Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2024 dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award, di Istana Negara, Provinsi DKI Jakarta, 14 Juni 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 14 Juni 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 261 Kali

Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2024 dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award, 14 Juni 2024

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Bapak-Ibu para peserta Rakornas Pengendalian Inflasi yang saya hormati,
Pertama-tama, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang telah kerja keras yang telah berusaha keras untuk mengendalikan inflasi, sehingga yang terakhir di bulan Mei yang lalu inflasi kita berada di angka 2,84 persen. Ini merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Kalau kita ingat di tahun, 9-10 tahun yang lalu, inflasi kita masih berada di angka 9,6 persen, Pak Gub, ya, 9,6 persen. Dan, atas usaha keras kita, sekali lagi, berada di angka 2,84 [persen].

Saya tahu, setiap minggu oleh Mendagri diabsen satu per satu inflasinya berapa, dibuka secara gamblang berapa angkanya di provinsi ini, di kabupaten ini, di kota ini, sehingga semuanya tahu. Setiap ke daerah juga yang saya tanyakan sekarang selalu, “Inflasinya berapa, Pak Gub?” “Growth-nya, pertumbuhan ekonominya berapa, Pak Bupati, Pak Wali Kota?” Selalu saya tanyakan itu, supaya kita semuanya peduli, aware terhadap hal yang sangat penting. Karena begitu inflasi naik, misalnya 9,6 [persen], pertumbuhan ekonomi kita di angka 5, berat, yang merasakan adalah rakyat. Sekarang inflasinya 2,84 [persen], growth/pertumbuhan ekonominya 5,11 persen. Nah, ini segar. Segar, kalau seperti ini.

Tapi, kita harus tetap waspada. Hati-hati, tidak boleh lengah, tantangan ke depan tidak mudah. Saya kira Bapak-Ibu semuanya sudah mendengar warning dari Sekjen PBB, bahwa dunia menuju pada neraka iklim. Ngeri. Neraka iklim. Suhu akan mencapai rekor tertinggi lima tahun ke depan, hati-hati. Satu tahun terakhir ini, kita merasakan betul adanya gelombang panas, periode terpanas. Di India bahkan sampai 50 derajat Celcius, di Myanmar 45,8 derajat Celcius, panas sekali.

Kalau orang panas, mungkin bisa masuk ke rumah, berteduh bisa. Tapi urusan pangan, hati-hati masalah ini. FAO [Food and Agriculture Organization] mengatakan bahwa jika didiamkan seperti sekarang ini enggak ada pergerakan apa-apa, 2050 dunia akan mengalami kelaparan berat, akan mengalami kelaparan. Ini yang harus direncanakan, diantisipasi sejak mulai sekarang, karena diperkirakan 50 juta petani akan kekurangan air, enggak ada air, dan akan masuk kepada tadi, kekurangan pangan.

Artinya apa? Jangan main-main urusan kekeringan. Jangan main-main urusan gelombang panas. Larinya nanti bisa ke inflasi. Begtu stok tidak ada, produksi berkurang. Produksi berkurang, stok tidak ada, artinya harga pasti akan naik. Otomatis itu. Hukum pasar memang seperti itu. Dan itu adalah urusan kehidupan, urusan kehidupan manusia. Sekali lagi, begitu produksi karena panas urusan air enggak kita urus, produksi turun, stok menipis, otomatis harga pasti naik, otomatis juga inflasi pasti akan naik lagi. Rentetan ini yang harus diantisipasi, direncanakan. Dan, korbannya sekali lagi, rakyat.

Oleh sebab itu, dalam tiga bulan ini Kementerian Pertanian, Kementerian PU[PR] sudah saya perintahkan bekerja sama dengan TNI, dengan Panglima TNI dan Kodam-Kodam untuk secepatnya memasang/ membangun pompa-pompa. Mungkin 20-an ribu pompa akan kita pasang di daerah-daerah yang memiliki produksi utamanya beras, tapi bukan hanya beras saja, utamanya beras. Pompa [air] dari sungai, naikkan ke atas untuk mengairi sawah, baik itu sungai besar, maupun sungai sedang, maupun sungai kecil. Semuanya manfaatkan air, jangan biarkan air terus masuk ke laut. Pompa.

Beberapa sudah dikirim, saya kira ke Kodam-Kodam. Saya cek kemarin di Jawa Tengah sudah masuk pompanya 1.400, tapi akan tambah lagi, terutama daerah-daerah produksi. Akan saya cek di lapangan, sehingga betul-betul saat kering karena El Nino nanti di beberapa wilayah mungkin di bulan Juli sudah mulai, mungkin yang masuk ke Agustus, September, Oktober kita siap, sehingga produksi tidak turun. Itu golnya kenapa dipasang pompa. Meskipun, kita dalam 10 tahun ini memiliki target membangun waduk, 61 waduk dan bendungan. Yang sudah saya resmikan 43 bendungan. Tapi, air ini juga harus diteruskan sampai ke sawah, harus ada saluran primernya, harus ada irigasi sekundernya, harus ada irigasi tersiernya sehingga sampai betul ke sawah, sehingga meningkatkan produksi yang sebelumnya mungkin hanya satu kali panen menjadi tiga kali panen. Ini yang nanti akan menjaga inflasi kita tidak naik.

Yang ketiga, terakhir yang saya ingat, sudah saya resmikan Waduk Tiu Suntuk di NTB, Pak Gub. Kemudian Waduk Ameroro di Sultra [Sulawesi Tenggara], sudah. Dan yang terakhir [Waduk] Sepaku Semoi di Kaltim [Kalimantan Timur]. Nanti setelah ini akan ada yang selesai-selesai, langsung kita resmikan semuanya. Sehingga sekali lagi, saya minta yang menjadi kewajiban pusat kerjakan pusat, yang menjadi kewajiban provinsi kerjakan provinsi, yang menjadi kewajiban kabupaten/kota juga dikerjakan oleh kabupaten/kota. Sehingga, kita betul-betul kerja semuanya terintegrasi.

Dan, sekarang adalah eranya teknologi, eranya smart system. Utamanya yang di kabupaten kita harus bisa meng-upgrade sistem pertanian kita menjadi smart agriculture, terutama untuk unggulan-unggulan yang ada di daerah kita masing-masing. Lakukan penelitian, enggak usah banyak-banyak semua diteliti, enggak usah. Yang menjadi unggulan satu saja, teliti, riset daerah. Karena daerah kita ini bentangannya sangat panjang dan setiap daerah memiliki unggulan-unggulan. Itu saja, enggak usah meneliti sampai ratusan. Satu saja, tapi yang unggulan. Melakukan riset, buat percontohan, berhasil, copy, replikasi. Tugas kita itu.

Dan juga, undang investasi untuk membangun industri pengolahan, untuk membangun pabrik pengolahannya, sehingga nilai tambah dari setiap produksi yang ada di pertanian, perkebunan kita menjadi berlipat.

Bangun juga sistem distribusi yang terintegrasi, ini sudah dilakukan sekarang oleh RRT, sehingga betul-betul sistem distribusinya betul-betul terintegrasi betul. Saya kira kalau koordinasi pusat dan daerah bisa berjalan, apa yang tadi saya sampaikan akan bisa kita lakukan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Apa yang sudah kita capai agar kita terus perbaiki, sehingga inflasi bisa kita jaga dan produktivitas, utamanya di pertanian [dan] perkebunan kita juga terus bisa kita jaga dengan baik.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru