomiannya lebih maju dari Indonesia.  Tetapi kalau dilihat dari besar PDB (Produk Domestik Bruto), Indonesia adalah negara ke delapan di dunia sebagai sebuah kekuatan ekonomi.

Sebagai sebuah kekuatan ekonomi, Staf Ahli Menkominfo itu mengingatkan, agar Indonesia tidak perlu risau dalam arti besaran ekonomi Indonesia kita adalah negara ke-8, dan diperkirakan tidak perlu memerlukan waktu yang panjang mungkin hanya sampai sekitar 2025 atau mungkin lebih cepat lagi, atau minimal tahun 2030 Indonesia akan menjadi negara ke lima atau ke empat ekonomi terbesar di dunia.

“Itu perkiraan dari World Bank dan juga prediksi dari para ahli ekonomi,” ungkap Henri. Forum Bakohumas diyakini Henri tentu merupakan kesempatan bagi humas-humas K/L, terutama yang bukan dari Kementerian Perdagangan untuk belajar persoalan perdagangan, khususnya perdagangan antar negara di ASEAN yang sudah 50 tahun tadi.

“Kita bisa mengetahui bagaimana kekuatan kita, mengetahui tentang chance atau opportunity, sehingga kita bisa ikut mendorong untuk membantu Kementerian Perdagangan, yaitu menyebarkan informasi, memperkuat daya saing yang memang dibutuhkan,” tutur Henri.

Ditambahkan Staf Ahli Menkominfo Henri Subiakto, tidak ada gunanya kalau menjadi humas atau melakukan komunikasi tapi tidak memahami persoalan yang harus disampaikan. Oleh karena itu, ia mengapresiasi acara yang digelar Kementerian Perdagangan itu sebagai upaya memahami persoalan yang terjadi di Indonesia,  di negara-negara ASEAN, khususnya mengenai perdagangan.

“Dengan demikian mudah-mudahan dengan acara ini kita bisa mensinergikan humas-humas pemerintah untuk menjadi kekuatan komunikasi yang powerful,” pungkas Henri. Acara tersebut juga menghadirkan narasumber Direktur Perundingan ASEAN Donna Gultom. (MIT/DNA/ES)

 

Berita Terbaru