Sambutan Presiden Joko Widodo pada acara Peresmian Pembukaan Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri Tahun 2016, di Hotel Borobudur, Jakarta, 1 Desember 2016
Bismilahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya
Yang saya hormati, Ketua DPR, Ketua MPR, yang pada pagi hari ini hadir,
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Kerja dan seluruh Duta Besar yang hadir,
Yang saya hormati, senior kita, Bapak Aburizal Bakrie,
Yang saya hormati, Ketua Umum KADIN beserta seluruh jajaran pengurus KADIN, dari seluruh tanah air, dari Sabang sampai Merauke, dari seluruh provinsi, dari seluruh kabupaten/kota yang ada di negara kita.
Tamu undangan yang berbahagia,
Saya tadi agak keliru sedikit, karena tidak ada yang membisiki saya. Kalau tadi ada yang membisiki saya, Pak, kostumnya putih. Pasti saya akan pakai putih. Karena biasanya, harian saya putih. Karena ndak ada yang bisiki ke telinga saya.
Yang kedua, sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ketua dan seluruh jajaran pengurus KADIN karena kerja sama kita, antara pemerintah dan KADIN terutama dalam vocational training. Ini bener-bener akan menjadikan pekerjaan besar kita. Karena apapun ke depan, dengan bonus demografi yang kita punyai, tanpa kita injeksi, tanpa kita suntik dengan training-training yang meningkatkan skill tenaga kerja kita, sulit kita akan bisa bersaing dengan negara-negara yang lain.
Problem besar kita, baik yang tercermin dalam indeks daya saing, dalam ease of doing business kita. Ada 3 hal besar yang juga sering disampaikan oleh Ketua KADIN, yaitu yang berkaitan dengan korupsi, yang pertama. Yang kedua, yang berkaitan dengan inefisiensi birokrasi kita dan yang ketiga, yang berkaitan dengan ketertinggalan infrastruktur kita. Inilah tiga hal yang terus akan fokus, akan saya kejar agar ketertinggalan itu bisa kita perbaiki.
Yang ketiga, kebetulan dalam minggu-minggu ini, saya banyak bertemu dengan investor internasional. Kemarin di Forbes Global CEO Conference di Jakarta, kita bertemu dengan investor-investor besar, dari luar. Ini menunjukkan bahwa trust, kepercayaan mereka terhadap ekonomi kita, ini kelihatan, dipandang sangat positif. Meskipun kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi kita, misalnya dibandingkan India dan China, kita masih kalah, kita pada posisi nomor 3. Tetapi menurut saya, kualitas pertumbuhan ekonomi kita sekarang ini lebih konkret, lebih riil. Karena apa? Meskipun tumbuhnya sangat tipis sekali, sangat kecil sekali. Tetapi kalau kita lihat dari gini rasionya turun, dari sisi angka kemiskinan juga turun, dari sisi tingkat pengangguran, juga data-data yang kita punyai juga turun. Artinya bukan hanya masalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi kalau 3 hal ini tidak bisa tergarap dengan baik, ya percuma. Artinya apa, pertumbuhan ekonomi itu hanya dinikmati oleh kelompok-kelompok tertentu, yang tidak menyebar kepada masyarakat. Saya kira bedanya di situ.
Kemudian selain bertemu dengan investor-investor dari Forbes, juga delegasi investor yang kemarin saya terima juga besar-besar, dari Taiwan. Dan mereka, yang saya rasakan, ini terasa sekali, mulai ada perubahan. Kalau dulu waktu bertemu, ini kelihatan, feeling saya mengatakan, feeling bisnis saya menyatakan, oh ini baru minat. Tetapi kemarin waktu bertemu, sudah feeling saya mengatakan sudah yang lain, oh sudah niat untuk investasi di negara kita.
Karena kalau minat itu sudah rasanya sudah cukup lama. Biasanya kalau minat ini campur dengan masih wait and see, dan minat masih kadang-kadang campur dengan melihat perizinan kita yang mereka juga kadang-kadang ragu. Tapi sekarang kelihatannya, sekali lagi, sudah bergeser pada niat. Dan pembicaraannya sudah mulai spesifik. Kalau dulu masih umum, umum, sekarang sudah mulai spesifik. Kemarin saya rasakan, mulai bicara masalah angka.Saya kan juga pasti saya kejar, kalau berhadapan dengan saya pasti saya kejar, angkanya berapa yang mau diturunkan ke sini. Angka.
