Daya Saing Infrastruktur Transportasi Indonesia Naik 10 Tingkat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 Desember 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 27.340 Kali
Presiden Jokowi meresmikan tol Soreang - Pasir Koja (Soroja) Bandung, beberapa waktu lalu

Presiden Jokowi meresmikan tol Soreang – Pasir Koja (Soroja) Bandung, beberapa waktu lalu

World Economic Forum mencatat peringkat daya saing infrastruktur transportasi Indonesia mengalami peningkatan 10 (sepuluh) peringkat, dari ranking ke-62 pada tahun 2015 menjadi ranking ke-52 dengan nilai akhir 4.5 pada tahun 2017.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, peningkatan daya saing infrastruktur transportasi ini tidak terlepas dari keseriusan Kementerian Perhubungan membangun berbagai sarana dan prasarana infrastruktur transportasi seperti terminal bus, pelabuhan laut dan penyeberangan, bandara, hingga fasilitas perkeretaapian, dalam beberapa tahun terakhir.

“Ini dilakukan Kementerian Perhubungan untuk memastikan konektivitas orang dan logistik nasional berjalan efektif,” kata Menhub saat menyampaikan capaian kinerja dan outlook Kementerian Perhubungan, di Jakarta, Kamis (14/12).

Menhub merincikan, pada sektor perkeretaapian sampai dengan tahun 2017 pihaknya telah membangun jalur kereta api sepanjang 388,3 kilometer. Selain itu capaian lainnya hingga tahun 2017 Kementerian Perhubungan juga telah merehabilitasi terminal bus di 30 lokasi, pembangunan pelabuhan laut di 104 lokasi dan pembangunan 7 bandara baru.

Untuk program pembangunan Bus Rapid Transit atau BRT, diakui Menhub belum optimal. Untuk itu pihaknya akan segera mengambil langkah optimalisasi.

“Kalau bandara tercapai, pelabuhan tercapai, bus akan kita optimalisasi dengan cara mengubah ukuran bus karena kebutuhan BRT kita konsentrasikan di kota-kota tertentu dan di sekolah, jadi target bus akan tercapai,” ungkap Menhub.

Demikian juga dengan pembangunan jalur kereta api saat ini diakui Menhub belum maksimal dilakukan. Hal ini, menurut Menhub, karena kondisi salah satu industri tambang yang mengalami kemunduran. Akan tetapi Menhub memastikan bahwa sudah ada investor yang tertarik untuk membangun jalur kereta api di Indonesia.

“Selama ini kita rencanakan kereta api dengan jalur yang panjang itu ada di Kalimantan, Kalimantan Tengah ke Selatan, Kalimantan Tengah ke Timur, Sumatera Selatan dan itu memang dipakai untuk kereta logistik (batu bara) dan selama ini direncanakan sebagai proyek KPBU dan sekarang ini (kondisi bisnis) batu baranya belum begitu baik jadi mereka belum mau mulai,” terang Menhub seraya menambahkan, bahwa sejumlah investor telah mendapatkan izin untuk berinvestasi pada proyek ini, diantaranya dari Rusia dan China.

Mengenai sektor transportasi laut, menurut Menhub, selama tahun 2017 muatan logistik dalam negeri  per bulan Oktober 2017 tercatat mencapai 18,3 miliar ton dan muatan luar negeri tahun 2017 mencapai 593 juta ton.

Untuk penumpang pada sektor transportasi laut per bulan November 2017, PT Pelni telah mengangkut sebanyak 3,16 juta orang dan kapal perintis mengangkut sebanyak 475.543 orang.

Pada moda angkutan penyeberangan hingga bulan Oktober 2017 tercatat sebanyak 59,9 juta orang menggunakan moda angkutan penyeberangan dengan 8,03 juta kendaraan roda 2 dan 3,9 juta kendaraan roda 4.

Pada sektor perkeretaapian selama tahun 2017 tercatat sebanyak 33,23 juta orang menggunakan moda angkutan kereta api. Untuk pengguna KRL Jabodetabek sendiri hingga bulan September 2017 telah mengangkut sebanyak 228,7 juta orang. Untuk angkutan logistik sendiri Kementerian Perhubungan mencatat sebanyak 23,4 ton logistik telah diangkut dengan kereta api.

Untuk moda transportasi udara sendiri, Kementerian Perhubungan hingga Desember 2017 memproyeksikan jumlah penumpang domestik angkutan udara mencapai 96.050.330 orang dan 12.816.701 orang penumpang internasional. (Humas Kemenhub/ES)

 

Berita Terbaru