Jadi Aset Terbesar Bangsa, Presiden Jokowi Ajak Masyarakat Rawat Persatuan dan Persaudaraan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan kembali agar semua pihak bisa menjaga aset terbesar bangsa Indonesia, yaitu persatuan, kerukunan, dan persaudaraan. Karena tiga hal itulah bangsa Indonesia yang sangat beragam ini bisa terus bersatu.
“Kalau kita enggak rukun, enggak bersatu, bayangkan di Afghanistan itu 7 suku, 2 suku berantem enggak rampung-rampung 40 tahun sampai sekarang. Itu hanya 7 suku, bayangkan kita 714 suku,” kata Presiden Jokowi saat bersilaturahmi dengan santri dan pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat, Kabupaten Sidoarjo, Jatim, pada Kamis (6/9) petang.
Oleh sebab itu, Presiden mengajak seluruh masyarakat untuk terus merawat dan menjaga negara ini dengan segala keragamannya. Kepala Negara pun mengingatkan agar masyarakat bisa terus rukun meskipun berbeda pilihan politik.
“Jangan sampai karena pilihan bupati, gubernur, presiden, kita jadi pecah gara-gara pesta demokrasi seperti ini. Pilihan berbeda enggak apa-apa, setelah itu rukun kembali,” tutur Presiden.
Kepala Negara juga mengajak agar semua pihak bisa menerapkan sikap berprasangka baik dan berpikiran positif. “Kalau kita melihat di media sosial, jangan sampai kita ini berprasangka tidak baik, gampang curiga, selalu berpikiran negatif ke orang. Kalau kita seperti itu akan jadi apa negara kita?” kata Presiden dengan nada bertanya.
Diingatkan Kepala Negara, bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Ia memberi contoh pencapaian di Asian Games 2018 di mana Indonesia bisa bersaing dengan negara lain dan menempati peringkat keempat klasemen perolehan medali.
“Nyatanya kemarin Asian Games dapat posisi keempat. Emasnya dapat 31, dulunya 4. Dulunya ranking 17 sekarang kan 4. Karena apa? Karena kerja keras. Kalau ingin maju ya jangan malas-malasan,” ucap Presiden Jokowi.
Tampak mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan itu antara lain Pimpinan Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat KH Agoes Ali Mashuri, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Staf Khusus Presiden Abdul Ghofar Rozin, dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo. (BPMI Setpres/ES)