Membangun Kejayaan Bangsa Melalui Sepakbola

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 Februari 2017
Kategori: Opini
Dibaca: 114.706 Kali

IMG-20160726-WA0000Oleh : Thanon Aria Dewangga *)

Saya ingin sepak bola kita adalah sepak bola yang mempersatukan, sekali lagi sepak bola yang mempersatukan, sepak bola yang berorientasi pada prestasi, sepak bola yang mampu menjadikan hiburan yang sehat bagi seluruh rakyat Indonesia (Presiden Jokowi).

Dalam sejarah pelaksanaan Rapat Terbatas atau Sidang Kabinet di negara kita, baru pada era Presiden Jokowi sepakbola menjadi topik bahasan khusus dalam Rapat Terbatas di Kantor Presiden. Bahkan aktivis Save Our Soccer, Akmal Marhali mencatat dalam rentang setahun Presiden Jokowi tercatat hadir di lapangan sepakbola antara lain Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, Piala Sudirman, Piala Bhayangkara, Piala Presiden I, Semifinal dan Final laga kandang Piala AFF 2016.

Ada pesan dari banyak kehadiran Presiden tersebut antara lain rindunya prestasi tim nasional kita di event dunia yang secara tidak langsung akan turut mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. Joseph Nye mengatakan soft power is the ability to get what you want through attraction rather than coercion or payments. It arises from the attractiveness of a country’s culture, political ideals, and policies. When our policies are seen as legitimate in the eyes of others, our soft power is enhanced. Saat ini negara-negara lain habis-habisan menggarap nation brand-nya masing-masing.

Dengan menggarap brand power, secara otomatis akan meningkatkan daya saing negara tersebut. Membangun reputasi negara melalui soft power menjadi alternatif di tengah ketidakpastian ekonomi global yang saat ini melanda dunia. Diplomasi kebudayaan dan diplomasi gastronomi menjadi pilihan selain tentunya diplomasi olahraga.

Sejarah mencatat keberhasilan Presiden Nelson Mandela dalam mempersatukan dan mengharumkan negerinya melalui olahraga favorit Afrika Selatan yaitu rugby. Setelah terpilih menjadi Presiden Afrika Selatan, Mandela berusaha mempersatukan negerinya yang terpecah akibat politik apartheid, dan meyakini bahwa hanya dengan pendekatan soft power negaranya akan kembali bersatu.  Kutipannya yang terkenal dalam buku Conversation with Myself, sport has the power to change the world, it has the power to inspire and it has the power to unite people in a way that little else does. Sport can create hope where once there was only despair. It is more powerful than government in breaking down racial barriers. Dan apa yang diimpikan Mandela pun terwujud, Afrika Selatan yang sama sekali tidak diperhitungkan, menjadi juara dunia rugby pada tahun 1995 yang membuat Afrika Selatan menjadi sangat terkenal dan mempersatukan warganya.

Tidak salah bila Presiden Jokowi ingin lebih mengangkat harkat dan martabat negara melalui olahraga paling populer di negeri ini yaitu sepakbola. Namun, untuk mencapai tujuan diperlukan usaha yang keras dan melalui jalan yang sangat panjang dan terjal. Diperlukan beberapa langkah-langkah strategis untuk mencapai harapan tersebut. Sebagai cabang olahraga yang sangat populer di negeri ini, sangat wajar bila masyarakat ingin segera menjadi saksi tampilnya tim nasional kita sebagai kampiun di berbagai event internasional. Dalam catatan penulis, terakhir prestasi tertinggi kita dicapai diraih saat masuk dalam 4 besar Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan dan medali emas sepakbola SEA Games tahun 1991 di Manila, Filipina. Langkah-langkah strategis yang diperlukan antara lain :

  1. Pembinaan sepak bola dilakukan sejak usia dini. Jangan berharap sepak bola kita akan maju di tingkat regional maupun dunia jika pembinaan usia dini ini dilupakan. Oleh karena itu pembinaan secara berjenjang di sekolah, memperbanyak sekolah-sekolah sepak bola, maupun menggalakkan kompetisi usia dini harus segera dilakukan. Federasi sepak bola dunia FIFA menggelontorkan bantuan dana untuk PSSI senilai US$5 juta untuk empat tahun ke depan, atau setara Rp66,7 milar. Setiap tahunnya, PSSI akan mendapatkan US$500 ribu untuk bantuan operasional serta pembinaan usia muda dan US$750 ribu untuk infrastruktur. Hal ini sesuai dengan janji Gianni Infantino ketika berkampanye untuk menjadi presiden FIFA dan berharap agar bantuan tersebut dapat dimaksimalkan.
  2. Pembenahan total terhadap sistem dan tata kelola kompetisi sepak bola nasional agar lebih kompetitif, lebih berkualitas, yang mengusung fair play. Sistem kompetisi yang baik akan memunculkan bibit-bibit pemain muda dari berbagai daerah yang potensial.
  3. Pembenahan manajemen klub peserta liga yang harus lebih profesional dengan mengedepankan prosesassestment dari aspek legal, finansial, infrastruktur, kesehatan, lisensi dan memiliki komitmen pembinaan usia dini.
  4. Penyiapan infrastruktur stadion atau tempat latihan yang memenuhi syarat. Saat ini Indonesia hanya memiliki 2 stadion berstandar FIFA dan hanya 23 lapangan yang layak digunakan. Jauh bila kita bandingkan dengan Spanyol yang memiliki 109 stadion berstandar FIFA, atau Belanda yang memiliki 45 stadion berstandar FIFA dan 1.450 lapangan sintetis.
  5. Jumlah para pelaku sepakbola (pemain dan pelatih berlisensi) yang perlu untuk ditingkatkan. Saat ini jumlah pemain dan pelatih berlisensi sepakbola Indonesia (data dari PSSI) tercatat hanya 67.000 pemain dan 197 pelatih berlisensi. Sangat kontras bila kita bandingkan dengan Spanyol yang memiliki 4,1 juta pemain dan 22.000 pelatih berlisensi.
  6. Pengembangan sports science juga sangat pentinguntuk dikembangkan dalam sepakbola. Dengan demikian pembinaan pemain akan berbasis pada teknologi, statistik dan database sehingga pelatih nasional memiliki pemahaman perihal catatan individu pemain. Australia berhasil menerapkan sport science dan terbukti saat ini menduduki peringkat 44 FIFA.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dalam berbagai kesempatan memberikan pernyataan bahwa perbaikan sepakbola nasional saat ini merupakan sebuah momentum besar untuk melakukan total football, artinya semua pihak harus bergerak untuk melaksanakan perbaikan tersebut. Di era Presiden Jokowi inilah harus dimulai perbaikan-perbaikan tersebut. Tata kelola sepakbola yang salah kaprah, penyelewengan anggaran dari pemerintah dan FIFA, buruknya fasilitas serta diabaikannya asas fair play yang marak terjadi di masa lalu, harus diakhiri. Keterlibatan berbagai stakeholders sangat diperlukan, tidak hanya pemerintah pusat dan PSSI sebagai induk organisasi sepakbola nasional, tapi juga BUMN, pemerintah daerah, sekolah dan masyarakat.

            Mantan pemain dan pelatih tim nasional Skotlandia saat ini, Gordon Strachan mengatakan believe me, you need good peopleif you want to make good playersDi tengah berbagai capaian positif yang dilakukan di pemerintahan Presiden Jokowi, kita harus optimis bahwa sepakbola Indonesia di masa yang akan datang. Perhelatan olahraga multievent antar negara Asia Tenggara SEA Games 2017 sudah di depan mata dan disanalah ajang pembuktian pertama. Tim nasional sepakbola Indonesia diharapkan menjadi juara dan meraih medali emas sepakbola, mengulang sejarah di tahun 1991 dan kembali diperhitungkan menjadi macan sepakbola Asia.

*) Penulis adalah Staf Ahli Seskab Bidang Hukum dan Hubungan Internasional

Opini Terbaru