Sambutan Presiden Joko Widodo Pada Peresmian Pembukaan Rapat Koordinasi Penetapan dan Penyerahan Apresiasi Badan layanan Umum (BLU), 22 November 2016, di Istana Negara, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 22 November 2016
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 6.644 Kali

Logo-Pidato2Bismillahirahmanirahim,
Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh,
Bapak, Ibu, Saudara-saudara sekalian, hadirin yang berbahagia.

Beberapa hari dalam 2-3 minggu ini, kita disuguhkan oleh berita-berita yang berkaitan dengan naik kuda, yang berkaitan dengan makan siang dengan ikan bakar. Kemarin makan siang mie goreng dan mie godhog. Tadi pagi sarapan pagi, makan pagi dengan… belum keluar karena baru pagi tadi. Nanti dibaca sendiri. Dengan Pak Prabowo, dengan Ibu Mega, dengan Pak Surya Paloh.

Kelihatannya ada sesuatu yang sangat serius sekali. Padahal, hal-hal seperti itu harian kita lakukan. Hanya tidak di-publish, tidak diketahui oleh media. Makan siang, makan malam, makan pagi, ya biasa saja. Tapi ini kelihatannya media perlu tahu, ya sudah kita buka makan siangnya, makan paginya.

Sekarang kita masuk yang serius, masalah BLU. Sudah lama kita mendengar keluhan dari rakyat bahwa yang namanya pelayanan di instansi pemerintah itu sering identik dengan kurang cepat atau lambat, kemudian berbelit-belit. Ini masalah persepsi, tapi banyak benarnya. Tempat pelayanan yang tidak nyaman, petugas yang melayani tidak pernah tersenyum, cemberut, tidak ramah, dan kurang bersikap profesional.

Keluhan-keluhan masyarakat, keluhan-keluhan rakyat seperti ini membuat sentra-sentra pelayanan yang disediakan oleh pemerintah ini makin kalah bersaing dengan layanan yang diberikan oleh swasta. Ini fakta yang harus kita terima. Apalagi saat  ini juga rakyat semakin kritis, sering merespon pelayanan publik yang diberikan pemerintah. Gampang sekali sekarang ini. Begitu ada layanan yang enggak baik, tahu-tahu keluar di media sosial. Ada yang berbentuk video, ada yang berbentuk komentar-komentar. Dan itu tidak bisa kita cegah sekarang ini. Apapun, pasti gampang sekali. Ada yang melayani cemberut, tahu-tahu mukanya cemberut keluar di medsos. Banyak seperti itu. Di instagram juga sama, tahu-tahu ada foto, masuk.

Karena memang dunia sekarang ini betul-betul sudah sangat terbuka dan rakyatnya semakin tahu hak-haknya. Dan selanjutnya akan menuntut sebuah standar pelayanan yang harus baik. Harapan rakyat pada kualitas pelayanan publik juga akan semakin meningkat ketika rakyat semakin sadar dalam membayar pajak. Saya sudah bayar pajak, saya juga akan menuntut hak saya dalam hal pelayanan. Untuk itu, kita harus benahi semuanya. Langkah-langkah perbaikan harus dilakukan.

Jika sentra-sentra pelayanan publik tidak mau berubah, tidak mau memperbaiki, tidak mau berbenah, maka saya pastikan sentra-sentra pelayanan itu akan ditinggal oleh rakyat, akan ditinggal oleh masyarakat. Bukan hanya ketinggalan dibandingkan  dengan layanan swasta, tapi juga akan kalah bersaing dengan pelayanan yang diberikan oleh sentra-sentra pelayanan  yang nanti bisa saja dimiliki oleh asing. Ini hati-hati.  Hati-hati dan ini harus kita benahi, ini harus kita perbaiki.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Kuncinya adalah kemauan. Kemauan untuk berubah, kemauan untuk memperbaiki, kemauan untuk membenahi. Karena keterbukaan dan persaingan bukan hal yang perlu kita takuti. Tetapi, jika digunakan sebagai momentum untuk memperbaiki, ini akan menjadikan layanan kita lebih baik kedepan.

Saya ingat, tahun-tahun ‘70-an, ’75-an, bank-bank BUMN kita kualitasnya kalau kita bandingkan dengan bank-bank swasta, apalagi bank-bank asing, jauh sekali. Tetapi dengan kompetisi, dengan keterbukaan yang ada, sekarang kita lihat bank-bank BUMN kita justru memenangi persaingan itu. Dan bisa lebih baik dari bank-bank swasta, bisa lebih baik dari bank-bank asing. Baik di sisi pelayanan, baik di sisi keuntungan, semuanya menang. Artinya, kita ini kalau mau, bisa.

Saya ingin mengingatkan bahwa perubahan menjadi BLU jangan hanya dilihat semata-mata perubahan dari aspek teknis laporan keuangan dan pertanggungjawaban, bukan itu. Goal-nya bukan di sini. Tapi harus dipandang sebagai momentum untuk menerapkan tata kelola manajemen yang efisien, yang lebih efisien, dan lebih produktif. Karena dengan format BLU, instansi layanan publik akan memiliki ruang yang lebih besar, ruang otonomi yang lebih besar, dan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan sebelumnya, lebih lincah, lebih fleksibel. Tapi ingat bahwa fleksibilitas itu bukan tujuan, karena fleksibilitas merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat, kepada rakyat. Jangan sampai berlomba-lomba menjadi BLU tapi pelayanan tidak ada perbaikan, enggak ada artinya. Kalau berubah berarti pelayanan harus lebih baik.

Saya berharap, perubahan ini juga menjadi titik penting untuk menerapkan standar-standar pelayanan yang berkualitas. Selain itu, perubahan ke BLU juga bisa dilihat sebagai momentum untuk menjalankan prinsip-prinsip bisnis yang sehat, seperti yang umumnya dilakukan oleh korporasi swasta. Tapi ingat juga, walaupun dikelola seperti manajemen korporasi tapi tidak kehilangan misi utamanya untuk memberikan pelayanan kepada rakyat, kepada masyarakat. Bukan mengutamakan pencarian keuntungan. Keseimbangan ini yang harus betul-betul dijalankan. Dengan demikian, perubahan BLU diharapkan bukan hanya akan membuat layanan kepada masyarakat menjadi lebih baik, tapi juga tetap menjaga tanggung jawab publik dengan tarif yang terjangkau oleh rakyat, tarif yang terjangkau oleh masyarakat.

Akhirnya dengan mengucap bismillahirahmanirrahim Rapat Koordinasi Badan Layanan Umum tahun 2016 saya nyatakan resmi dibuka.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Lihat juga:
Video Rapat Koordinasi, Penetapan dan Penyerahan Apresiasi Badan Layanan Umum (22/11)

Transkrip Pidato Terbaru