89 Orang Meninggal, 1.613 Personel Lakukan Penanganan Darurat Banjir Sentani, Papua
Sebanyak 1.613 personel tim gabungan dari 23 berbagai instansi dan lembaga masih melakukan penanganan darurat bencana banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Jumlah korban terus bertambah mengingat luasnya wilayah yang terdampak bencana.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya menyebutkan, hingga Selasa (19/3) pagi, Posko Induk Tanggap Darurat mencatat total korban meninggal dunia sebanyak 89 orang yaitu 82 korban meninggal akibat banjir bandang di Kabupaten Jayapura dan 7 korban meninggal dunia akibat tanah longsor di Ampera, Kota Jayapura.
Menurut Sutopo, Tim SAR gabungan pada Senin (18/3) berhasil menemukan 13 jenazah yaitu 4 jenazah di Kampung Sereh Tua, 2 jenazah di Danau Sentani, 3 jenazah di BTN, 2 jenazah di BTN Nauli 2, 1 jenazah di BTN Citra Buana, dan 1 jenazah di Kampung Hobong.
Tim SAR gabungan akan terus mencari korban karena diperkirakan masih ada korban yang belum ditemukan, kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB itu.
Jumlah korban hilang sesuai laporan dari keluarga dan masyarakat, menurut Sutopo, sebanyak 74 orang yaitu 34 orang dari Kampung Milinik, 20 orang dari BTN Gajah Mada, 7 orang dari Komplek Perumahan Inauli, 4 orang dari Kampung Bambar, 2 orang dari BTN Bintang Timur, 1 orang dari Sosial, 1 orang dari Komba dan 3 orang dari Taruna Sosial. Sementara itu sebanyak 159 orang luka-luka yaitu luka-luka 84 orang luka berat dan 75 orang luka ringan.
Sutopo menjelaskan, jumlah pengungsi terus bertambah. Banyak masyarakat yang memilih tinggal di pengungsian karena trauma dan takut akan adanya banjir bandang susulan. Akibatnya di beberapa titik pengungsian berjubel pengungsi, ungkap Sutopo.
Berdasarkan data BNPB, menurut Sutopo, tercatat ada 6.831 orang pengungsi yang tersebar di 15 titik pengungsi. Sebaran dari 6.831 pengungsi adalah:
- BTN Bintang Timur: 600 orang;
- BTN Gajah Mada: 1.450 orang;
- Doyo Baru: 203 orang;
- Panti jompo: 23 orang;
- HIS Agus Karitji: 600 orang;
- Siil: 1.000 orang;
- Gunung Merah (Posko Induk) : 1.391 orang;
- Asrama himles : 50 orang;
- Kompi D: 108 orang;
- Puspenka Hawai: 123 orang;
- Yayasan Abdi Nusantara: 900 orang;
- Kampung Netar: 43 orang;
- Permata Hijau: 120 orang;
- Panti Jompo: 23 orang:
- Rindam: 220 orang
Dapur umum, pos pelayanan kesehatan dan posko sudah didirikan. Namun masih diperlukan beberapa kebutuhan mendesak seperti MCK, air bersih, permakanan, matras, selimut, pakaian layak, genset, peralatan dapur, psikososial, dan sebagainya.
Siagakan Relawan
Sementara data dampak kerugian dan kerusakan juga terus bertambah seiring masuknya data laporan ke posko. Kerugian sementara akibat bencana banjir bandang di Sentani meliputi 350 unit rumah rusak berat, 3 unit jembatan rusak berat, 8 unit drainase rusak berat, 4 jalan rusak berat, 2 unit gereja rusak berat, 1 unit masjid rusak berat, 8 unit sekolah rusak berat, 104 unit ruko rusak berat dan 1 unit pasar rusak berat.
Untuk data korban terdampak adalah 11.725 KK yang terdapat di tiga distrik (kecamatan) yaitu Distrik Sentani, Waibu dan Sentani Barat, sambung Sutopo.
Kepala BNPB Doni Monardo memimpin langsung rapat kordinasi sekaligus evaluasi penanganan bencana banjir bandang Sentani di Jayapura. Didampingi Kepala Basarnas dan Wakil Gubernur Papua, Kepala BNPB menyampaikan langsung evaluasi tinjauan lapangannya hari ini.
Kepala BNPB mengatakan hal yang terpenting saat ini adalah mengelola pengungsi dan jangan sampai ada yang mengeluh. “Kita akan memenuhi antara lain air bersih, MCK, selimut, dan matras” ucapnya. Logistik, makan dan bantuan-bantuan lainnya, lanjut Doni, akan terus ditambah dari bantuan berbagai pihak. Unsur relawan, TNI dan Polri akan disiagakan disetiap titik pengungsian.” Anak-anak yang paling terpenting, jangan sampai ada yang sakit di pengungsian” tambahnya.
Kepala Basarnas Bagus Puruhito menjelaskan akan terus membantu dalam pencarian orang hilang dan akan mengecek dan meningkatkan pencarian korban. “Kami juga membutuhkan peralatan berat (eksavator) untuk evakuasi dan pencarian korban” ujarnya.
Selama masa tanggap darurat selama 14 hari setiap hari akan ada rapat koordinasi untuk mempermudah evakuasi dan penanganan yang efektif. “Setiap hari, pukul 20.00 WIT akan ada rapat kordinasi di kantor Bupati Jayapura yang dipimpin Kalaksa BPBD Pemprov Papua,” ucap Kepala BNPB. (EN/Humas BNPB/ES)