Gunakan Bahan Baku CPO, Menperin: Penerapan Biodisel 20 Akan Perkuat Kemandirian

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 20 Juli 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 19.324 Kali
Menperin menyampaikan keterangan kepada pers usai Rapat Terbatas, di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (20/7). (foto: Humas/Jay).

Menperin menyampaikan keterangan kepada pers usai Rapat Terbatas, di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Humas/Jay).

Mengenai bahan baku yang akan digunakan sebagai pendukung pelaksanaan penerapan Biodisel 20 (B20), Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengemukakan, bahwa produksi CPO (minyak sawit mentah) nasional di tahun 2017 itu kapasitasnya bisa mencapai 38 juta, sedangkan ekspor 7,21 juta dan kebutuhan pangan nasional 8,86 juta.

“Artinya bahwa CPO ini bisa digunakan untuk energi tanpa memberikan tekanan kepada sektor pangan,” kata Airlangga dalam keterangan pers bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung usai Rapat Terbatas, di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (20/7) siang.

Ditambahkan Menperin, bahwa pemerintah akan merevisi Peraturan Presiden (Perpres) agar mencakup juga yang non-PSO (public service obligation) yang jumlahnya 16 juta. Sehingga ada penambahan permintaan terhadap biofuel ini sebesar 3,2 juta ton per tahun. Hanya saja, tahapannya nanti akan dibahas teknisnya berapa lama ini bisa dicapai.

“Tentunya kita memang mengharapkan bahwa ini bisa segera dilaksanakan dengan pola distribusi yang sama yang dilakukan sekarang antara PSO dan non-PSO, artinya pihak swasta pun akan dilibatkan,” ujar Menperin.

Adapun roadmap selanjutnya sesudah Biodiesel 20 persen ini mandatori dilaksanakan non dan PSO, maka menurut Menperin Airlangga Hartarto, maka tahapan rencana pemerintah berikutnya jarak menengah adalah mendorong industri untuk biofuel 100%.

Ia menjelaskan, sudah ada teknologi untuk biofuel 100%, dan teknologi yang sama dengan fuel oil. Sehingga tidak mengganggu kondisi teknis dari kendaraan bermotor ataupun pembangkit dan yang lain. Sehingga dengan demikian, lanjut Menperin, pemerintah mendorong bahwa akan terjadi substitusi impor dengan biofuel atau biodiesel yang 100% itu sering disebut sebagai green diesel.

“Jadi kita beralih dari bio 20% ke depannya jangka menengah, waktunya nanti pemerintah tentukan, menuju ke green diesel, 100% diesel. Dengan demikian kita menjadi mempunyai daya tahan atau kemandirian,” terang Menperin seraya menambahkan, ini sepenuhnya dikerjakan di dalam negeri, bahan baku dalam negeri. Dengan demikian, hal ini diyakini akan mempunyai multiplier effect terhadap 17 juta petani, 17 juta pekebun.

“Jadi inilah keberpihakan pemerintah agar kita terus mengembangkan ekonomi berbasis kemampuan sendiri,” pungkas Airlangga. (DND/FID/ES)

Berita Terbaru