Kemudian sudah berbicara masalah lokasi, artinya sudah betul-betul kelihatan mulai ke spesifik. Kemudian juga time frame, jangka waktu, juga mereka sudah mulai bicara. Ini saya kira hal-hal seperti ini, kepercayaan dan trust seperti ini yang terus harus kita injeksi agar betul-betul nantinya menjadi sebuah realisasi.
Maka yang menjadi sangat penting, kita harus mengkapitalisasi momentum ini, harus dikapitalisasi momentum seperti ini. Jangan pas sentimen investor naik, kita malah kehilangan momentum. Meskipun masih, ini pas lagi ada masalah politik. Tapi tadi sudah disampaikan oleh Ketua Umum, Pak Roslan, bahwa pengusaha pun sekarang sudah bisa memilah. Ini adalah wilayah ekonomi, ini adalah wilayah politik dan tidak campur. Ini yang akan, ini yang akan mendewasakan kita. Yang urusan politik ya urusan politik, yang urusan ekonomi ya urusan ekonomi. Tidak campur aduk. Ini yang akan mematangkan kita dan mendewasakan kita.
Yang urusan pergantian Ketua DPR. Ya sudah, urusan Ketua DPR. Karena saya sering ditanya. Pak, gimana? Itu wilayah di legislatif, wilayah di DPR, bukan wilayah saya, wilayah saya wilayah eksekutif jadi jangan ditanyakan kepada saya. Wilayah ekonomi wilayah ekonomi, wilayah politik wilayah politik, ini yang terus akan apa, saya sampaikan kalau pas saya ke daerah. Jangan sampai karena masalah politik, ekonomi menjadi goyah. Ndak, kita harus semakin dewasa dan semakin matang dalam berpolitik dan beraktivitas ekonomi.
Jadi meskipun lagi ada sedikit masalah politik, tensi politik, karena sebetulnya ini masalah apa sih. Masalah pilkada, pemilihan gubernur, pemilihan walikota, pemilihan bupati, masalah ini, dan tahun-tahun yang lalu pasti tensinya naik. Jadi sekali lagi, meskipun lagi ada masalah politik, kita tidak boleh kehilangan fokus, kita tidak boleh kehilangan konsentrasi. Jangan sampai kita kehilangan momentum ini. Karena kalau sentimen kepercayaan, sentimen trust itu kempes lagi, untuk memanaskan ini memerlukan waktu yang lama.
Saya mohon bantuan para pimpinan dan seluruh anggota KADIN untuk menjaga momentum positif ini dari sisi investasi yang lagi menguat. Ini juga peluang, saya perlu mengingatkan, ini adalah peluang yang amat baik untuk seluruh anggota KADIN. Karena setiap investor pasti akan mencari partner lokal, partner domestik, ambillah kesempatan ini.
Baik yang bergerak di industri, baik yang di, bergerak di bidang perhotelan, baik yang bergerak di sisi kontraktor. Saya kira kesempatan itu, sekarang ini sangat banyak yang bisa kita ambil peluangnya. Atau juga ikut mengembangkan sarana pendukung dan jasa pendukung yang dibutuhkan oleh investor yang masuk ke Indonesia. Semakin banyak arus uang masuk ke negara kita, semakin banyak investasi yang masuk ke negara kita. Saya pastikan pertumbuhan ekonomi kita akan semakin baik.
Karena sekali lagi, kita membutuhkan anggaran, misalnya untuk infrastruktur saja dalam lima tahun kurang lebih Rp. 4.900 triliun. Dari APBN hanya sanggup menyiapkan Rp. 1.500 triliun, sisanya dari mana? Ya dari swasta, tidak ada yang lain. Artinya 70 persen itu yang berperan adalah swasta, pemerintah hanya kurang lebih 30 persen. Ini kalau orang bisnis melihat seperti itu, ini peluang, ini opportunity yang bisa dikejar dan diambil.
Yang juga saya lihat menyolok sekali, investasi investor yang datang, banyak yang bertanya soal pariwisata. Artinya nanti juga masuk ke sisi properti. Karena kebetulan memang yang datang, memang banyak yang juga apa, pemilik-pemilik hotel, dan pemilik-pemilik properti besar. Karena juga pemerintah sekarang ini memang sedang mengembangkan 10 destinasi wisata baru. Baik yang berada di Danau Toba, di Wakatopi, di Pulau Komodo, di Labuan Bajo, di Mandalika, di Nusa Tenggara Barat dan lain-lainnya.
