Bandingkan Dengan Negara Lain, Presiden Jokowi: Tidak Ada Hal Yang Menyebabkan Kita Pesimis

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 November 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 31.180 Kali
Presiden Jokowi menyalami peserta Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2016, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (22/11) malam. (Foto: Kris/Setpres)

Presiden Jokowi menyalami peserta saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2016, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (22/11) malam. (Foto: Kris/Setpres)

Jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang masih pada posisi belum normal,  pertumbuhan ekonomi Indonesia  pada triwulan I tahun 2016 yang mencapai 4,94 persen; kemudian triwulan II mencapai 5,18 persen; dan pada triwulan III mencapai 5,02 persen, masih pada posisi yang sangat baik. Karena itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan jika masih ada  pesimistis sejumlah kalangan.

“Kenapa kita tidak sangat optimis untuk menuju ke depan? Saya kira tidak ada hal yang menyebabkan kita ini pesimis sebetulnya. Tidak ada,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pembukaan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2016, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (22/11) malam.

Presiden menambahkan, inflasi juga sangat terjaga. Pada tahun yang lalu 3,53 persen tahun ini mungkin 3,3 persen. Defisit transaksi berjalan, lanjut Presiden, juga masih pada posisi yang bisa dikendalikan dengan baik.

Tiga Hal Yang Harus Dikerjakan

Menurut Presiden, “Memang kita ini senangnya gosip sama isu. Karena itu, kalau ada isu-isu yang tidak baik, kecil, itu di-gede-in itu. Ini yang menyebabkan kita tidak mempunyai rasa optimis yang tinggi. Meskipun kalau kita lihat survei terakhir, negara mana yang paling optimis di dunia, kita ini pada rangking yang kedua, termasuk negara yang paling optimis setelah Tiongkok,” ungkap Presiden.

Yang paling penting, menurut Presiden, sekarang maupun ke depan, bagaimana kita bisa meningkatkan daya saing kita. Ini penting sekali. Dalam kemudahan berusaha, dalam ease of doing business, Presiden Jokowi menilai, loncatan dari tahun kemarin di tahun ini sudah sangat bagus sekali. Dari yang sebelumnya pada kondisi 106 sekarang sudah 91. “Ada loncatan yang jauh sekali,” ujarnya.

Presiden menjelaskan, dalam hal kemudahan berusaha, ada 3 (tiga) hal penting dan harus segera dikerjakan. Yang pertama adalah urusan yang berkaitan dengan korupsi dan pungli. Yang kedua, yang berkaitan dengan inefisiensi birokrasi kita. Kemudian yang ketiga, mengejar ketertinggalan kita dalam pembangunan infrastruktur, menyiapkan infrastruktur.

“Tiga hal ini saya kira yang menjadi pokok yang harus kita kejar terus. Kenapa deregulasi itu kita lakukan, kenapa kita sederhanakan hal-hal yang meruwetkan? karena kita ingin kejar tiga ini. Kita mau fokus di tiga hal ini. Kalau ini bisa diselesaikan, saya meyakini kita akan mempunyai sebuah fondasi yang baik untuk tinggal landas menuju ke level yang lebih baik,” tutur Presiden.

Selain daya saing, menurut Presiden, yang paling penting bagaimana meningkatkan produktivitas kita, ini penting sekali, produktivitas. Karena di sisi inilah kita sangat, sangat kurang sekali. Apa yang harus kita lakukan di sini? Menurut Presiden, kita harus mengubah hal-hal yang dulu konsumtif, masuk ke hal-hal yang produktif, seperti yang dilakukannya dengan memotong langsung subsidi harga Bahan Bakar Minyak (BBM), yang pada 2014 saja mencapai Rp 300 triliun.

“Itu kita alihkan ke hal-hal yang produktif, baik membangun irigasi, baik untuk pendidikan, baik untuk memperbaiki pelayanan kesehatan. Kita harapkan dengan produktivitas itulah kita nantinya bisa berkompetisi, bisa bersaing dengan negara-negara yang lain,” jelas Presiden.

 

Pembukaan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2016 itu dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua DPR RI Ade Komarudin, dan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan. (UN/ES)

 

Berita Terbaru