Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Kongres XXX dan MPA XXIX Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), 22 Januari 2018, di GOR Dempo Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Sumatra Selatan, Wali Kota Palembang, Kepala Staf Kepresidenan, Kapolri yang pada siang hari ini juga hadir;
Yang saya hormati Yang Mulia Bapak Uskup Pangkal Pinang Mgr. Adrianus Sunarko;
Yang saya hormati Ketua Umum Presidium PMKRI, Saudara Angelius Wake Kako, beserta seluruh Jajaran Pengurus yang hadir;
Yang saya hormati Bapak Cosmas Batubara beserta seluruh sesepuh PMKRI.
Bapak-Ibu hadirin undangan yang berbahagia,
Pertama-tama, saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya, saya ingin menyadarkan kita semuanya betapa negara kita ini adalah negara yang sangat besar. Negara besar. Negara yang memiliki 17.000 pulau, negara yang memiliki 714 suku, negara yang memiliki lebih dari 1.100 bahasa daerah dengan berbeda-beda agama, adat istiadat, tradisi yang saya kira sering kita tidak menyadari itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, pada siang hari ini saya ingin mengingatkan betapa besarnya negara yang kita miliki ini dengan penduduk 260 juta jiwa.
Coba, saya sering membandingkan negara kita dengan negara-negara lain. Saya pernah bertanya kepada Duta Besar Singapura, berapa suku yang dimiliki Singapura, empat, 4 suku, negara kita 714. Saya bertemu Dr. Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan, saya juga bertanya berapa suku yang ada di Afghanistan, jawabannya 7 suku, negara kita 714 suku. Tapi hati-hati, mengelola keberagaman, mengelola kemajemukan, mengelola bermacam-macam suku, agama, tradisi, dan adat istiadat ini tidak mudah, perlu kebesaran hati, perlu toleransi yang tinggi. Ini perlu saya mengingatkan kepada kita semuanya, betapa itu sangat penting.
Saya saat bertemu dengan Dr. Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan, diberi pesan yang selalu saya ingat, “Presiden Jokowi negaramu ini negara besar, 714 suku itu adalah negara yang sangat besar. Di Afghanistan itu hanya ada 7 suku. 40 tahun yang lalu ada 2 suku yang bertikai, yang satu bawa teman dari luar, yang satu bawa teman dari luar, akhirnya terjadi peperangan. Dan sudah 40 tahun sampai sekarang belum selesai, itu hanya 7 suku”. Beliau mengingatkan kepada saya, “Hati-hati Presiden Jokowi. Negaramu memiliki bukan 7 tetapi 714”. Oleh sebab itu, dia titip kepada saya kalau ada konflik antartetangga segera cepat selesaikan, kalau ada konflik antarkampung cepat-cepat segera selesaikan, apalagi kalau ada konflik antarsuku segera dan cepat, cepat, cepat, cepat harus diselesaikan.
Sekali lagi, karena beliau Presiden Afghanistan memiliki pengalaman panjang 40 tahun. Dan, Dr. Ashraf Ghani ini hidup di pengasingan 23 tahun. Inilah yang perlu saya ingatkan semuanya kepada kita, sekali lagi bahwa Indonesia ini adalah negara yang sangat besar, penduduknya banyak, beragam suku, beragam agama, beragam adat istiadat, dan beragam tradisi.
Oleh sebab itu, kenapa kita bangun infrastruktur. Jangan hanya dilihat fisiknya. Banyak orang hanya melihat fisiknya. Kenapa airport di Pulau Miangas kita bangun? Kenapa runway di Pulau Rote, di Kabupaten Rote Ndao juga kita perpanjang? Karena dengan infrastruktur inilah kita ingin mempersatukan bangsa yang sangat besar ini. Artinya, bukan hanya urusan ekonomi, karena dengan infrastruktur, baik jalan, baik airport, baik pelabuhan, itulah yang akan mempersatukan kita. Baik tol laut, itulah yang akan mempersatukan bangsa ini. Jangan sampai ada ketimpangan antarwilayah yang sangat jomplang, yang sangat lebar sekali.
