Harkitnas, Reformasi, dan Penaklukan Gelombang Digitalisasi

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 22 Mei 2018
Kategori: Opini
Dibaca: 34.082 Kali

ediOleh: Edi Nurhadiyanto…*)

“Tetapi kemudian imperialisme memecah belah kita, kita diadu domba satu sama lain. Orang Jawa dibikin benci kepada orang Sumatera. Orang Sumatera dibikin benci kepada orang Jawa. Orang Jawa dibikin benci kepada orang Sulawesi. Orang Sulawesi dibikin benci sama orang Jawa… Dan ini salah satu senjata yang immateriil”. (Pidato Bung Karno…**)

Presiden Pertama Republik Indonesia (RI), Soekarno telah menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Penetapan tersebut dilakukan oleh Presiden ke-1 RI pada tahun 1948 atau 40 tahun setelah berdirinya pergerakan Boedi Oetomo, yang dianggap sebagai simbol untuk menggambarkan bagaimana bangsa Indonesia mulai bangkit untuk melawan penjajahan.

Tahun 1908 menjadi titik awal perubahan berorganisasi di Indonesia yang dikawal oleh para pemuda. Setelah era 1908, muncullah kemudian era 1928 Sumpah Pemuda, Kemerdekaan 1945, Orde Baru 1965 dan bahkan Cak Nur (Alm. Nurcholish Madjid) menyebutkan bahwa  pada tahun 1985 sebenarnya ada suatu fase tersembunyi yang sempat muncul ke permukaan, tetapi tidak cukup kuat mengkristal untuk menjadi sebuah “kebangkitan”.

Kekuatan pemuda baru nampak di akhir era 90-an. Puncaknya pada Mei 1998, para pemuda yang tergabung dari beragam universitas bergabung untuk bersama-sama dengan elemen lain menghadirkan era baru yang bernama Reformasi.

2 Dekade Era Reformasi

Setelah era reformasi yang ditandai dengan gugurnya 4 (empat) mahasiswa Universitas Trisakti tahun 1998, masyarakat khususnya pemuda saat ini, yang sering dinamakan dengan generasi Y maupun Z, tidak memiliki beban masa lalu namun bukan berarti tanpa ada tantangan dibandingkan masa sebelumnya.

Di era digital yang tanpa batas sekarang ini, tantangan generasi muda adalah mudahnya mendapatkan dan menyebarluaskan informasi. Untuk itu, perlu kemampuan literasi atau membaca yang lebih guna dapat menyaring setiap informasi yang masuk sebelum kemudian menyebarluaskannya kembali.

Adanya tantangan dalam kemudahan informasi tersebut juga sesungguhnya memunculkan kesempatan untuk terus ikut berpartisipasi dalam setiap pembangunan yang ada. Tantangan tersebut juga disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika dalam sambutan Peringatan ke-110 Hari Kebangkitan Nasional yakni bagaimana menjadikan anak muda kreatif untuk Menaklukkan gelombang digitalisasi dengan mencari berkah di dalamnya.

Anak muda Indonesia bukan hanya menjadi pasar untuk produk-produk digital namun juga mampu jadikan ladang baru untuk berkarya, mengembangkan konten dan aplikasi yang dapat dinikmati bukan hanya oleh masyarakat Indonesia namun juga dunia. Dengan demikian, gelombang digitalisasi bukan menjadi sesuai yang menakutkan namun mampu dimanfaatkan oleh generasi muda berkreasi dan mencari solusi dalam setiap permasalahan bangsa.

Fokus SDM

Bonus demografi yang didengungkan akan terjadi pada tahun 2028 sampai 2031, akan menjadi kesempatan bila generasi muda usia produktif mampu memanfaatkan momentum untuk membuat terobosan sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan sektor lainnya. Pekerjaan rumah yang harus diselesaikan tentunya bagaimana menyelesaikan atau meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.

Diambil dari situs bps.go.id meskipun jumlah buta huruf terus menurun, namun hingga tahun 2017 masih ada sekitar 4,08 persen di seluruh Indonesia penduduk di atas 10 tahun yang masih buta huruf.

Data diambil dari www.bps.go.id

Data diambil dari www.bps.go.id

Data di samping yang diunduh dari situs bps.go.id, Senin (21/5), menunjukkan bahwa perbaikan terus dilakukan guna menekan angka penduduk yang masih buta huruf di seluruh Indonesia.

Di tahun 2017, setidaknya sudah ada enam provinsi yang persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas buta huruf di bawah 1 persen yakni Riau, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Maluku.

Dengan demikian, fokus pembangunan selanjutnya setelah infrastruktur yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi selaras dengan penurunan penduduk yang buta huruf di seluruh Indonesia.

Pada Sidang Kabinet Paripurna tentang Ketersediaan Anggaran dan Pagu Indikatif serta Prioritas Nasional Tahun 2019, di Istana Negara, Jakarta, Senin (9/4), Presiden Jokowi mengemukakan bahwa pemerintah akan masuk tahapan besar yang kedua, yaitu investasi di bidang sumber daya manusia, yang tahun ini disiapkan programnya dan tahun depan betul-betul masuk ke dalam sebuah kegiatan besar.

Presiden Jokowi menginginkan agar titik alokasi anggaran APBN 2019 juga betul-betul mengarah ke sana, betul-betul nampak untuk mendukung dan menopang peningkatan sumber daya manusia.

Dengan fokus dan konsentrasi yang jelas, Kebangkitan Nasional benar-benar akan menjadi terisi oleh program dan pembangunan karakter SDM sehingga kekhawatiran adanya upaya pemecah-belah dapat makin dimininalisasi ketika mampu Menaklukkan gelombang digitalisasi, bukankah demikian…??

*) Penulis adalah Staf pada Keasdepan Humas dan Protokol, Sekretariat Kabinet

*) Kutipan diambil dari artikel kompas.com, Senin (21/5)

Opini Terbaru