Apel Akbar Santri Nusantara, Presiden Jokowi: Menjadi Santri Itu Menjadi Islam Yang Cinta Bangsa

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 Oktober 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 17.361 Kali
Presiden Jokowi menerima naskah Ikrar Santri Nusantara saat menghadiri Apel Akbar Santri Nusantara, di Benteng Vastenburg, Kota Surakarta, Sabtu (20/10). (Foto: BPMI Setpres)

Presiden Jokowi menerima naskah Ikrar Santri Nusantara saat menghadiri Apel Akbar Santri Nusantara, di Benteng Vastenburg, Kota Surakarta, Sabtu (20/10). (Foto: BPMI Setpres)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, sejarah telah mencatat peran besar para ulama, para kiai, para santri dalam masa perjuangan kemerdekaan bangaa Indonesia, dalam menjaga NKRI, dalam menjaga Bhinneka Tunggal Ika dan selalu memandu ke jalan kebaikan, ke jalan kebenaran, ke jalan kemajuan.

Saat memberikan sambutan pada Apel Akbar Santri Nusantara, di Benteng Vastenburg, Kota Surakarta, Sabtu (20/10), Presiden Jokowi menuturkan menjadi santri adalah menjadi Islam yang cinta bangsa, menjadi pribadi muslim yang religius, dan santri yang berakhlakul karimah sekaligus nasionalis sebagaimana diteladankan oleh para kyai dan para ulama.

“Saya sangat paham pada sikap kebangsaan para kiai dan para santri saat dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Para kiai, para santri selalu menempatkan kepentingan bangsa dan negara sebagai yang pertama yang sesuai dengan tradisi kesantrian,” ujar Presiden Jokowi.

Oleh sebab itu, Presiden merasa bersyukur bangsa Indonesia dipandu oleh tradisi kesantrian yang kuat, tradisi penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada sesama manusia. Selain itu juga menjunjung tinggi prinsip hablum minallah dan hablum minannas, yang memaknai cinta tanah air sebagai bagian dari iman.

“Saya tahu santri tidak sulit mencintai agama sekaligus mencintai bangsa dan negara. Bahkan mencintai agama dan bangsa itu dilakukan secara bersama,” ucap Presiden Jokowi.

Kepala Negara mengatakan bahwa segala ragam perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah anugerah yang diberikan Allah kepada yang harus terus disyukuri. Perbedaan-perbedaan itu mengharuskan bangsa Indonesia untuk saling mengenal, saling menghargai, saling menghormati di antara kita, antarsuku, antaragama, antartradisi, antaradat, dan antarbahasa daerah yang berbeda-beda.

Oleh sebab itu, Presiden mengingatkan jangan sampai ada saling ejek atau saling mencela di antara kita, karena aset terbesar bangsa Indonesia adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan.

“Selalu saya sampaikan marilah kita jaga bersama-sama ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyah agar persatuan, persaudaraan, dan kerukunan tetap ada di bumi NKRI,” tutur Presiden.

Penghormatan

Sebelumnya Presiden Jokowi mengemukakan, tiga tahun lalu, telah menandatangani Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri. Sejak saat itu Indonesia memperingati Hari Santri setiap tanggal 22 Oktober.

Menurut Presiden, penetapan Hari Santri merupakan bentuk penghormatan, penghargaan, dan rasa terima kasih negara kepada para kiai, kepada para alim ulama, kepada para santri, dan kepada seluruh komponen bangsa yang mengikuti teladan para kiai dan para alim ulama.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. (BPMI Setpres/ES)

 

 

 

Berita Terbaru