Saya berikan gambar, contoh jalan yang ada di Merauke. Sebelumnya seperti ini, ada ndak gambarnya? Ini gambar yang ada di Merauke, yang saya ambil kira-kira 3 tahun yang lalu. Kita di sini di Sumatra, di Jawa sudah menikmati bagusnya jalan. Tapi coba jalan-jalan seperti ini. Di mana keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia?
Itulah kenapa kita bangun Trans Papua. Itulah kenapa kita bangun Trans Kalimantan. Karena kita ingin saudara-saudara kita yang berada di Papua, yang berada di Kalimantan, di pinggiran juga menikmati, juga menikmati bagusnya infrastruktur. Jangan hanya kita yang ada di Jawa dan di Sumatra saja.
Juga yang kedua yang berkaitan dengan, nah ini, ini yang Trans Papua, itu waktu saya nge-trail di Trans Papua. Sebagian sudah diaspal, sebagian belum memang, tapi sudah membuka isolasi-isolasi yang ada di sana. Ini kalau ditunjukkan Presiden nge-trail senang semuanya.
Yang kedua, yang berkaitan dengan bahan bakar minyak (BBM). 3 tahun yang lalu waktu saya datang di Wamena, saya tanya kepada penduduk di sana, “Berapa harga bensin Premium yang ada di Wamena?” Apa dijawab, saya enggak tanya satu, dua, tiga orang, saya tanya banyak, “Pak, harganya 60 ribu”. Itu pas normal, 60 ribu per liter pas normal, pas cuaca enggak baik 100 ribu per liter. Di mana, sekali lagi, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?
Oleh sebab itu, setelah itu saya perintah kepada Menteri ESDM, “Ini urusanmu Pak Menteri, saya minta harga BBM di Jawa, di Sumatra sama juga di Papua harus sama”. Ini sudah 8 bulan harga BBM di Papua, di Pegunungan Tengah sama seperti yang kita nikmati di Jawa. Kita ini coba di Jawa, di Sumatra misalnya, BBM, BBM naik 1.000 atau naik 500 perak saja, demonya 6 bulan, demonya 4 bulan. Saudara-saudara kita yang ada di Papua sudah berapa puluh tahun harga BBM itu 60 ribu, enggak pernah ada yang demo mereka.Tapi jangan dibiarkan berlarut-larut seperti itu, semuanya harus menikmati, semuanya harus menikmati.
Yang ketiga, yang berkaitan dengan perbatasan. Saya ingat 3 tahun yang lalu waktu saya ke Entikong, waktu saya ke Mota’ain, waktu saya ke Motamasin, ke Skouw, saya melihat perbatasan kita ini dibandingkan dengan negara lain. Waktu ke Mota’ain saya lihat negara tetangga kita Timor Leste, kantor perbatasan, kantornya 2 kali lipat lebih bagus dari kita. Kantor kita kaya kantor Kelurahan. Di Entikong juga sama, saya lihat kantor kita dengan kantor pos lintas batas yang dimiliki oleh negara tetangga kita Malaysia, 2 kali lipat mereka lebih baik. Apa ini mau kita terus-teruskan? Sebagai sebuah negara besar, saya tidak mau. Saat itu juga, saya ingat Pak Menteri PUPR, 3 tahun yang lalu bulannya Desember, saya ingat saya perintah saat itu, “Pak Menteri, kantor-kantor kita ini saya beri waktu 2 minggu untuk dirobohkan, saya beri waktu 2 tahun untuk membangun kantor ini, dan harus 3 kali lipat lebih baik dari yang di sana”.
Ini di Kabupaten Belu, saya diberitahu oleh Bupati, “Pak Presiden, ini dulu penduduk di sini, masyarakat kita ini sering kalau selfie itu di sana. Selfie itu di sana di Timor Leste, selfie gini. Sekarang kebalik, yang di sana sekarang selfie di tempat kita sekarang, gantian. Ya karena kantornya bagus-bagus.
Ini coba Skouw tadi. Dulu juga, aduh, enggak bisa diceritain deh. Sekarang seperti ini. Pasar modernnya masih proses dibangun, karena kita juga tidak ingin hanya urusan kantor, urusan kebanggaan kantor, tapi juga ekonominya juga harus jalan.
Coba, yang ini Skouw, yang di Mota’ain. Ini yang dulu yang kaya kantor kelurahan. Terus, gedungnya dong, mana gedungnya. Ini Motamasin, NTT, kemudian yang Entikong. Oh ini Aruk. Entikong, ini gedungnya enggak, yang ngambil foto kurang pintar yang tadi, Mota’ain, Motamasin gedungnya gede banget, gambarnya kelihatan kecil kaya gini, gede banget itu.
Jadi silakan, silakan dilihat di perbatasan kita ini seperti apa. Kebanggaan kita sebagai bangsa besar itu harus ada. Buat saya itu sangat penting sekali bahwa rakyat, bahwa masyarakat, bahwa kita semuanya harus bangga sebagai warga negara Indonesia, negara yang sangat besar ini.
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Di mana-mana selalu saya mengingatkan bahwa kita tahun ini akan ada 171 pilkada di seluruh tanah air, baik pemilihan bupati, pemilihan wali kota, pemilihan gubernur. Dan nantinya berikut tahun 2019 akan ada pemilihan Presiden. Saya selalu mengingatkan agar dalam kontestasi politik pemilihan bupati, wali kota, gubernur, maupun presiden, marilah kita bersama-sama menjaga jangan sampai karena pilihan politik yang berbeda menjadikan kita tidak rukun, menjadikan kita retak, karena proses demokrasi ini hanya setiap 5 tahun sekali. Marilah kita jalankan proses demokrasi ini dengan damai, rukun, jangan sampai karena pilihan politik antartetangga menjadi pecah, menjadi tidak saling menyapa, antarkampung menjadi tidak rukun, menjadi tidak saling menyapa.
Sekali lagi ini adalah proses politik yang terus akan ada setiap 5 tahun sekali. Mari kita bersama-sama mendewasakan masyarakat kita jangan sampai terbawa oleh arus politik yang sering dipanas-panasi dengan cara-cara saling mencela, saling menjelekkan, saling memfitnah. Kontestasi politik harus disampaikan dengan cara-cara kandidat itu menyampaikan prestasinya apa, programnya apa, idenya apa, gagasannya apa, rencana-rencana besar untuk kabupaten, untuk kota, untuk provinsinya apa. Mestinya yang diangkat itu. Bukan saling mencela, bukan saling menjelekkan, bukan saling mencemooh. Sering kita lupa bahwa kita ini adalah saudara, saudara sebangsa setanah air. Sering kita lupa itu.
Oleh sebab itu, sekali lagi, untuk membumikan Pancasila, saya ingin ada yang maju ke depan satu. Yang hafal Pancasila. Saya tunjuk, sebentar.
(Dialog Presiden RI dengan hadirin)
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, yang saya banggakan,
Pada hari yang berbahagia ini, saya mengajak kepada kita semuanya, seluruh anggota PMKRI untuk terus menjadi mahasiswa-mahasiswa yang penuh dengan kasih, yang berani menjadi ujung tombak persatuan Indonesia, yang berani mengawal pembangunan nasional, yang berani menjadi pelopor Indonesia yang bersih dari korupsi, yang berani mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kerja nyata dan kehidupan sehari-hari kita, dan yang berani mewujudkan cinta Republik Indonesia dengan mental pejuang bukan mental pecundang. Karena itu, sekali lagi, saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya, sekali lagi, bahwa negara ini adalah negara besar dan perlu kita bangun bersama-sama, bekerja bersama-sama, bergotong-royong bersama-sama, agar negara kita segera menjadi negara maju, negara kuat, negara adil, negara makmur, negara yang sejahtera.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan memohon perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, pada siang hari ini saya nyatakan Kongres Nasional XXX dan Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) XXIX PMKRI saya nyatakan dibuka.