Olahraga, Bukan Hanya Sekadar Prestasi…*)

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 8 September 2017
Kategori: Opini
Dibaca: 112.029 Kali

denmasediOleh: Edi Nurhadiyanto **)

 “Revolusi olahraga demi mengharumkan nama bangsa. Olahraga adalah bagian dari revolusi multikompleks bangsa ini”. (Presiden 1 RI Soekarno, 1963)

Olimpiade Musim Panas XIV di London tahun 1948, menjadi titik tolak diawalinya Peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang diperingati setiap tanggal 9 September. Pada tahun 1948, Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) sebagai lembaga resmi di Indonesia saat itu belum diakui menjadi anggota International Olympic Committe (IOC).

Penolakan tersebut juga karena kemerdekaan Indonesia saat itu belum diakui sepenuhnya oleh dunia. Untuk itulah, PORI menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) yang diselenggarakan di Stadion Sriwedari, Solo pada tanggal 9-12 September 1948 untuk membuktikan bahwasanya Indonesia mampu mengadakan pentas olahraga dalam level nasional.

Pemilihan Stadion Sriwedari saat itu karena dianggap paling memadai untuk menampung acara olahraga se-Indonesia. Pembukaan PON dilakukan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno dan ditutup oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Olahraga sebagai Jati Diri Bangsa

Sejarah olahraga di Indonesia nampaknya tidak lepas dari bagaimana kondisi Bangsa saat itu. Era awal kemerdekaan bukan hanya perjuangan untuk merebut, namun mendapatkan sebuah pengakuan dalam dunia olahraga menjadi sesuatu hal yang penting demi harga diri, harkat, dan martabat sebagai sebuah Bangsa.

Kiprah menunjukkan jati diri sebuah Bangsa juga ditunjukkan saat pelaksanaan Asian Games (AG) tahun 1962 yang berlangsung mulai tanggal 24 Agustus hingga 4 September, di Jakarta. Sikap Indonesia tidak mengundang Israel dan Taiwan untuk mengikuti Asian Games dengan alasan simpati pada Republik Rakyat Tiongkok dan negara-negara Arab menuai protes dari Komite Olimpiade Internasional (KOI).

Keputusan Indonesia pada AG tahun 1962 kemudian mengakibatkan KOI menskors Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Tokyo 1964. Untuk itulah, Presiden Pertama RI Soekarno kemudian memerintahkan Indonesia keluar dari KOI karena mempertahankan prinsip yang telah dikeluarkan pada AG tahun 1962.

Keberhasilan Indonesia meraih Runner up pada AG tahun 1962, menjadi pemicu dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 263/1963 tentang Misi Indonesia Masuk dalam 10 Besar Olahraga di Dunia. Dengan Keppres tersebut, Presiden Soekarno berharap bahwa jika sepertiga penduduk Indonesia aktif di bidang olahraga sejak Sekolah Dasar (SD), maka bukan hal yang tidak mungkin impiannya akan tercapai menjadikan Indonesia masuk 10 besar di dunia dalam bidang olahraga sebagaimana capaian pada AG tahun 1962 berikut.

perolehan medali AG 1962

Menyangkut Kebanggaan Bangsa

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat melepas kontingen SEA Games Kuala Lumpur, Malaysia di Halaman Istana Merdeka, Jakarta (7/8) menyampaikan bahwa semua negara peserta pasti menginginkan emas karena dalam hal ini menyangkut kebanggaan bangsa. Hasil dari SEA Games kali ini tentunya merupakan batu loncatan untuk penyelenggaraan AG yang akan dihelat di Palembang-Jakarta, pada tahun 2018.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam setiap peristiwa olahraga yang mempertandingkan antar negara, diperlukan adanya pembinaan terus-menerus dengan kompetisi-kompetisi berjenjang usia dini, remaja, dan dewasa. Hal ini juga ditegaskan Presiden Jokowi saat melepas kontingen SEA Games tahun 2017 bahwa sistem anggaran yang terencana baik juga perlu diikuti dengan pengorganisasian kompetisi. Semakin banyak kompetisi akan terus memperbaiki prestasi atlet yang akan bertanding.

Prestasi selama 10 kali penyelenggaraan SEA Games yang diikuti Indonesia dapat menjadi tolok ukur bagaimana proses pengembangan olahraga pasca Reformasi berlangsung, sebagaimana dalam tabel berikut.

tabel perolehan medali emas Indonesia di SEA Games

Maka tidaklah salah kemudian, Presiden Jokowi meminta untuk dilakukan evaluasi secara menyeluruh agar animo dan dahaga 250 juta masyarakat untuk melihat prestasi Indonesia dapat terwujud. Untuk mewujudkan prestasi tersebut, tentunya bukan hanya kerja milik pemerintah sendiri, namun butuh bantuan dan partisipasi dari seluruh pihak baik swasta maupun masyarakat secara luas.

Jadi, tidak lah salah untuk kemudian mengatakan bahwa Olahraga, bukan hanya Prestasi, namun juga menyangkut harga diri untuk mengharumkan nama Bangsa di pentas Dunia, bukankah demikian…?

 *) Tulisan Menyambut Hari Olahraga Nasional, 9 September 2017

**) Penulis adalah Staf di Keasdepan Humas dan Protokol

Opini Terbaru