Saya kira dengan pengembangan pariwisata ini, kita harapkan nantinya pada 2019, target saya kepada Menteri Pariwisata dari tahun yang lalu hanya 9 juta wisatawan yang ke Indonesia, saya sudah targetkan 2019 harus sudah mencapai 2 kali lipat lebih yaitu lebih dari 20 juta. Karena Malaysia 24 juta, Thailand, terakhir saya tanyakan kepada Menteri Pariwisata-nya 29,8 juta wisatawannya.
Padahal destinasi lokasi wisata kita jauh lebih baik, jauh lebih banyak, tapi hanya 9 juta. Target saya pada Menteri Pariwisata 20 juta. Nanti kalau tidak ketemu 20 juta berarti, ya dicopot. Sehingga saya minta kepada Kepala BKPM untuk memberikan perhatian khusus pada investasi di sektor pariwisata. Karena sektor ini untuk men-trigger ekonomi, terutama yang berada di UMKM, yang berada di usaha-usaha kecil, usaha-usaha mikro, ini sangat berdampak sekali.
Kemudian tadi, yang berkaitan dengan vocational training, dengan pendidikan kejuruan, dimana pemerintah dan KADIN sudah bekerja sama di bidang ini. Tapi saya minta memang dalam jumlah yang besar, jumlah besar-besaran. Tadi sudah, saya mendapatkan angka dari Pak Roslan dan Pak Menko Ekonomi, angkanya masih jauh dari yang kita harapkan. Karena yang dibutuhkan adalah sebuah training besar-besaran dalam jumlah yang jutaan, bukan hanya ribuan tetapi harus jutaan. Inilah yang harus kita kerjakan. Karena kondisi tenaga kerja kita, tadi sudah disampaikan, yang SD berapa, yang SMP berapa, yang SMA berapa, kondisinya seperti itu, jadi harus diinjeksi.
Salah satu hal, sekali lagi, yang mendapatkan perhatian semakin insentif dan saat ini akan terus saya dorong adalah vocational training, pendidikan vokasional. Dan kalau nanti, banyak investor membangun kawasan wisata, misalnya hotel, resort, cottage akan membutuhkan tenaga terampil yang sangat banyak. Baik juru masa, tenaga dapur, pelayan restoran, housekeeping, banyak sekali. Dan menurut saya, sistem vokasional yang paling baik, dan yang bener-bener jalan, adalah yang kita kemarin lihat di Jerman. Itu betul-betul jalan. Dan di sana yang juga sangat berperan adalah KADIN di Jerman. Jadi di sini juga nantinya yang sangat berperan kita harapkan juga dari KADIN. Karena masuk akal memang harusnya yang paling tahu kebutuhan swasta adalah ya swastanya sendiri bukan regulatornya. Jadi saya selalu sampaikan kepada Menteri, Menko Ekonomi, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, carilah informasi yang betul dari KADIN karena KADIN menjadi payung dari semua asosiasi yang ada.
Ya sama misalnya mesin untuk bikin mebel, yang tahu ya orang-orang mebel, bukan orang birokrasi, bukan orang birokrasi. Jadi kalau nanti beli mesin untuk vocational training, ya tanya ke yang ngerti. Jangan langsung beli. Yang dibeli mesin yang sudah jaman dulu.
Dan juga di sistem SMK kita. Di SMK kita ini, hampir 70 persen, gurunya adalah guru normatif bukan guru yang memiliki skill untuk memberikan training. Yang saya lihat di Jerman dengan di kita, perbedaannya itu, 70 sampai 80 persen itu adalah guru-guru normatif. Guru normatif itu apa misalnya, guru PPKN, guru apalagi, guru Matematika, guru Fisika, guru Biologi. Padahal yang dibutuhkan di SMK kita adalah training yang sebanyak-banyaknya. Inilah yang juga akan kita rubah. Guru-guru normatif nanti akan kita training-kan agar mereka bisa memberikan pembelajaran bagaimana meng-ensemble mesin, bagaimana memperbaiki mesin, bagaimana membuat pintu, bagaimana membuat jendela, bagaimana membangun sebuah rumah. Praktek-praktek seperti itu yang saya lihat, di Jerman, di Korea Selatan, yang terus mereka dorong, bukan pendidikan-pendidikan yang normatif.
Mungkin itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, saya minta kerja sama antara kementerian dengan KADIN, antara pemerintah dengan KADIN terus ditingkatkan dari pusat sampai ke daerah sehingga betul-betul pergerakan ekonomi kita akan memberikan manfaat pada masyarakat, pada rakyat.
Terakhir dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) KADIN Tahun 2016 resmi dibuka.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh