6 Bulan Ke Depan, Presiden Minta Seluruh Daerah Terapkan ‘One Stop Service’

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 4 November 2014
Kategori: Berita
Dibaca: 48.608 Kali
Preside Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla berfoto bersama para gubernur se Indonesia, di halaman Istana Negara, Selasa (4/11)

Preside Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla berfoto bersama para gubernur se Indonesia, di halaman Istana Negara, Selasa (4/11)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para gubernur untuk mendorong terciptanya iklim investasi yang kondisuf, dengan jalan membangun one stop service (pelayanan satu tempat) di setiap provinsi, kabupaten.

Dalam tiga sampai enam bulan ini, kata Presiden, seluruh daerah di  Indonesia sudah harus menerapkan one stop service untuk melayani permohonan perijinan.

“Jangan pikir panjang-panjang segera dimulai. Banyak investor mau masuk ke daerah, pertanyaannya selalu tentang listrik, dan kita selalu tidak siap,” kata Presiden Jokowi dalam pidato pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kabinet Kerja,  di Istana Negara, Jakarta, Selasa (4/11).

Presiden Jokowi juga meminta seluruh Kapolda untuk bertindak cepat mengamankan investasi begitu di daerahnya terjadi krisis energi.

Menyangkut pembangunan infrastruktur demi kalancaran investasi, Presiden Jokowi mengharapkan para gubernur untuk langsung meneleponnya.

Gubernur, bupati, walikota, kata Presiden Jokowi, harus mau turun sendiri ke lapangan mengidentifikasi masalah, mendengar langsungkeberatan warga sekitar proyek, menjelaskan pentingnya ada proyek.

“Di Kalimantan ada proyek pembangunan jalan tol macet hanya gara-gara  terhambat pembebasan lahannya. Kemarin Gubernur Sumatera Utara juga mengatakan lokasi relokasi  warga korban erupsi Gunung Sinabung terkendala pembebasan lahan milik Kementerian Kehutanan. Saya langsung telepon Menteri Kehutanan sehari selesai,” ungkap Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi menilai Indonesia sangat ketinggalan dibanding negara-negara tetangga dalam sektor investasi
Dibagian lain Presiden Jokowi menyebutkan tantangan ekonomi yang kini menghadap Indonesia.

Faktor eksternal meliputi:

* Suku bunga the FED (kenaikan suku bunga 0.25 – 1%);

* Stagnasi harga komoditas global hingga 65%  Ekspor Indonesia tergantung pada komoditas primer;

* Ekonomi Tiongkok melambat . Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor Indonesia dengan nilai  22,6 miliar dolar Amerika Serikat.

Faktor internal:

* Defisit neraca berjalan. Pada 2015 defisit neraca berjalan diperkirakan menembus 3%;

* Membengkaknya subsidi energi, yang pada 2015 diperkirakan akan mencapai Rp 334,7 triliun;

* Ketatnya likuiditas (rasio kredit terhadap dana simpanan nasabah mencapai 90%.

(WID/Humas Setkab/ES)

 

Berita Terbaru